Berkas sudah tertata rapi kembali pada meja pria yang menjabat sebagai pimpinan perusahaan. Alden menatap jam sudah menunjukkan pukul empat sore, ia memang berencana pulang cepat.
Niat awal yang hanya melakukan rapat dengan Ares Papa Olivia malah membuat dirinya terjebak di ruang penuh berkas laporan dan proposal perusahaan. Ia segera keluar menuju lantai dasar tempat mobil terparkir.
Alden dengan santai melajukan mobilnya, pria itu sudah membayangkan wajah Olivia yang pasti akan merajuk karna dilarang melangkah keluar dari mansion oleh bodyguardnya.
Mobil terparkir didepan mansion, ia keluar lalu melempar kunci pada bawahannya. Kakinya memasuki ruang besar yang sudah beberapa tahun ini menjadi rumah singgahnya.
Televisi besar menampilkan sebuah drama korea, terlihat seorang yang sejak semalam ia culik tengah terfokus pada layar lebar tersebut.
Alden dengan tenang melangkah mendekati Olivia, lalu duduk tanpa mengganggu atensi sosok itu.
"Bagus filmnya?" Tanya Alden.
"Astaga Mr. Alden, ngagetin gue. Kebiasaan banget, untung jantung gue gak lemah yang bisa copot kapan aja."
Olivia sempat terjengit, ia memegang dadanya yang terkejut karna kehadiran makhluk yang membuat jantungnya berdetak lebih. Bukan tanda cinta, ya, semua.
"Kalo jantung kamu copot, nanti saya pasang jantung baru biar kamu tetep hidup," Balas Alden kelewatan santai.
"Gak usah gila, deh. Kapan gue dipulangin?" Tanya Olivia.
"Nanti, kamu tinggal disini dulu temenin saya. Lagian saya juga udah izin orang tua kamu," balas Alden, ia merebahkan kepalanya pada paha Olivia kemudian memejamkan mata sebentar.
Gadis itu tak bergeming, ia membiarkan saja kelakuan Alden saat ini.
"Mr. Alden, gue harus pulang, orang tua gue pasti bingung sekarang, mereka perlu gue untuk perjodohan itu."
Alden membuka matanya tak senang dengan kalimat Olivia barusan. Seolah-olah gadis itu menginginkan terjadi perjodohan.
"Cukup Olivia, jika kamu khawatir tentang perjodohan sialan itu, kamu tenang saja semua sudah aman dalam kendali saya."
Kalimat Alden mampu membuat Olivia tenang, meski ia tak nyaman dengan tatapan elang tersebut. Olivia meletakkan tangannya pada dahi Alden lalu mengusapnya perlahan berharap kerutan dahi pria itu berangsur hilang dan kembali tenang.
"Bagaimana bisa?"
"Kenapa enggak, siapa yang akan menolak jika anaknya berpacaran dengan keluarga Siarl," balas Alden menatap mata Olivia yang tengah menunduk, mereka saling menyelam memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya tentang hubungan keduanya.
"Siarl? Tapi gue kan gak punya pacar, lagipula yang nembakkan semalem Mr. Alden dan bukan keluarga Siarl. Eh, tunggu, gak mungkin, kan?" Olivia membekap mulutnya menatap Alden berulang kali.
"Iya. Sesuai yang kamu duga baby," balas Alden menarik tangan Olivua lalu mengecup bibirnya.
"Wah, jadi kaya gue dong, mayan punya pacar yang bisa diporotin." Kekeh Olivia bercanda. Ia saja sudah sangat bersyukur bisa lolor dari perjodohan gila kedua orang tuanya.
"Kamu pasti bangga punya pacar kayak saya," kata Alden mulai menyombongkan harta kekayaan yang dirinya miliki.
"Ampun suhu, gak lagi muji atm berjalan. Jadi besar kepala Mr. Alden."
"Berhenti panggil saya Mr. Alden kecuali di lingkup sekolah Olivia. Saya bukan gurumu, saya kekasihmu," Tegas Alden tak senang karna terus dipanggil dengan sebutan Mr.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Obsession (Selesai)
Fiction généraleCERITA PINDAH DI KARYAKARSA ANAK DIBAWAH UMUR HARAP MENJAUH, CARILAH BACAAN SESUAI USIA! PLEASE! JANGAN REPORT CERITA ORANG, KALAU GAK SUKA, YAK, MINGGIR AJA! Spin of Naraka (Olivia &Alden) Tidak ada deskripsi karna dan biarkan kalian menebak isinya...