1. Kematian

306 19 1
                                    


Di sebuah ruangan yang gelap terlihat seorang perempuan yang dibilang cantik tetapi tidak dengan tubuh nya yang terlihat banyak luka sayatan dan lebam di mana-mana, tetapi tidak membuat beberapa sosok yang menyiksa perempuan tersebut merasa kasihan sama sekali.

Perempuan itu tidak menangis sama sekali walau terlihat bekas air mata yang sudah lama di wajah tersebut, sebab ia sudah tidak merasakan rasa sakit lagi di tubuhnya karena sudah terlalu banyak merasakan kesakitan tersebut.

“Bagaimana, apakah lo sudah puas?”

Perempuan itu hanya menatap tajam kepada sosok yang mencengkram wajahnya tanpa membuka suara, tetapi bagi sosok itu terlihat sekali sangat marahnya.

PLAK!

Bunyi tamparan tersebut sangat nyaring di ruangan gelap tersebut, membuat memar di wajah perempuan itu dan terlihat sedikit darah yang keluar dari wajah cantik tersebut.

“Memangnya salah gue apa pada kalian semua!” ungkap perempuan tersebut yang tidak lain adalah Zevani Zaura Mecca.

Zaura sudah mulai di bully pada saat ia masuk ke sekolah yang menawarinya beasiswa tersebut, tetapi para guru tidak pernah mau membantunya sebab takut kepada beberapa sosok yang sering membully nya ini.

Hahaha!

Suara tawa menggema di ruangan tersebut Zaura sudah tahu siapa yang selama ini membullynya, tetapi walau pun ia mengaku di bully tidak pernah ada yang mempercayainya sama sekali. Jadi sekarang ia sudah lelah dan berpikir lebih baik mati saja itu sudah cukup.

“Lo itu tidak pantas di perlakukan baik! Jadi kami hanya membantu membuat lo sadar sebab lo tidak pantas berada di sekolah yang kawasan derajatnya lebih tinggi dari pada lo!”

Zaura yang mendengar hal itu hanya bisa mengepalkan erat kedua tangannya, sebab ia sangat marah sekarang setelah mengetahui apa yang benar-benar membuatnya muak sekarang.

“KALIAN BENAR-BENAR SAMPAH!” teriak Zaura kepada mereka semua.

BRUAK!

AAAKK!

Zaura bisa merasakan tendangan di kepalanya dan membuat kepalanya mengenai dinding, hal itu masih membuat Zaura sadar walau tetesan darah mulai keluar dari kepalanya.

“Masih berani lo!”

“Mungkin belum cukup siksaan kita,”

“Kalian nikmati saja tubuhnya sampai kalian puas! Lalu tinggalkan saja setelah itu,”

Zaura yang mendengar hal itu menatap tidak percaya kepada beberapa sosok yang sangat ia benci, lalu ia menatap beberapa orang pria yang bertubuh besar itu berjalan mendekatinya.

“Aku mohon siapapun tolong aku!”

Suara batin Zaura yang sudah pasrah sebab ia sudah tidak merasakan lagi tubuhnya.










🌻🌻🌻
5 hari ia hanya di perlakukan seperti binatang oleh beberapa pria besar itu, setelah itu ia ditinggalkan begitu saja.

Zaura merasakan banyak memar di tubuhnya, lalu bawahnya juga lecet dan bercak merah yang sudah mengering di pahanya.

Ia tidak peduli lagi dengan tubuhnya lalu berusaha berjalan keluar dari gudang itu untuk berjalan tanpa tujuan.

Akhirnya ia sampai di sebuah jembatan yang sangat tinggi, ia bisa melihat sungai yang sangat deras di bawah jembatan tersebut, ia menatap langit yang sangat cerah tetapi baginya itu adalah siksaan untuknya.

Hiks!

Tangisannya pecah begitu saja sebab meratapi nasib yang menimpanya 2 tahun ini.

“Apa salahku!”

“Aku sudah sangat lelah,”

“Apakah hidupku memang sangat menderita ini,”

Pikiran itu selalu berputar di kepalanya, lalu beberapa ingatan yang seperti kaset rusak itu membuat ia ingin merasakan mati saja.

Ia pun naik ke jembatan itu dengan mata yang sudah sembab, lalu mulai menutup matanya tetapi sebelum itu ia merasakan tangannya di pegang dengan erat oleh seseorang yang sangat mirip dengannya.

“Zaura turun sekarang!” teriak orang tersebut.

“Akhirnya kamu datang, tetapi aku minta maaf sebab aku sudah lelah menahan semua rasa sakit ini!” ungkap Zaura menatap lurus tepat kearah mata orang itu.

“Jangan tinggalkan gue! Gue akan lakukan pembalasan demi lo tetapi lo harus tetap berada di samping gue,” ungkap sosok tersebut yang tidak lain adalah Zivana Zenia Mecca kembaran Zaura.

“Maafkan aku Zenia,” balas Zaura dengan senyuman manis terukir di sudut bibirnya.

“Selamat tinggal.”

BYUUUURRRR!

“ZAURAAAAAAAAAAA!” 

Zenia bisa melihat saudara kembarnya tenggelam dan ia pun mulai melompat dari jembatan untuk membawa Zaura keluar dari sungai tersebut.











🌻🌻🌻
Sekarang terlihat di tanah lapang banyak orang yang berpakaian hitam tanpa kecuali Zenia, ia menatap sebuah kuburan seseorang yang sangat ia sayangi, walau tidak ada air mata di wajah cantik tersebut.

“Gue pastikan pada diri lo kalau gue akan membalaskan dendam lo yang sudah membuat lo seperti ini, Zaura!” ungkap batin Zenia yang berbicara.

Ia menatap kuburan kembarannya yang tidak bisa ia tolong kemarin, sebab sudah tidak bernafas lagi saat ia membawanya ke rumah sakit kemarin.

“Sayang,” panggil seorang pria yang masih terlihat tampan tetapi umur nya sudah kepala 4 itu.

“Dad,” ucap Zenia menatap kosong kearah daddynya itu.

“Pulang dulu, baru kita bahas apa yang ingin kamu lakukan!” ucap sang daddy kepada Zenia.

Zenia yang mendengar hal itu hanya mengangguk dan pergi meninggalkan lapangan tersebut.












Terlihat beberapa orang yang sudah duduk di ruangan yang sedikit penerangannya ini termasuk Zenia, ia menatap kosong didepan walau aura yang ia keluarkan sangat mencengkram, membuat beberapa bawahan keluarganya hampir pingsan karena tercekik.

“Jadi?” tanya sang daddy.

“Aku akan membuat mereka merasakan apa itu kematian!” jawab Zenia dengan seringai yang tercetak di bibir tipis tersebut.

GLUB!

Mereka yang mendengar hal itu merinding seketika sebab tidak akan pernah membuat masalah kepada nona muda mereka ini.

“Baiklah, tetapi apa kamu mau daddy bantu?” tanya daddy nya lagi.

“Tidak perlu dad, sebab aku sudah meminta mereka yang akan membantuku!” tolak Zenia yang masih mempertahankan seringainya.

“Baiklah, tetapi kalau kamu membutuhkan bantuan katakan saja! Sebab daddy akan siap membantumu,” pasrah sang daddy yang sudah biasa melihat tingkah anak perempuannya ini.

Ia tahu anak nya ini sangat menyayangi kembarannya, walau mereka terpisah tetapi ikatan mereka masih sama.

“Maafkan aku yang tidak bisa merawat Zaura, Luna!” batin daddy Xavier kepada mantan istrinya yang sudah meninggal dunia.

Sebab masa lalu membuat kedua anak perempuannya terpisah tetapi bagi keduanya mereka tetap akan bersama.

“Saatnya memulai permainan!”

Twin Brother RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang