MATS 3 : Cafe

28 1 0
                                    

***

Weekend adalah yang aku tunggu selalu. Tidak, sebenarnya tidak semua weekend. Hanya weekend dimana aku dan Mas Fathan sekedar jalan-jalan keluar. Tidak selalu kami bisa seperti ini, hanya sebulan sekali bahkan dua atau tiga bulan sekali. Dikarenakan sering kali pekerjaan Mas Fathan yang mengharuskannya untuk juga bekerja di hari libur.

Sedang aku, Weekend tidak bekerja. Biasanya kalau Mas Fathan sedang bekerja aku me time melakukan hal yang aku suka. Kadang ke cafe, atau bertemu dengan temanku.

"Kamu seneng?" tanya Mas Fathan dan aku mengganggukkan kepalaku.

Sudah lama sekali aku ingin pergi kesini. Aku melihat review temanku yang bagus disini. Jadi, aku memutuskan untuk menginap selama dua hari 1 malam disini. Tempatnya sejuk nan hijau, serta beberapa km dari sini ada tempat wisata yang nan indahnya.

"Seneng banget Mas. Erin udah nunggu pengen kesini udah lama banget." ucapku tersenyum lebar memandangi air mancur yang ada di dekat villa kami ini.

"Syukurlah, Mas juga turut senang kalau kamu senang juga."

Aku melirik Mas Fathan, kulihat juga ikut tersenyum. Kami baru saja selesai sarapan dan kini tengah menikmati pemandangan di beranda villa seperti ini.

"Jadi, hari ini kita mau kemana?" tanya Mas Fathan lagi.

"Sebentar, Erin liat notes dulu Mas. Erin udah buat list kita mau kemana aja hehe"

Aku membuka ponselku dan melihat notes yang ada disana. Aku sudah menyusun list yang ada disini cukup lama. Ini semata-mata karena ini hari spesial bagiku. Sebenarnya Mas Fathan juga sudah pernah ke daerah ini hanya saja saat aku meminta saran hendak pergi kemana lagi pasti jawabannya kembali ke padaku lagi.

Mas Fathan tau benar aku tidak pernah pergi kemana-mana jadi dia selalu berpatok padaku hendak pergi kemana.

"Erin pengin pergi ke Bukit yang terkenal itu Mas, yang katanya ada satu cafe cantik disana. Erin penasaran kalau lihat reviewnya bagus," lontarku.

Mas Fathan menganggukkan kepalanya.

"Tapi, kalau Mas rasa kejauhan enggak apa-apa kok. Erin masih punya opsi yang lain. Jangan dipaksain ya?"tambahku lagi.

"Meskipun jauh ya kenapa? Wong ada istri yang nemenin kok" balas Mas Fathan meraih tanganku dan menciumnya.

Aku terharu jadinya. Aku melihat ke arah suamiku itu dengan haru.

"Suamiku baik banget sih, Makasih ya sudah mau turutin apa yang Erin mau..."

Mas Fathan menganggukkan kepalanya lagi. Aku menggandeng tangan suamiku itu lebih erat. Memang tidak ada yang lebih mengerti aku selain dirinya. Setelah ini aku akan mandi lalu ya bergegas untuk pergi ke tempat-tempat yang kami mau.

Tidak lupa pula aku merias diriku secukupnya. Aku suka sekali di bagian ini, menurutku aku tidak akan malu-maluin jika pergi dengan suamiku bila tampak sedikit cantik seperti ini.

"Cantiknya istri Mas..." puji Mas Fathan melihat aku yang sudah rapih dan siap untuk pergi hari ini.

Aku tersenyum malu, aku senang kalau melihat suamiku senang dengan bagaimana aku berpakaian dan merias diri. Kalau sudah begini aku merasa pede untuk bersanding dengannya seperti ini.

"Peluk dulu sini, charge energy dulu baru kita pergi"

Aku pun segera memeluk Mas Fathan. Aku dia kecupi beberapa kali dan peluk untuk beberapa saat. Tapi ya tidak apa-apa kan toh sudah halal dan ini ibadah juga bukan?

"Mas kita jadi perginya kan?" tanyaku di sela-sela pelukan kami. "Iya ya, mas kok jadi lupa. Yuk, kita pergi ya..."

***

Maaf Aku Tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang