02

34 2 0
                                    

Di fasilitaskan dengan harta tapi tidak denga cinta buat apa?
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini Laras agak cepat datang ke sekolah karena pas waktu sarapan ada insiden lagi, dimana dua orang tua nya itu bertengkar lagi dan itu membuat nya jengah dan bergegas ke sekolah.

Mereka seolah tak berpikir untuk bertengkar bahkan dihadapan Laras sekali pun.

Laras membantingkan stir mobilnya kesamping dia berhenti sejenak.

"Arghh sial, pikiran gue kacau" teriak frustasi Laras sambil mengacak kesal rambut nya.

"Jangan lupakan apa yang terjadi terhadap Senia dulu" ujar Prima emosi

Seketika saja wajah Ria menegang mendengar penuturan keras dari mulut Prima.

Prima tersadar akan ucapannya lalu menoleh ke arah Laras yang tadinya hanya menjadi penonton seketika melotot mendengar nama Mama nya di ucap.

"Apa ada hal lain yang tidak gue ketahui tentang meninggalnya Mama?" Monolog Laras sendiri di dalam mobil Tesla putihnya itu.

"Ma, Laras kangen Mama, Laras kangen dipanggil Ona sama mama" pertahanan Laras runtuh untuk tidak menangis, dia tak kuasa menahan air mata jika menyangkut urusan dengan Mama tercinta nya itu.

"Tadi malam Laras mimpi itu lagi. Maafin Laras ya seandainya waktu itu Laras ga bandel, Laras ga bakalan kehilangan Mama" isak tangis Laras menjadi jadi.

Sekitar sepuluh menit Laras menghabiskan waktunya untuk menangis akhirnya dia mengakhiri tangis nya itu. Dia memusut kasar air mata nya yang bebas berjatuhan itu.

Laras merogoh handphone nya yang ada di saku celana langsung saja mencari kontak seseorang dan menelephone nya segera.

"Halo Vin"

"Tumben nih sepupu gue nelpon. Kenapa?" Sahut seseorang yang bernama Marvin di seberang sana.

"Gue mau minta tolong sama lo" pinta Laras.

"Tolong apa" sahut Marvin yang notabe nya adalah sepupu Laras itu.

"Bantu gue nyari kebenaran kasus tentang Mama Senia" ucap Laras to the point

"Liona sayang.." belum sempat Marvin melanjutkan ucapannya langsung di sahut oleh Laras.

"Jangan panggil gue dengan nama itu! Nama gue Laras" ujar Laras menaikan sedikit volume suaranya.

"Oke oke sorry. Lo tau kan bantuan harus ada imbalan" Laras sangat tau akan pikiran Marvin ini. Dia adalah seorang detektif handal terpercaya sekarang penepatan di distrik Jakpus jadi siapa pun yang berurusan dengannya akan tidak mudah untuk bisa lolos bahkan hampir tak pernah ada.

"Ck, salah satu mobil Tesla gue buat lo. Pilih sendiri" tawar Laras tanpa panjang lebar.

"Oke setuju" girang Marvin diujung sana dia bakalan punya mobil baru.

"Setelah dapat informasi harus lapor sama gue sekecil apa pun itu" pinta Laras tegas.

"Oke siap kasus tante Senia aman di tangan gue, bakalan gue usut sampai tuntas" ucap yakin Marvin.

Laras lalu mematikan sepihak telephone dari Marvin tanpa mengucap sepatah kata penutup. Tidak peduli entah Marvin kesal apa tidak diseberang sana.

🦊🐰🐭

"Tumben lo hari ini datang cepat" tanya Vio pada ketua geng nya itu

ABOUT ME || LARAS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang