Bagian 25. Anxiety

519 63 5
                                    

State of Tetraxons
Bagian 25. Anxiety

Jejak kaki itu terpampang sangat jelas di antara kerikil dan serpihan-serpihan pasir dari semen dinding yang hancur bekas ledakan lalu bertebaran di atas trotoar jalan. Aku semakin khawatir dengan Blake. Dia bahkan tidak memberiku suatu petunjuk atau suatu pesan rahasia yang mungkin akan dia tulis di suatu tempat. Tidak ada petunjuk sama sekali yang bisa membawaku padanya.

Entah mengapa bisa jadi seperti ini. Tapi, jantungku memompa lebih cepat dari biasanya setelah mengetahui Blake menghilang lagi. Aku dilanda rasa takut. Aku khawatir. Ya, aku khawatir jika Blake mengalami hal yang tidak kuduga. Dan pemikiranku mengatakan apa yang nantinya akan dilakukan oleh para pembajak itu kepada Blake.

Aku menarik napas berat saat Meadow menjelaskan tentang para pembajak ini. Empat sampai lima orang bertubuh besar. Katanya, lebih besar daripada tubuh Mallet. Dan pastinya lebih besar daripada Blake. Para pembajak ini sangat tahu caranya mengintimidasi lawan. Mereka bahkan akan melakukan apapun agar kebutuhan mereka terpenuhi.

"Jika kau menuruti apapun kehendak mereka, mereka akan membiarkanmu hidup hingga kau tidak berguna lagi bagi mereka. Kau akan dibebaskan begitu saja. Tapi, tanpa membawa amunisi apapun,"

"Jika Blake menolak melakukannya?" Tanyaku.

"Maka dia pasti sudah akan mati."

Sialan! Kau seharusnya sudah tahu itu, Jean!

Aku menutup kedua mataku. Membayangkan apapun kemungkinan yang terjadi pada Blake. Merasakan lagi bagaimana detak jantungku bekerja. Masih sama. Akupun membuka kedua mataku lagi dan  mengarahkan pandanganku ke arah Meadow.

"Bagaimana kau tahu semua itu, Meadow?" Tanyaku pada perempuan yang hanya terlihat mata birunya itu sembari kembali berdiri.

"Mereka pernah membawaku," jelasnya singkat. Dia tidak ingin berkata lebih jauh. Meadow terkesan berbicara paling sedikit. Tetapi, dia bersungguh-sungguh mengatakannya.

Keningku otomatis berkerut saat Meadow menjawab pertanyaanku tadi. Aku terkejut dan merasa menyesal sudah menanyakannya. Karena itu, aku tidak ingin bertanya lebih jauh. Merekapun begitu. Seolah mereka tahu mana yang harus dibicarakan dan mana yang tidak pada situasi tertentu. Aku hargai itu.

Aku teringat lagi akan Blake dalam keheningan di antara kami berempat. Membuat sesuatu di dalam diriku bergejolak. Entahlah. Aku bingung menjelaskan bagaimana rasanya sesuatu itu. Sesuatu yang ada di antara jantung dan pikiranku. Dan yang bisa kukatakan ialah aku hanya khawatir dengan nasib lelaki itu. Membuat kepalaku pening seketika.

"Aku harus segera menemukan Blake," ucapku pelan. Kurasa, suaraku tadi masih bisa terdengar oleh ketiga orang ini.

"Tidak! Kita harus segera mencari tempat yang aman untuk bermalam, anak muda! Sebelum matahari benar-benar tenggelam," ucap Catty dengan tergesa-gesa. Dia benar. Hari sudah mulai sore.

Bertahanlah, Jean! Kau pasti bisa mengajak lambungmu untuk bekerja sama!

Ya, selain Blake. Yang membuatku jadi mudah panik adalah aku sangat sadar tidak mendapatkan makanan apapun untuk lambungku tersayang. Aku hanya berharap aku akan baik-baik saja untuk beberapa jam ke depan. Walaupun kepalaku memang tak bisa lagi diajak berkompromi.

"Baiklah! Kita akan kemana, Catty?" Tanyaku pada wanita ini. Dia tampak berpikir sejenak.

"Maka dari itu, kami tidak tahu. Biasanya kami akan mendapatkan suatu tempat secara spontan atau secara kebetulan. Apakah kau ada saran?" ujarnya. Mereka juga kebingungan rupanya. Satu-satunya tempat yang kali ini ingin kudatangi ialah kantor polisi yang menjadi misiku dan Blake sebelumnya. Aku hanya ingin memastikan apakah Blake ada disana. Tapi, kemungkinanku hanya sebagian kecil.

State Of TetraxonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang