|• dua

7 1 0
                                    

"Aaaaa!"

Suara teriakan itu membuat Dion dan Enggar menoleh ke arah dapur. Dion serta Enggar berlari ke dapur melihat apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi?" Tanya Dion melihat gadis berumur 6 tahun berdiri diatas kursi ketakutan.

Gadis itu menunjuk kearah kulkas yang sedikit terbuka. Dion mengkerut menatap kulkas. Baru saja mau mengambil langkah, Enggar sudah datang dengan nafas berderu.

"Huuhh, apa? Ada apa?" Ucap Enggar sambil memegang pinggangnya.

Dion tak memedulikan Enggar yang memperbaiki pinggangnya karena faktor usia. Dion berjalan ke arah kulkas dengan pelan.

Penasaran merasuki tubuh Dion. Tangannya meraih gagang kulkas dan membukanya pelan.

Satu,

Dua,

Tiga,

....

"Nona, bangun nona. Kita hampir sampai di LA." Ucap Daren setelah berfikir berkali-kali untuk membangunkan atasannya.

Early menggeliat dikursi pesawat ditemani dengan Daren yang setia duduk disebelahnya dengan tatapan tak lepas dari Early.

Terlihat Early mengumpulkan nyawanya yang sempat ber-refreshing dialam mimpi. Mata terbuka pelan, tapi kembali tertutup. Suara peringatan bahwa 5 menit lagi pesawat mendarat, membuat Daren kembali membangunkan Early.

"Nona, pesawat akan sampai." Kata Daren sambil mengguncangkan pelan pundak Early. Tapi yang ada malah kepala Early jatuh dipundak Daren, membuat Daren terdiam dengan mata melebar.

Daren melihat rambut hitam Early. Tanpa tau sopan santun, Daren mengelus pelan kepala atasannya itu. Hingga pesawat mendarat sempurna tanpa membangunkan Early.

....

20 menit berlalu, Daren berhenti pada sebuah Apartemen pribadi milik Early yang ada di Los Angeles. Dengan menggendong Early yang masih tertidur, Daren memencet password apartemen dengan susah payah.

Setelah berhasil membuka pintu itu, Daren pergi masuk. Tujuannya saat ini hanya kamar. Kamar untuk menidurkan Atasannya. Tangannya sudah terasa keram sedari tadi menggendong Early.

Dari turun pesawat, menaiki taksi, memasuki apartemen, berjalan ditangga, untung saja ada beberapa pembantu yang membantu Daren membawa barang barang Early.

Daren memasuki satu kamar bernuansa cream yang sudah dirapikan. Tanpa perintah, Daren menidurkan Early dikasur King size dengan sangat pelan. Takut sang empu terbangun.

Setelah selesai memakaikan selimut, Daren pergi dari kamar.

Daren menuruni tangga dengan tatapan lelah. Pikirannya masih tertuju pada perkataan supir tadi.

Flashback on

"Sejak kapan dia tertidur?" Tanya supir yang berumur lebih tua darinya.

"Dari sebelum kami menaiki pesawat. Mengapa kau bertanya? Ada masalah?" Balas Daren tak kalah dingin dari Early.

"Haha, tidak ada. Saya hanya ingin mengatakan jika kalian sangat serasi. Bahkan sepertinya kau tak berniat melepaskan nya dari gendonganmu." Ucapan supir itu membuat Daren membuang muka.

Dari AruniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang