Happy reading, sweetie ♥︎
║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║
➫ ˗ˏˋ꒰ vote and comment, please. ꒱
➫Keterbatasan tidak akan menghalangi siapapun yang mau bekerja keras.
Sebuah kalimat sederhana yang umum digunakan untuk menyemangati diri sendiri kala menghadapi sesuatu yang nyatanya tak sesuai ekspektasi.
Setelah kejadian kemarin yang membuatnya terguncang, hari cerah ini pun kembali membuatnya terguncang.
(Name) merasa kemanapun ia berjalan ia pasti menemukan sosok perempuan manis yang berhasil membuat pujaan hati menarik senyum lebar.
Prakata ayahnya kemarin sudah cukup untuk membuatnya melupakan masalah hubungan Petra dan Levi yang masih kelabu, dan membuatnya mulai fokus untuk menata diri dan masa depan yang (name) inginkan.
Namun Fortuna tak memihak pada (name), berulang kali (name) melihat dan ber pas-pasan dengan sosok Petra Rivea Rall, dan hal itu cukup merusak hari dan mood (name). Ditambah agensi tempat (name) mencoba untuk menerbitkan buku dan lagunya menolak keras (name) lantaran tampilan fisik yang tak sesuai standar. Lalu memilih sosok Petra yang kebetulan hendak menerbitkan lagu dan musik video karena rupa yang elok.
Manik legam (name) manatap tangannya yang masih terbalut kasa dengan bercak darah yang nampak kian melebar. (Name) tak peduli, saat ini ia hanya butuh istirahat sejenak untuk melepas beban dipundak yang terasa kian memberat.
Waktu hampir memasuki maghrib namun (name) masih betah berada di taman dan duduk termenung. Memikirkan langkah apa lagi yang harus ia lakukan.
"Kau? Kenapa kau disini, (name)?"
Ahh, suara itu. Tentu (name) kenal suara berat itu, siapa lagi jika bukan sosok Levi Ackerman.
(Name) tak menjawab lalu beranjak pergi meninggalkan Levi yang nampak digandeng mesra oleh sosok Petra. Ia tak ingin semakin kacau hanya karena dua sejoli yang terlihat ingin menikmati senja bersama tadi.
"(Name)!" Seru Levi.
"H-hei! (Name)! Tunggu!"
Levi menghempaskan tangan Petra dari lengannya dan berlari menuju (name) yang kian menjauh. Meninggalkan Petra dalam keheningan senja yang tenang.
///
Erat genggaman tangan dilengan kemeja oversize (name) membuat (name) terkejut dan refleks menghempaskan genggaman tangan itu.
"Jangan pegang-pegang!" Seru (name).
"Kau kenapa? Kenapa kau disana? Apa yang terjadi pada mu kemarin hingga ayahmu menutup toko?" Tanya Levi bertubi.
(Name) tak menjawabnya, ekspresi wajah (name) mengeras dengan gigi yang saling beradu, menghasilkan bunyi gemelatuk yang mampu didengar pada suasana sepi nan tenang senja.
"Kau tidak perlu tahu," balas (name) lirih setelah ia membuang nafas berat.
"Aku lelah, aku ingin pulang," lirih (name) dan mulai berjalan lagi.
Ia benar-benar lelah hari ini, keberuntungan yang biasanya selalu berada disampingnya seolah lenyap begitu saja dalam satu hari.
"Menerima kenyataan harus dengan lapang dada dan mental sekuat baja. Apapun pahit keadaan kehidupan harus tetap kau terima, ada hari esok yang harus kau jalani, jika kau memiliki masalah, setidaknya bercerita lah dengan ku!" Kata Levi.
(Name) menghentikan langkahnya lalu menatap Levi garang, "memang kau siapa ku? Kau tidak akan pernah tahu apa yang ku rasakan hingga membuat ku begini! Kau juga tak punya hak untuk mendengarkan masalah ku!" Seru (name).
"Kita hanya teman! Tak lebih! Jangan memberi harapan jika kau hanya singgah sebentar, Levi! Pergilah! Kau tidak akan pernah paham!" Sambung (name).
Levi terdiam sejenak dan menatap (name) tajam, seumur hidupnya, baru kali ini ia melihat perempuan yang mampu menentang nasehatnya dan membentaknya sebegitu keras.
Levi menghela nafas kasar dan mengusap wajahnya, "lalu apa yang harus ku lakukan agar kau tenang huh? Aku hanya ingin mendengar keluh kesah mu seperti waktu itu."
Alis (name) berkedut kesal mendengarnya, dengan mata yang memincing tajam, (name) meninggalkan Levi tanpa memberi jawaban yang jelas pada pria itu. Ia tak ingin Levi mengetahui perasaannya dan lebih memilih memendamnya sendiri.
Toh jika diungkapkan, hanya rasa lega yang datang. Bukan rasa yang sama pada diri Levi untuk balik membalas rasa suka (name). Levi telah memiliki sosok sempurna dalam hidupnya, sosok Petra Rivea Rall yang nampak cocok bersanding dengan pria pendek itu.
"(Name)! Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu! Tapi izinkan aku menanggung bebanmu juga!" Seru Levi.
(Name) menghentikan langkahnya dan melirik Levi tajam. Helaan nafas (name) buang kasar, entah apa yang membuat Levi bersikeras dan tak menyerah setelah (name) terang-terangan menunjukan sikap tak sukanya.
"Diamlah, dan menjauh lah dariku, urus urusanmu sendiri," kata (name) dengan kilatan marah yang tergambar jelas dimatanya.
Membenarkan posisi tasnya yang sedikit bergeser, (name) kemudian berjalan menjauh dari Levi. Aura negatif menguar pekat disekitar gadis grunge itu, membuat orang-orang yang berada disekitarnya sedikit menjauh lantaran tak nyaman.
Levi sendiri hanya terdiam dan merutuki diri dalam hati, mencoba mencari-cari kesalahannya pada (name) walau dirasa ia tak punya kesalahan sama sekali.
Bayang-bayang kilatan manik marah (name) pun turut menjadi pusat pikiran Levi pula. Baru kali ini ia melihat kilat marah itu dimanik yang biasanya selalu terlihat ceria dan jahil.
Levi berakhir mengerang kesal dan mengacak-acak surainya, kesal atas dirinya yang tak bisa peka dengan gadisnya.
A/N;
Anjirudin, 'gadisnya,' gak tuh:v

KAMU SEDANG MEMBACA
𖥻 𝗘𝗡𝗖𝗛𝗔𝗡𝗧𝗘𝗗 ✦ レヴィアッカーマン
Fanfiction⏜ ۫ . ⟡ Leviᥲckermᥲn - reᥲder. % , ۪۫❁ཻུ۪۪ 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐀𝐧𝐢𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐣𝐞𝐜𝐭 𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞-𝐜𝐥𝐨𝐰𝐧𝐬 , 𝐩𝐫𝐞𝐬𝐞𝐧𝐭... ▬ 𝗞𝗲𝘀𝗲𝗺𝗽𝘂𝗿𝗻𝗮𝗮𝗻 dalam arti yang sebenarnya hanya milik Tuhan. Man...