Bab 12

71 6 1
                                    

aku kemudian berdiri disamping lia yang masih memeluk nisanku

pakaian ku saat ini basah

mungkin karena aku sudah mengingat semuanya

sekembalinya lia kerumah

aku mengikutinya hingga kekamar

aku mulai mengingat lia yang tidak mengubris keberadaanku

lia yang mengigau namaku saat aku menemaninya tidur

lia yang memeluk bingkai foto kami saat aku memeluk belakang tubuhnya

"yeji... " ujarnya membuatku menatapnya

"aku merindukanmu ji" aku menangis melihatnya


"hai lia maaf"

lia menghamburkan pelukannya kepadaku

"maafkan aku ji ga keras kepala kemarin , andai aku kemarin menarikmu kedalam rumah ini pasti ga bakal terjadi"

"ini sudah takdir lia"

"maafkan aku gak nepati janji"

lia menangis dan menggelengkan kepalanya

"jangan pergi lagi ji"

"kamu tega ngelihat aku gini terus"

aku menjatuhkan airmataku

"kamu harus hidup tanpa aku ya lia, jangan nangis lagi, aku bakal benci diri aku kalo kamu kayak gini gara gara aku"


"ga ji! pokoknya kamu ga boleh pergi"

"aku ga bakal pergi lia, aku akan selalu ada disini"

aku meletakkan tangannya di dada


"jangan nangis lagi ya itu nyakitin aku"


aku seberusaha mungkin tidak menjatuhkan airmataku dihadapannya

"ga ji aku mau kamu disini hiks"

"aku ga bakal bisa tenang kalo kamu kayak gini li"

lia semakin sesegukan

"aku benci kamu ji, aku benci janji kamu, aku benci kenangan yang kamu buat seolah olah kamu ga bakal pergi"

kedua orangtua lia masuk kedalam kamar dan memeluk lia

"sudah ya nak kamu gaboleh gini, yeji ga tenang kalo gini terus"

aku yang melihat itupun terpaku menatap kesedihan lia

"maafkan aku lia"

"aku akan menunggumu jangan cepat menemuiku ya sayang"

aku mengecup kepalanya

"yeji..... "

aku mendengar teriakan pilu saat dia menatapku pergi

End

Verlies. (Lengkap✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang