1

4 0 0
                                    

Aroma terapi menguar ke dalam menciuman Shanette, membuat ia tertarik kembali ke alam sadarnya. Mata lentiknya mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang menyapu lembut. Perlahan, manik hazel mengkilatnya terlihat, bergerak kesana kemari, mencari tau dimana dirinya sekarang.

Saat teringat kejadian tadi. Shanette langsung bangun terduduk, keringat dingin bercucuran di pelipisnya.

"Kau sudah sadar?"

Ia tersentak kaget, melihat seorang pria tampan, dengan rahang tegas yang menatapnya tajam dengan manik abu. Sejak kapan pria itu duduk di sana. Tepat di sebuah sofa yang berhadapan langsung dengan Shanette. "Siapa kau?!"

Pria berwajah dingin itu tak menjawab, malah menganggapnya sebagai angin lalu. Ia bangkit, menatap tajam Shanette, sebelum keluar dari sana. Oh jangan lupakan tubuhnya yang sangat tinggi  dengan badan yang indah.

Shanette menampar pipinya, apa-apa pikirannya tadi? Bisa-bisanya ia mengagumi makhluk yang bahkan menatapnya tajam. Sayang sekali, wajah tampannya tak seindah ekpresi nya.

"Nona,"

Shanette menoleh, mendapatkan seorang pria paruh baya degan jubah serba putih. Siapa dia?

Pria itu tersenyum ramah, "saya Lyman, tabib Castle nona."

Shanette mengernyit, Castle? Apa maksudnya?

"Memang aku ada dimana?"

"Black pack,"

Shanette malah semakin mengernyit mendengar penuturan itu, " apa itu Black pack?"

Tabib Lyman tersenyum, ia tak heran. Nona di hadapannya bertanya. Pasalnya, keberadaan mereka, para makhluk immortal hanya dianggap sebagai dongeng semata, oleh manusia. Mereka tak pernah menyadari bahwa makhluk immortal ada.

"Black pack, adalah otoriter kaum werewolf nona."

Shanette mengangguk, "kaum werewolf-APA KAMU WEREWOLF?!" Matanya melotot dengan mulut yang menganga. Apa? Apa yang baru saja ia dengar. Bukankah hal itu hanya dongeng semata, yang suka ia baca. Mana mungkin?!

Lyman terkekeh, melihat reaksi sangat nona yang berlebihan. Shanette bergeser menjauh, ia menatap Lyman takut-takut.

"Tenang nona, aku tidak akan menyakitimu. Aku masih sayang nyawaku," lanjutnya membatin.

"Apa be-benar?"

"Ten-

BRAK!!

Ucapan Lyman terpotong saat pria bersurai hitam itu, mendobrak pintu. Manik abunya menyorot tajam. Shanette dapat merasakan aura gelap menguar dari tubuhnya. Lyman saja sampai menunduk dalam, dengan badan sedikit bergetar.

Kaki jenjangnya melangkah mendekat, "apa in!? Kau belum mengobatinya?!"

"Ma-af, ma-af alpha." Suara Lyman bergetar.

Pria itu menendang tubuh Lyman hingga terbentur dinding, "tak becus."

Shanette terpekik kecil, ia merekatkan selimutnya saat aura gelap itu semakin mencekam.

"Keluar!"

Sedikit tertatih Lyman, bangkit. Menunduk hormat sebelum keluar dari sana.

Kemudian pria itu menatap Shanette tajam, menusuk manik hasilnya yang berkaca-kaca. "Ap-apa kau-kau akan membunuhku?" Cicitnya sambil menatap pria itu takut-takut.

Pria dihadapannya tak menjawab. Ia berjalan kearah laci kecil, mengeluarkan sebuah kotak p3k. Mendekat kearah gadis itu, detik selanjutnya menyikap selimut dalam genggaman Shanette dengan sekali sentakan. "Ma-mau apa kau?"

𝙼𝚊𝚝𝚎 𝙾𝚏 𝙳𝚎𝚖𝚘𝚗 𝙰𝚕𝚙𝚑𝚊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang