• lembaran pertama.

78 20 1
                                    

Setelah acara pembelanjaan di mall, bersama Adena tetangganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah acara pembelanjaan di mall, bersama Adena tetangganya. Bulan tidak henti-hentinya mengulas senyuman manis waktu pulang dengan beberapa kantong plastik di tangannya.

Kamal yang terpaksa keluar dari rumah dengan paksaan dari ibunya. Dengan pakaian putih polos dan celana pendek selutut terlihat begitu tampan menarik perhatian orang lalu lalang di rumahnya.

"Kak Kamal!" Kamal menoleh, sebelum matanya lihat Bulan, iris matanya tertuju pada gadis yang mendorong motornya masuk ke dalam rumah kemudian ia membuka helmetnya membuat Kamal terdiam sesaat melihat kecantikan alaminya.

Bulan menyedari kakak lelakinya sedang bengong menatap sesuatu, dia mengikuti pandangan arah sana dan membesar kemudian menyeringai pelan.

"Kak Kamal lagi lihat Kak Adena ya?" Kamal langsung tersadar kemudian membuang muka, "mana mungkin! Orangnya lagi lihat...pokok ya pokok!"

Bulan berdecak, "jangan mengelak, kak. Awas jatuh cinta." Kamal mengecilkan matanya, toleh dengan tatapan kesal ke arah Bulan. "Itu kenapa banyak sekali, jangan boros, Lan."

Bulan tunduk, melihat kantong plastiknya, padahal itu semuanya dari Adena. Bulan sempat mengira gadis itu hanya membelikan untuk dirinya sendiri ternyata untuknya. Maka itu Bulan tidak henti-hentinya senyum sepanjang jalan menuju ke rumah.

"Bulan belum menggunakan duit hari ini, semua ini dari tetangga kita, Kak Adena. Selain cantik, tinggi, dia itu ternyata baik, murah senyum, suka berbicara, easygoing, not like you."

Kalimat Bulan awalnya memuji gadis tetangganya di depan diakhiri menyindir dirinya. Kamal menatap kesal dengan kedua sudut bibir sengaja dinaikkan dan hidung dikerutkan.

"Kamu ya!"

"Lariii!" Bulan berlari masuk ke dalam rumah dengan tergelak kecilnya terdengar. Kamal tersenyum melihat senyuman di wajah Bulan.

Saat Kamal berbalik, matanya bertemu dengan mata Adena kini mengambil jemuran pakaiannya. Adena mengulas senyum dibalas Kamal.

Lelaki itu berbalik dan mengusap belakang rambutnya dengan perasaan sulit terbaca. Ia tidak henti-hentinya tersenyum lebar hingga sebuah sendal rumah mendarat pada wajahnya.

"Kamu tuh orangnya suruh basuh motor malah senyum kek orang gila disini! Cepat, bersihkan!" Ibu Kamal menggeleng kepala, membawa bakul untuk menyimpan jemuran.

Hari sebenarnya belum hujan, namun di atas langit-langit itu sudah mendung. Takut-takutnya hujan turun dengan lebatnya.

Telinga Kamal memerah, putar kepalanya dan Adena masih setia di sana juga tidak sengaja berkontak mata dengannya.

"Cepat basuh motor itu! Jangan lihat anak gadis orang, Kamalanathan!"

"Yaaa, maaa!" Malu gila, batin Kamal.[]

23 Februari 2O22,Maaf ya kalo kependekan, namanya juga short story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23 Februari 2O22,
Maaf ya kalo kependekan, namanya juga short story.


Another Day • Hueningkai Yuna ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang