*
Sembari menikmati makan malamku, sesekali aku mengedarkan pandangan ke ruangan yang luas ini. Berharap mataku bisa menemukan apa yang ingin kutemukan. Aku hanya penasaran ke mana orang itu berada dan kenapa bisa-bisanya dia meninggalkanku begitu saja setelah badanku dibawa dari ruangan gelap tadi. Bahkan setelah aku sampai di ruangan di mana penyintas berkumpul, orang itu tidak menemuiku. Bodohnya, aku mengharapkan hal itu.
Memang apa yang kau harapkan dari dia Jean? Bodoh sekali kau ini!
Seketika aku menggelengkan kepalaku pelan akibat menyadari kebodohanku. Aku berusaha membuang ekspektasiku jauh-jauh atas orang itu. Mungkin dia sekarang sedang duduk dan makan malam dengan teman baru yang tadi disebutkan oleh Meadow. Ya, ternyata tiga hari sudah kami berada di sini dan aku melewatkan banyak hal. Tiga hari sudah, tapi belum juga mampu membuat Catty menghilangkan rasa amarahnya dan tetap menaruh dendam kepadaku. Begitu yang aku dengar dari Meadow.
"Kadang orang-orang hanya mencari 'kambing hitam' dalam proses berduka. Sama seperti ketika aku tahu dari kau bahwa Callie sudah tiada," timpalnya dengan raut wajah yang tak bisa dibaca. "Tapi, bagiku sekarang, itu sudah tidak penting. Maksudku berdukanya yang tidak penting. Karena yang harusnya kita pikirkan adalah bagaimana bertahan hidup, bukan?"
Mendengar hal itu, yang terlintas di kepalaku adalah seberapa jauh sudah aku bertahan hidup, seberapa banyak mata yang sudah aku lihat dan seberapa banyak luka yang sudah aku alami hingga sekarang aku masih bisa menyantap sup dan duduk di atas ubin yang dingin. Aku hanya bisa menghela napasku untuk meringankan pundakku sesaat. Meadow lalu melanjutkan ceritanya dan aku mendengarkan sambil melanjutkan makanku.
Meadow menceritakan banyak hal tentang apa yang ia ketahui mengenai tempat ini dan orang-orang berbaju hitam yang kelihatannya seperti mereka yang mengambil tanggung jawab atas tempat ini. Kata Meadow,beberapa orang dari mereka pernah bertugas di bagian kemiliteran dan salah satu orang yang dia ketahui adalah Orion, pemimpin Camp.
Selain itu, beberapa dari mereka adalah volunteer atau sukarelawan dengan latarbelakang berbeda-beda dan diberikan tanggung jawab yaitu mengurusi penyintas-penyintas lain dan menjaga keamanan Camp. Sukarelawan tadi juga diajarkan bagaimana cara memegang senjata dan menggunakannya demi keamanan. Ketika kutanya sejak kapan mereka mengubah tempat ini jadi tempat perlindungan, Meadow menjawab bahwa dia tidak mendapatkan info yang tepat mengenai hal itu. Beberapa penyintas menjawab mereka sudah berada di sini selama 2 minggu dan ada yang menjawab sudah 4 minggu dan lain-lain.
Meadow juga menyebutkan ketika hari pertama kami dievakuasi ke tempat ini, dia, Blake, Catty dan aku diperiksa oleh salah seorang dokter yang juga merupakan sukarelawan di tempat ini. Jika kau membayangkan dokter di sini adalah dokter berpakaian rapi dan necis, maka kau salah. Semua 'penampilan' di sini sudah membaur bahkan orang yang berprofesi dokter sekalipun. Kata Meadow, ketika aku pingsan, mereka bertiga diobati dan diberi pakaian 'baru', persis seperti apa yang mereka lakukan padaku. Namun,tetap saja mereka tidak dibopong secara berlebihan sepertiku. Ugh, aku sungguh kesal jika mengingat itu lagi!
"Lalu, bagaimana dengan katana-mu?" tanyaku penasaran.
Meadow mendekatiku dan mengubah raut wajahnya lalu berbisik, "Mereka mengambil dan menyimpannya dengan alasan keamanan. Tentu saja aku tidak terima! Sudah kucari dan kumasuki berbagai tempat, tapi belum kutemukan di mana mereka menyembunyikannya. Lihat saja! Aku bersumpah akan mengambilnya lagi suatu saat nanti."
Aku seketika mempertanyakan apa sebenarnya misi para orang-orang ini dan jikalau beberapa dari mereka adalah tentara, kenapa mereka tidak mengevakuasi orang-orang yang ada di sini ke kota yang lebih aman dibandingkan harus mengumpulkan mereka di tempat yang belum terjamin keamanannya.Pertanyaan-pertanyaan ini penuh di kepalaku dan membuatku bingung. Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas berat. Rasanya aku tidak bisa hanya berdiam diri saja di tempat ini. Masih ada misi yang harus kujalankan dan masih ada tempat yang ingin kutuju. Sebisa mungkin aku harus menjauh dari tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
State Of Tetraxons
Science FictionNew York adalah salah satu dari beberapa kota yang mengalami hal mengerikan. Invasi makhluk bertangan empat yang datang bersama satelit tak-diketahui-namanya itu mengubah kota yang terkenal sebagai kota tersibuk hingga menjadi kota mati. Tetraxons...