Sunanda

1.7K 234 14
                                    

Warning! Harsh Word, pisuhan, dan kata-kata tidak pantas! Harap bijak dalam menyikapinya!

.

Gadis dengan kaos abu-abu yang dibalut dengan jaket warna hitam dan celana hijau army itu melangkah dengan cepat menuju kantor Kepolisian Daerah Metro Jaya. Rambutnya ia gelung dengan asal karena tak sempat menatanya. Ia baru sampai di mess subuh tadi dan sekarang pukul delapan pagi ia mendapat panggilan dadakan ke kantornya.

Gadis itu segera masuk ke dalam suatu ruangan yang telah disebutkan oleh komandannnya tadi. Dengan cepat ia menuju ke tempat tersebut. Saat sampai di ruangan tersebut, sang komandan baru saja keluar dan ia langsung memberikan hormat.

"Pas sekali timing-nya. Semuanya sudah berkumpul. Silahkan masuk IPTU Malya Lituhayu."

Gadis itu mengangguk pelan dan masuk bersama dengan sang komandan. Ternyata di dalam sudah ada empat pria dengan pakaian batik yang rapi. Sejenak ia terdiam, apakah ia salah kostum?

"Duduklah," titah sang komandan, Kombes Pol. Tri Purnomo, sang wakil Direktorat Tindak Pidana terhadap Keamanan Negara dan Tindak Pidana Umum.

Malya dengan yakin duduk di kursi yang kosong. Gadis itu tak begitu mempedulikan keempat laki-laki lain di sana. Ia hanya tahu jika dua dari mereka adalah teman satu letting dan senior lettingnya.

"Baiklah saya akan menyampaikan surat keputusan resmi dari bapak kepala Bareskrim Polri bahwa akan dibentuk tim penyidikan khusus yang beranggotakan lima anggota Polri terbaik dari seluruh wilayah Indonesia. Tim ini akan bekerja dengan tugas, pokok, dan fungsinya yang tertera di surat keputusan yang sudah keluar."

Kombes Pol. Tri Purnomo lantas menatap kelima anggota di depannya. "Tim ini akan diberikan nama Nawasena yang bekerja secara rahasia dan tertutup. Operasi kalian berbahaya dan memerlukan kerja keras. Kalian adalah orang terpilih dan melaksanakan tugas khusus, terutama yang berhubungan dengan pembunuhan, perampokan, perdagangan manusia dan senjata, serta narkoba dalam satu jaringan."

"Sampai di sini, ada pertanyaan?"

Gadis yang terlihat lemas seperti kurang darah itu mengangkat tangannya. Lantas Kombes Pol. Tri Purnomo mengangguk dan mempersilahkan Malya untuk bertanya.

"Mengapa harus di bawah naungan Reskrim Pidana umum jika pada akhirnya akan menangani kasus lain yang lebih penting dan bahkan menangani kasus narkoba? Lalu mengapa harus lima orang dan dibentuk tim khusus? Bukankah sudah ada tim penyelidik dari masing-masing divisi seperti pidana narkoba, khusus, ekonomi, bahkan sampai siber. Mereka punya tugas pokok dan fungsi masing-masing."

"Apakah hal ini akan lebih efektif? Atau Kepolisian tengah merencanakan sesuatu?" sambungnya yang terlihat skeptis.

Kombes Pol. Tri Purnomo tersenyum mendengar pertanyaan Malya. Ia sudah tahu jika akan dikritisi oleh gadis itu. Sedangkan keempat laki-laki di sana menatap Malya dengan pikiran masing-masing.

"Akan saya jawab dengan singkat dan padat."

"Saat ini, pengedaran narkoba di dunia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pasar terbesarnya adalah negara dengan berpenduduk besar di dunia, Indonesia adalah salah satunya. Tanpa disadari, mafia narkoba tumbuh subur di negara kita. Mereka bahkan lebih pintar dari aparat. Maka Kepolisian mengambil langkah cepat dan tegas dengan membentuk satuan tugas khusus yang di dalamnya ada kalian, para polisi terbaik."

"Untuk mengapa harus di satuan pidana umum, besok akan ada rapat lanjutan dan pembahasan kasus, kalian akan mengetahui jawabannya. Tugas saya hanyalah menyampaikan secara singkat perihal pembentukan tim."

Sang InspekturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang