𝐈𝐈

319 55 6
                                        

Happy reading, sweetie ♥︎
║▌│█║▌│ █║│█│║▌║
➫ ˗ˏˋ꒰ vote and comment, please. ꒱



Gemerlap malam bagaikan bintang bertabur di langit malam, hiruk pikuk kota Jakarta rasanya tak ada henti. Dari matahari menyingsing hingga rembulan muncul, pusat kota negara bertitel Macan Asia yang Tertidur ini selalu ramai. Kendaraan yang berlalu lalang serta muda-mudi maupun para orang dewasa menyertai jalanan dengan segudang cerita.

Trotoar ramai dengan pedagang kaki lima serta orang-orang yang berlalu-lalang. Gemerlap lampu menyorot dari mana-mana, membuat trotoar kian nampak ramai nan hidup.

Cekrek!

Suara kamera yang terdengar mahal sedikit teredam oleh ramainya suara. Seorang perempuan berkucir rendah dengan gaya grunge yang nampak tak seiras dengan cerianya malam. Jemari sawo matang sibuk memotret suasana ramai pada trotoar sembari wisata kuliner kaki lima.

Kerak telor, gulali, rambut nenek, sempolan, cilok, cimol, hingga sate ayam ia buru habis-habisan sembari memotret ramai malam.

"Oh, (name)!"

(Name) menoleh dan mendapati sosok Mikasa bersama sepupunya Levi yang juga berada ditempat yang sama. (Name) jadi mengernyit heran, kenapa ia bisa bertemu dengan dua orang baru ini dua kali dalam satu hari? Apa ia jodoh dengan Mika--- nggak! Ini bukan buku yuuri.

"Yo!" Balas (name), kemudian mendekat kepada Mikasa serta Levi.

"Sedang apa kesini? Dan ayo, lanjut jalan saja," Mikasa bertanya.

(Name) hanya terkekeh kecil kemudian menunjuk kamera yang tergantung di lehernya, "hanya memotret untuk dijual, lumayan penghasilan tambahan."

"Kau freelance?" Tebak Levi asal.

"Gah! Benar-benar penerawang!" Seru (name) tak percaya.

"Asal tebak, bodoh."

Sahutan ketus Levi hanya membuat (name) memutar mata malas. Ia kira Levi akan menanggapinya dengan candaan, tapi setelah dipikir-pikir, pria tampang preman macam Levi mana pernah bercanda?

"Huh, sepupu mu dingin sekali Mikasa!"

"Menjengkelkan lebih tepatnya."

"Aku setuju, daripada dingin, dia lebih ke menjengkelkan."

Levi yang digibah hanya bisa mendengus pasrah, setelah seharian Mikasa membawanya jalan-jalan, sejujurnya ia hanya ingin istirahat di rumah bukan jalan-jalan lagi di malam yang ramai. Bahkan tak jarang ia bersenggolan dengan orang lain saking ramainya trotoar.

Levi melirik sosok Mikasa bersama gadis ber style grunge disamping Mikasa. Kamera usang yang tergantung di lehernya menarik atensi Levi. Dari kamera beralih ke tangan hingga wajah sang gadis, Levi mendapati (name) yang makan camilan kaki lima sembari berjalan dan berbicara dengan Mikasa.

Dahi Levi mengerut tak nyaman, mulutnya jadi gatal untuk me roasting (name).

"Dasar anak zaman sekarang, tidak tahu tata krama sederhana. Makan sembari berdiri dan berbicara memangnya dia kira wajar dan sopan?" Sindir Levi.

Namun sindiran itu nampaknya tak berlaku untuk (name) yang kini juga membagi makanannya dengan Mikasa. Pada dasarnya, Levi itu menyindir orang yang memiliki tingkat kepekaan dibawah rata-rata, jadi mau di sindir sekeras apapun ia tidak akan merasa tersindir.

Levi berdecih kesal, dia diabaikan.

"Oi bocah-bocah nakal! Jika kalian ingin makan lebih baik duduk bodoh, apa kalian tidak diajarkan tata krama huh?!" Seru Levi kesal.

𖥻 𝗘𝗡𝗖𝗛𝗔𝗡𝗧𝗘𝗗 ✦ レヴィアッカーマンTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang