3

3 0 0
                                    

Pikiran Shanette terus saja melayang pada perkataan Bery. Alaric adalah Alpha black pack. Sebuah otoriter kaum werewolf. Alpha berdarah dingin, yang keji dan tak kenal ampun. Ia menjadi seorang Alpha, karena melakukan kudeta pada anggota kerajaan. Ia membantai semua, tak tersisa. Bahkan, memenggal kepala orang lain bukan hal asing baginya. Karena hal itu, adalah makanan sehari-harinya.

Shanette menatap Bery yang sedang menyisir rambut coklatnya dari cermin. "Bery?"

"Ya, nona."

"Apa Alaric, tak bisa tersentuh?"

Aktivitas Bery sedikit terhenti, tampak berfikir, "setau saya, Alpha mempunyai teman kecil."

"Teman kecil? Siapa?"

"Nona Rose." Jawab Bery, kemudian melanjutkan aktivitasnya.

"Mereka sangat dekat nona. Satu-satunya orang yang berani kepada Alpha, hanya nona Rose. Bahkan nona Rose, terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Alpha."

Suasana hati Shanette mendadak buruk. Wajahnya masam. Sadar Shanette!! Alaric, bukan siapa-siapa! Kau baru beberapa hari bertemu dengannya. Mana bisa kua menyukainya!! Orang kejam, seperti itu, tak pantas untukmu!

"Anda sangat cantik,"  puji Bery.

Ia sangat mengagumi Shanette. Ia menang sudah cantik sejak lahir. "Terima kasih, Bery."

Bery menunduk hormat, "sebuah kehormatan saya dapat melayani anda, nona."

"Bery, kau bisa mengantarkanku mengelilingi kastil ini?"

"Tentu."

**

Seluruh isi kastil dominan dengan warna abu, dengan perpaduan emas di setiap sudut. Pilar-pilar yang menjukang tinggi juga menambahkan kesan mewah. Lukisan-lukisan abstrak, yang indah dan memanjakan mata seakan menambah kesan elegan Castle ini.

Bery membawanya ke taman belakang. Manik hazel itu berbinar, saat melihat hamparan hijau, berhiaskan ratusan bunga. Tak lupa, semua sungai kecil yang jernih. Menenangkan atma.

Shanette mendekat, kearah bunga mawar putih yang mengkilat diterpa sangat rembulan. Mereka mengelilingi Castle, sampai tak sadar. Bumantara telah pergi bergantikan purnama.

"Siapa yang merawat kebunini Bery?" 

"Alpha nona,"

Shanette terkirim kecil, mendengar jawaban Bery. Bagaimana makhluk kejam itu merawat sebuah kebun.

Bery juga tertawa kecil, "memang terkadang, ada hal-hal yang tidak dapat kami pahami dari Alpha nona."

Shanette menatap langit, yang di penuhi bintang dengan bulan purnama yang menderang. Sepertinya, ini bulan purnama pertama yang muncul.

"Lihat Bery, bulannya sangat indah."

"Benar nona, bulan purna-  ucapan Bery tertahan, nafasnya mendadak tercekat.

Shanette menatapnya heran, "kenapa Bery? Apa ada masalah?"

Bery tak menjawab, ia langsung menggenggam tangan nona nya. Ia tau ini lancang, tapi mau bagaimana lagi. "Kita harus masuk nona,"

"Kenapa Bery? Beritahu aku,"

"Se-belum ter-lambat," lanjutnya dengan nada bergetar.

Dengan langkah lebar, bahkan setelah berlari. Bery, menarik Shanette untuk kembali ke kamar.

"Bery, sebenarnya ada apa?"

"Nona, ayo lebih cepat." Desaknya. Pelipisnya sudah berkeringat. Bibirnya membiru, dengan tangan yang mendingin. Sepanjang lorong, sudah sepi. Sepertinya hanya mereka yang tersisa. Bery, merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa ia lupa? Nyawanya di ujung tanduk sekarang.

𝙼𝚊𝚝𝚎 𝙾𝚏 𝙳𝚎𝚖𝚘𝚗 𝙰𝚕𝚙𝚑𝚊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang