09 - PENGGANGGU

31 6 1
                                    

" Bertemu atau pun berpisah bukanlah pilihan melainkan takdir"

_____


Di perpustakaan kini lah Nina berada. Tidak, ia sedang tidak sendiri. Yang menebak nina bersama Ayas pun salah karena kenyataannya kini Ayas sedang kumpulan OSIS. Yap, Nina bersama Rama cowo menyebalkan yang akhir akhir ini mengusik kehidupannya. Terlebih hari ini, sungguh kesabaran Nina benar benar di uji olehnya.

Bagaimana tidak hampir seharian ini Rama terus membuntuti kemanapun Nina pergi. Setelah tadi Rama selesai kumpulan basket, ia langsung menghampiri Nina yang sedang asik membaca novel di kelas lalu mengusiknya.

Nina sudah menghindar dengan pergi ke kantin tapi lagi lagi Rama terus mengikutinya dan sekarang saat Nina pergi ke perpustakaan dengan harapan mendapat ketenangan pun kandas karena Rama juga ikut bersamanya.

Tapi di perpustakaan Rama tak begitu usil, hanya saja ia terus menatap Nina yang serius membaca. Awalnya Nina berusaha tak peduli tapi lama lama ia merasa terganggu di perhatikan terus menerus oleh orang yang duduk di seberangnya.

"Mau apa sih lo?" Nina membuka pembicaraan dengan nada kesal.

"Hah?"

"Lo mau apa sih?" Nina mengulang pertanyaannya.

"Apa?" Tanya Rama yang tak lekat menatap wajah Nina.

Nina mendengus kesal, membuang nafas kasar, menutup novel yang di bacanya lalu mulai melakukan tingkah yang sama seperti Rama lakukan. Ia mengikuti nya dengan menatapnya sama seperti rama yang menatapnya. Ya, mereka beradu pandang.

Hampir 15 menit mereka saling tatap tanpa bicara apa apa, Nina menyerah! Ia pikir Rama akan merasa terganggu jika di tatapnya begitu. Tapi tidak! Cowo itu tak merasa terganggu sedikitpun.

"Lo kenapa sih? Mau apa? Aneh tau ga!" Keluh Nina.

"Loh udah nih?" Tanya Rama menaikkan alis kanannya.

"Apanya yang udah?"

"Tatap tatapannya? Lo kalah? Atau salting? Oh atau lo takut suka dan jatuh cinta makanya lu milih unt,---"

"Bacot tau ga! Ga mungkin gue suka sama lo atau jatuh cinta. Jadi berhenti ganggu gue dan bersikap biasa aja" Tegas Nina memotong ucapan Rama.

"Gue biasa aja ko, lo nya kali yang ga biasa dengan keberadaan gue, jadi mulai saat ini biasakan oke"

"Terserah!" Nina kembali membaca novelnya dan menyerah menghadapi Rama.

"Lo kenal sama syahdan?" Rama bertanya.

"Mau apa?" Nina balik bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

"Cewe syahdan banyak, cantik cantik lagi, lo bukan tipe dia" ucap rama yang membuat kesabaran Nina habis.

"Bodoamat! Lo bisa ga sih ga usah ngusik urusan gue?! Mau gue jelek kek mau gue cantik kek gue bebas milih mau deket siapa aja, gada yang bisa ngatur termasuk lo!" Ucap Nina lalu pergi meninggalkan Rama.

"Baperan!"

"Bodoamat!"

***

Nina berdiri di halte menunggu angkutan umum yang menuju arah rumahnya. Hampir lima belas menit ia menunggu tapi angkutan umum yang lewat selalu penuh. Untung saja masih ada satu dua orang yang juga menunggu di halte jadi ia tak sendirian di sana.

Suara motor CBR 150R terdengar mendekati dan berhenti di depan halte. Sang pengendara lalu membuka helm dan mengacak rambutnya. Semula Nina menganggap keren pengendara tersebut. Terlihat nampak gagah dan berkharisma menunggangi kuda besi hitam yang begitu pantas di bawanya namun setelah pengendara itu membuka helm hitamnya anggapan Nina barusan segera di urungkan.

RAMA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang