Sejak aku tinggal bersama Edogawa Ranpo, keseharianku benar-benar dibuatnya berubah nyaris 90° derajat.
Jika biasanya aku menyiapkan masakkan hanya untuk porsiku saja, kini aku harus memasak lebih banyak untuk dua orang, dia juga makan dengan acak-acakkan sehingga aku harus telaten menyuapinya, lalu aku pun harus memandikan pria itu setiap sore sebab sewaktu aku membiarkannya mandi sendiri, kamar mandiku malah berubah menjadi tempat yang sehabis terkena bencana badai hebat.
Benar-benar seperti mengurus sebuah bayi besar! Untungnya saja aku pernah menjadi biarawati dan mengurus orang-orang seperti ini, jika aku tidak memiliki pengalaman sama sekali, sudah pasti kesabaranku setipis tisu yang dibelah menjadi enam bagian.
Meski sifat pria itu sebelas dua belas dengan anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar, namun Ranpo sebenarnya cukup pintar—ah, maksudku bukan cukup lagi, dia sangat pintar.
Dia selalu dapat menganalisis suatu kasus dengan cepat, dan seluruh hasilnya selalu tepat sasaran. Meskipun dia adalah seorang tunanetra, tetapi dia sudah berkali-kali membantuku mencarikan barang-barang yang hilang di rumah dengan hanya berbekal dengan info yang minim dari ingatanku. Luar biasanya, barang itu pasti dapat ditemukan tak lama kemudian sesuai dengan analisis pria ini.
Aku selalu penasaran darimana dia mendapatkan kecerdasan yang luar biasa tersebut, tapi Ranpo hanya menjawab bahwa dia hanya seorang maniak novel yang bertema detektif dan misteri. Walau begitu, aku tetap bersikeras bahwa ketangkasannya ini adalah anugerah dari lahir. Maksudku, kemampuan Ranpo kelewat hebat untuk sekadar dikatakan bahwa keahliannya itu terbentuk hanya karena rajin membaca novel Sherlock Holmes dari pagi hingga malam.
Aku bisa membayangkan, jika seandainya Ranpo tidak buta, mungkin saja orang-orang di kota akan sangat mengaguminya walau dia bukan penduduk asli sini. Dia bisa saja membentuk kantor agensi detektif di salah satu sudut kota, lalu menjadi sangat terkenal dan kaya raya berkat kemampuan gemilang tersebut.
Ya, seharusnya dia menempuh hidup brilian seperti itu dibandingkan harus berakhir bersamaku di hutan terdalam yang sangat berbahaya ini. Sayang sekali 'kan jika suatu saat bakat menakjubkan itu malah berakhir di dalam perut beruang atau serigala? tapi sudah berapa kali aku bujuk, dia tetap bersikeras untuk tinggal bersamaku. Benar-benar pria yang keras kepala!
"Haaah~"
"Nona Yosano? Mengapa kau menghela napas panjang seperti itu?"
Aku yang tadinya tengah asyik dalam pikiran sendiri tatkala menikmati pemandangan matahari tenggelam dari jendela kamar, menjadi menoleh ke arah belakangku dan menemukan Ranpo yang perlahan menghampiriku menggunakan tongkat penuntunnya.
"Oh, bukan apa-apa. Aku hanya merasa angin ini menenangkan sekali," jelasku cepat seraya menutup jendela. "Ada apa sampai menghampiriku, tuan Ranpo?"
"Ah, sekarang sudah sore, bukan? tadi aku mendengar jam kukuk di bawah sudah berbunyi lagi. Kupikir ini sudah waktunya untuk mandi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑬𝒏𝒄𝒉𝒂𝒏𝒕𝒆𝒅┊ RANPOSANO ˎˊ-✔️
Fanfiction≡;- ꒰ ° ☕ F A P R O J E C T 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ [ 𝗙𝗮𝗻𝘁𝗮𝘀𝘆/𝗪𝗶𝘁𝗰𝗵! 𝗔𝗨] ;; 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌 𝒕𝒐𝒑𝒆𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒎 𝒊𝒕𝒖, 𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒊𝒉𝒊𝒓 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒎𝒃𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂. ─────────────────────────...