"Karena itulah, aku akan mencongkel matamu. Selamat malam!"
Swoosh!
Aku mengangkat kapak itu tinggi-tinggi dan melayangkannya ke leher pemuda asing tersebut. Kini selesai sudah, aku akan menjadi pendosa, kuucapkan selamat tinggal kepada kehidupan biarawatiku yang suci.
"— Halo, apakah ada orang??"
Eh?
Tepat sebelum ujung kapak tersebut menembus leher pemuda itu, aku berhenti, terpaku mendengar suaranya tadi.
"Hai? Tadi aku mendengar langkah kaki dan seseorang berbicara, apakah ada orang di depanku? Apa kamu berbicara denganku? Jika iya, tolong respon dengan menepuk tanganmu sekali agar aku tahu di mana posisimu."
Keningku mengerut selagi mendengar semua ocehan itu, aku pun segera menjatuhkan kapakku lalu berjongkok di depannya.
Baru kusadari, dia menggunakan perban untuk menutupi area mata. Pantas saja dia tidak kabur atau bergerak sedikitpun saat aku mengayunkan kapak tadi, rupanya dia tidak melihatku.
Apa dia buta?
Untuk memastikan, aku pun bertepuk tangan sekali.
" ... Oh! Kau tepat di depanku rupanya! Hai, namaku Edogawa Ranpo! siapa namamu?" tanyanya riang setelah terdiam sejenak.
Dia sempat meraba suara tepuk tanganku, berarti dia benar-benar buta.
Jadi, dia tidak akan takut dengan wajahku ini, bukan? Dia tidak bisa melihatnya sehingga tidak akan memberiku tatapan hina seperti yang lain.
Tetapi untuk berjaga-jaga, aku tidak akan memberi tahu informasi tentangku, termasuk nama.
"Bagaimana kau bisa di sini? Apakah kau datang untuk merampok rumahku?" tukasku tajam, menghiraukan pertanyaan barusan.
"Astaga! Mengapa Nona langsung menuduh saya?! Saya bahkan tidak dapat melihat kilau koin emas dengan mata saya ini!" Dia menjawabku dengan nada kesal.
"Saya berasal dari tempat yang jauh, saya datang menggunakan kereta kuda, tapi tiba-tiba saya malah diturunkan di tengah jalan. Saya tidak tahu tepatnya seperti apa tempat ini, namun saya bisa merasakan bahwa ini hutan berdasarkan angin dan suara. Hawa hutannya sungguh berbeda dari tempat asal saya, jadi saya percaya, bahwa saya sudah sangat jauh dari rumah.
Lalu saya mencoba mencari jalan, barangkali saya dapat menemukan jalan keluar untuk mencapai desa atau kota, tetapi seekor beruang malah mendadak datang menyerang saya dari belakang yang membuat saya lari tak tahu arah. Tahu-tahu saja, saya sampai di Rumah nona ketika saya rasa beruang itu tak lagi mengejar Saya. Saya memutuskan untuk istirahat sejenak karena kelelahan dan malah kebablasan sampai ketiduran."
Dikejar beruang? Yah, ini bukan pertama kalinya bintang buas itu mengejar manusia untuk dijadikan makan malam. Akan tetapi jarang ada yang selamat dari terkaman beruang-beruang tersebut, maka pria ini bisa dikatakan cukup beruntung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑬𝒏𝒄𝒉𝒂𝒏𝒕𝒆𝒅┊ RANPOSANO ˎˊ-✔️
Fanfiction≡;- ꒰ ° ☕ F A P R O J E C T 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ [ 𝗙𝗮𝗻𝘁𝗮𝘀𝘆/𝗪𝗶𝘁𝗰𝗵! 𝗔𝗨] ;; 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌 𝒕𝒐𝒑𝒆𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒎 𝒊𝒕𝒖, 𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒊𝒉𝒊𝒓 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒎𝒃𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂. ─────────────────────────...