***
Sudah 3 hari ini aku ditinggal tugas oleh Mas Fathan. Hari minggu ini Mas Fathan akan pulang. Ya, Mas Fathan seminggu lebih bertugas di Jogja. Alhasil aku hanya di rumah saja, terkadang Ibu mertuaku mengunjungiku membawakan makanan bermaksud menghibur aku yang sendirian saja di rumah.
Semenjak menikah dengan Mas Fathan, aku turut akrab dengan adik iparku. Kebetulan setiap sebulan sekali adik iparku itu pulang ke Jogja. Maklum saja adik iparku dan suaminya tinggal di Bandung jadi sebulan sekali diusahakan untuk tetap pulang untuk mengunjungi orang tuanya.
Seperti kali ini aku bisa bertemu dengan adik iparku itu dirumah mertuaku. Kami berkumpul bersama, tapi sayangnya suamiku itu tidak bisa ikut.
"Gimana, Kinan? Repot gak bagi waktunya buat kerja dan jadi istri dan Ibu?" tanyaku pada Kinan, adik iparku yang usianya juga sepantaran denganku.
"Seru, hectic, apalagi aku baru kembali kerja sebulanan ini kan Mbak. Untungnya suami juga bantu aku banyak banget,"
"Alhamdulillah. Mbak bayanginnya aja udah seru, capek pasti tapi pulang liat wajahnya anak senang banget ya..." tambahku.
Aku menemani Kinan yang tengah mengasihi anaknya sekaligus keponakanku ini. Anaknya perempuan dan sangat mirip sekali dengan Kinan. Anaknya baru berusia 4 bulan dan sangat gembul sekali.
"Semoga Mira bisa segera punya teman ya, Mbak. Jadi ntar bisa main bareng, terus Ayahnya aja berdua gantian momong anaknya. Kita bisa ke salon bareng Mbak, belanja bareng, me time ke cafe hehe..." sambung Kinan dan kubalas dengan senyum.
Aku juga sangat menginginkan hadirnya buah hati di tengah rumah tanggaku dan Mas Fathan. Tapi, lagi-lagi memang belum rezekinya.
"Aamiin semoga Mbak bisa disegerakan menyusul kamu ya, Kinan."
"Aamiin, Kinan akan bantu doain Mbak."
Aku memperhatikan Kinan bagaimana dia mengurus anaknya. Memastikan bahwa anaknya sudah terlelap tidur sembari dia lanjut untuk pumping. Aku berbincang-bincang dengan Kinan cukup lama. Hingga tidak sadar sore sudah semakin gelap tandanya waktu maghrib akan segera tiba.
Aku berpamitan lebih dulu pada Kinan dan keponakanku yang tengah tertidur itu. Selanjutnya menemui mertuaku yang ternyata baru saja pulang dari pengajian rutinnya setiap minggu.
"Bu, Erin mau pamit pulang ya Bu. Nanti kemaleman." ucapku menemui mertuaku yang baru saja duduk di sofa itu.
"Cepat banget nduk, baru aja Ibu mau ajak Erin makan ini nasi berkat dari pengajian tadi lho."
Mertuaku memperlihatkan berupa bungkusan yang dibawa dari pengajian tadi. Sering kali mertuaku seperti ini. Terkadang bila pulang pengajian setelah dijemput oleh Mas Farhan, kami akan makan bersama-sama di rumah kami. Entah kenapa rasanya nasi bungkusan seperti ini nikmat sekali.
"Erin tidur disini saja ya, wong Farhan pulangnya juga masih minggu kan. Disini kita ramai kan kamu gak sendiri juga..." tambah mertuaku itu.
Betapa syukurnya aku terkadang memiliki mertua seperti mertuaku ini. Sangat-sangat memahamiku. Sering sekali kalau Mas Farhan bertugas mertuaku ini memintaku untuk tidur di rumah mertuaku saja. Katanya, kasihan melihat aku yang sendirian di rumah. Mertuaku itu cukup khawatir dengan keadaanku yang hanya sendirian.
"Bapak sendirian lagi dong, bu?" tanyaku dan mertuaku itu terlihat menoleh ke arah jendela sebentar.
"Bapak biar saja sendirian tidur. Ibu lagi marah sama Bapak..."
"Emang Bapak kenapa Bu?" tanyaku yang akhirnya mengikuti mertuaku itu ke dapur.
Ibu mertuaku ini memang suka sekali cerita mengenai Bapak mertuaku yang sering kali membuatnya kesal. Tapi ini tidak berlangsung lama, besok juga kesalnya sudah redam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Aku Tak Sempurna
RomanceMaafkan aku dengan segala kurangku yang membuatmu harus mencintaiku apa adanya. Apa kamu masih akan tetap mencintaiku bila aku tidak bisa membuatmu bahagia? Copyright ©2022 by Desi Alfaraby, All Rights Reserved.