Rukmini

962 139 18
                                    

Malya sampai di kantor pukul 12.50 WIB dengan keadaan yang lebih segar dibandingkan tadi. Malya tertidur mulai dari habis subuh sampai pukul 10.00 WIB. Kemudian gadis itu mengurus sang ibunda untuk membantu ke kamar mandi, makan, dan sebagainya. Selanjutnya Malya baru bergegas untuk kembali ke kantor. Semua ia lakukan sendiri dan sudah seperti hal yang biasa baginya.

Ketika Malya baru sampai, ia langsung ditarik Hamdan menuju ruang interogasi.

"Mereka sudah diinterogasi sama penyidik," ucap Hamdan pada Malya. Mereka bergegas menuju reserse kriminal.

"Apa yang mereka dapatkan?" tanya Malya sembari berjalan menuju reserse kriminal yang terletak di seberang gedung kantor mereka.

"Mereka mengaku mendapatkan sejumlah bayaran dari orang tidak dikenal dan langsung mengeksekusi tanpa tahu siapa yang menyuruh," jawab Hamdan langsung.

Mereka akhirnya sampai di depan ruang interogasi dan di sana sudah ada Naryama yang menunggu seraya membawa tumpukan kertas.

"IPTU Malya, kamu masuk sama saya," perintah pria itu dan Malya masuk bersama dengan Naryama.

Kedua terdakwa itu langsung menatap Malya dan Naryama yang langsung duduk di depan mereka. Sedari tadi interogasi mereka tak selesai-selesai.

"Kita bertemu lagi," sapa Naryama pada Didit dan Tio yang pasrah akan hukuman yang menanti di depannya.

"Kalian pasti sudah lelah menjawab pertanyaan kami. Mari akhiri segera dan menjawab sebenarnya siapa yang menyuruh kalian."

Naryama menepuk kertas tumpukan yang berada di depannya. "Kali ini kalian tidak bisa berbohong lagi. Justru kebohongan kalian yang akan memperberat hukuman kalian di pengadilan."

Sementara itu, Malya membuka soft file yang baru saja dikirim oleh Arjuna. Soft file itu adalah berkas di depan Naryama. Ia membaca sekilas, namun bisa menangkap semua isinya.

"Semua bukti-bukti di sini mengarah pada bukti pesan antara kalian dengan Mr. S. Siapa dia?" Naryama langsung bertanya pada intinya.

"Pada tanggal 1 bulan lalu, kalian bertemu di salah satu angkringan dekat kanal barat. Lalu tanggal 10-nya kalian kembali bertemu di klub malam Kawasan Semanggi."

"Di sini semuanya tertulis dengan jelas." Naryama menegaskan bahwa semua kejahatan mereka terekam sempurna dalam berkas yang ia bawa.

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Kami tidak mengenalnya," lanjut Didit dengan pelan.

"Kami mendapatkan perintah dari orang tidak dikenal lewat sayembara bawah tanah yang biasa kami terima. Kami bertransaksi tanpa tahu satu sama lain. Lalu kami melakukan tindakan dan dibayar setelah semuanya beres," pungkas Didit tanpa keraguan di matanya.

Naryama seketika mendengus mendengar pembelaan Didit. Ia lalu menunjukkan screenshot-an CCTV pada tanggal 1 dan 10 di jalan dekat area mereka bertemu.

"Ini juga bukti catatan panggilan kalian sampai hari H di mana Kompol Tri ditangkap. Kalian juga yang memanipulasi laporan sehingga semua bukti mengarah pada Kompol Tri. Hal ini menyebabkan beliau tidak bisa membela diri atas tuduhan yang begitu sempurna."

Malya berusaha mencari titik lemah agar mereka segera mengaku. Ia kembali menelisik sejumlah barang bukti hasil dari menggeledah kedua rumah tersangka.

"Sejak kapan kalian saling mengenal?" tanya Malya tiba-tiba. Naryama langsung menatap Malya dan gadis itu memberikan kode supaya ia diberikan kesempatan untuk bertanya.

"Dua tahun ini," jawab Tio dengan jujur.

"Di mana? Kalian sama-sama hobi mengoleksi burung kicau, bukan?" Malya kembali bertanya dan mereka langsung mengangguk.

Sang InspekturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang