◆ C H A P T E R 01 ◆

214 29 0
                                    

Pada zaman dahulu kala, di dalam hutan jauh nan gelap di sana, terdapat sebuah pondok besar terselimuti kabut dan semak-semak belukar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada zaman dahulu kala, di dalam hutan jauh nan gelap di sana, terdapat sebuah pondok besar terselimuti kabut dan semak-semak belukar.

Pondok itu milik seorang penyihir yang telah ribuan tahun lamanya hidup sendirian. Dia adalah seorang wanita berdarah dingin yang tidak ragu membunuh siapapun untuk dijadikan tumbal ritualnya memanggil makhluk-makhluk dari dunia kegelapan.

Sampai saat ini, tiada yang tahu dengan pasti seperti apa sosok penyihir tersebut, namun konon, ia selalu mengenakan sebuah pecahan topeng keramik untuk menutupi setengah wajahnya yang buruk rupa.

Jikalau kamu tak sengaja melihat wajahnya, kusarankan agar engkau segera melarikan diri secepat seekor Cheetah—atau minimal, kecepatan yang tidak akan bisa dilampaui oleh sang Penyihir.

Sebab, alasan mengapa tiada seorang pun yang tahu paras dari sosok licik itu ialah ....

Seluruh orang yang benar-benar pernah melihatnya, tidak pernah kembali dari hutan terdalam dengan kondisi hidup-hidup.

◆◆◆

Manusia itu bodoh, itulah mengapa aku membenci mereka.

Mengarang sebuah cerita klasik, yang kemudian dibisikkan dari mulut ke mulut, dan merata dengan cepat bagai biji-biji dandelion yang terbawa angin dari Negeri Timur.

Mahluk-mahluk lemah yang lebih membiarkan dirinya terjerat fiksi dibandingkan mencari kebenaran, mudah terbuai oleh rasa takut yang sebenarnya dihasilkan oleh sebuah fantasi konyol. Lantas, sebutan apalagi yang pantas disematkan untuk mereka kalau bukan Mahluk Bodoh? Apa Mahluk Tolol?

"Kau tahu? Cucu kakek Andrew, Tonny, katanya menghilang setelah mencari kayu di Hutan siang hari. Sudah hampir sepekan keberadaannya belum ditemukan. "

"Astaga, apa jangan-jangan dia dibunuh oleh si Penyihir Buruk Rupa??"

Dengar, Aku tidak membunuhnya, dia mati dimakan beruang.

"Sepertinya sih begitu, mengerikan. Kenapa pihak Kuil Agung belum bergerak untuk memburu penyihir tersebut, sih? Apa penyihir jahat itu terlalu kuat??"

Tentu saja Kuil Agung tidak akan memburuku, sebab mereka sama sekali tidak memiliki hak untuk itu, bukan aku pelakunya!

Sial, aku ingin sekali menjelaskan demikian kepada dua pria yang sedang bergosip di sudut meja sana. Tetapi aku tahu, aku tidak akan dipercaya.

Bahkan aku tidak yakin kalau mereka akan mendengarku sampai selesai, apalagi jika mereka menyadari pecahan topeng keramik yang menutup setengah wajahku yang tersembunyi di balik jubah ini. Sudah pasti mereka akan lari terbirit-birit, bukan?? Memikirkan reaksinya saja sudah membuatku tertawa geli.

ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑬𝒏𝒄𝒉𝒂𝒏𝒕𝒆𝒅┊ RANPOSANO ˎˊ-✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang