06

57 3 2
                                    

"Bian!" Laras tergesa gesa menghampiri anak kecil yang tampan itu namun terkulai lemah mengigil, hanya bisa meringis mengaduh kesakitan.

"Badan Bian sakit semua kak" ucap Bian bergetar seluruh badanya terasa sakit tidak bisa dia ekspresikan hanya ada rasa sakit saja yang dia rasakan.

"Kita kerumah sakit sekarang ya sayang, kak Laras bakalan bawa kamu berobat" ujar Laras sambil menyeka keringat yang bercucuran di wajah Bian.

"Bun, Bunda siapin keperluan Bian ya nanti Laras kirimin taxi buat bunda nyusul ke rumah sakit" ujar Laras sambil membopong kepelukannya anak manis berumur 7 tahun itu.

"Laras pergi duluan sama Bian" lanjut nya dengan tergesa gesa. Bunda Nina mengangguk sambil menangis dia juga tak kalah panik dengan Laras walaupun kejadian seperti ini sering terjadi tapi tetap saja dia panik.

Sesampainya di rumah sakit, tanpa pikir panjang Laras langsung menerobos ke ruang IGD menuju meja resepsionis disitu sudah ada dokter spesialis yang biasanya menangani Bian saat dalam keadaan seperti ini.

"Dokter Andra, tolong bantu Bian" dokter Andra pun bergegas menghampiri Bian dan Laras, segera membopong nya dari pelukan Laras menuju bangsal.

Dengan telaten dokter cantik itu memeriksa Bian setelah itu dia memberikan infus dan slang oksigen pada Bian yang sudah mulai tak sadarkan diri.

"Laras kita bicarakan di ruangan saya saja" ajak dokter Andra pada Laras dan langsung saja diikuti oleh nya.

"Silahkan duduk" titah dokter Andra saat sudah sampai di ruangan.

"Jadi gimana dok kondisi Bian?" Tanya Laras khawatir.

Dokter Andra menghembus berat nafasnya "Jadi gini, kondisi Bian sekarang sudah sangat sulit untuk diatasi. Dia harus segara kita operasi, kami sudah berusaha maksimal mencari pendonor namun masih tak kunjung masuk"

"Untuk sementara kondisi Bian perlu dipantau maksimal dia harus rawat inap sampai kita menemukan pendonor yang tepat" jelas dokter Andra terus terang.

"Apapun itu dok tolong berikan yang terbaik buat Bian. Berapapun biayanya saya akan bayar" tulus sekali ucapan Laras dia kali ini benar benar memohon pada sang dokter.

Sebenarnya Bian sama saja dengan anak anak lain tapi entah mengapa ada sesuatu yang spesial dari Bian menurutnya.

"Sudah pasti itu. Saya akan mengusahakan yang terbaik untuk Bian" ujar Dokter Andra meyakinkan Laras.

"Terimakasih banyak dok, dokter Andra sudah bekerja keras. Saya permisi" Laras pun meninggalkan ruangan dokter Andra setelah mendengar vonis dari dokter cantik tersebut.

Di luar ruangan dokter Andra, Laras tidak langsung pulang dia malah mondar mandir di depan ruangan dokter Andra sambil menggigit ujung kukunya yang sudah mulai hampir tumpul itu.

"Apa yang harus gue lakuin" Laras berpikir keras, bagaimana lagi usahanya untuk mencari pendonor.

"Makanya kalo jalan tuh hati hati" ucap Brian sambil memapah Cassie yang terluka entah karena apa.

"Ishh gue udah hati hati gak sengaja aja kesandung bangku di kolam renang" aduh Cassie sambil sesekali meringis karena kesakitan.

Tadinya dia ingin mandi di kolam renang pribadi rumah mereka, karena kurang hati hati dia pun tersandung bangku santai lalu tersungkur ke arah batu kerikil penghias di samping kolam. Alhasil telapak tangan nya mendapat 2 jahitan akibat kerikil yang runcing serta lecet bagian lutut.

Mendengar Cassie yang mengaduh dari samping rumah membuat Brian bergegas menghampiri sang sepupu.

"Ceroboh emang. Besok gue bakalan suruh om Dhami musnahin tuh batu kerikil sialan" ucap Brian sedikit emosi, berani sekali makhluk kecil nan laknat itu menyakiti kesayangan nya.

Cassie sontak tertawa melihat tingkah posesif sepupunya itu "apa sih posesif amat, bisa gila lo lama lama. Batu aja diajak musuhan" lalu Cassie menggelengkan kepalanya.

Saat memapah pelan Cassie di lorong rumah sakit atensinya terganggu oleh seseorang yang sedang mondar mandir cemas di depan ruang dokter.

"Ngapain lo disini" tanya Brian pada Laras, Laras yang merasa dipanggil sontak terkejap sedikit. Langsung saja dia mengubah mimik ekspreainya agar tidak keliatan cemas.

"Bukan urusan lo" ucap Laras sambil bersedekap dada.

"Idih cuma nanya doang padahal" sewot Brian.

Laras melirik ke arah Cassie yang terlihat terluka "kenapa lo?" Tanya Laras sedikit gensi.

"Bukan urusan lo" ucap Cassie tak kalah jutek ke arah Laras.

"Yaudah sih gue juga ga peduli lo pada mau ngapain disini" ujar Laras memberengut.

"Ya sebenarnya bukan urusan lo juga sih lagian nih rumah sakit milik keluarga gue jadi bebas mau ngapain" ucap Cassie dihadapan Laras yang sudah kesal.

Malas berlama lama berdebat dengan dua orang tak jelas menurutnya lebih baik pergi saja.

"Tuh cewe kenapa ga jelas banget sih" ujar Brian setelah melihat kepergian Laras tadi.

"Udah lah ga usah benci benci amat ntar lo jodohan sama dia baru tau rasa" ejek Cassie pada sepupunya itu.

"Idih amit amit gila lo" sungut Brian lalu melanjutkan memapah Cassie untuk pulang.








Hai ini adalah cerita Laras dari lapak PACAR TARUHAN sesuai janji bakalan buatin cerita ini juga.

Cerita ini bakalan ada sedikit banyaknya kemasukan Cast utama dari cerita sebelumnya, tapi jika tidak ingin membaca lapak sebelumnya juga ga papa karena masih bakalan nyambung alur nya.

Tapi kalo merasa kurang pas kalian boleh baca lapak sebelumnya "PACAR TARUHAN"

Sekian dari thorthor jika ada salah penulisan ucapan atau salah tanda baca boleh diingatkan di lapak komen, agar bisa membantu senantinya untuk direvisi kembali.

"Jika ada kritik atau saran sangat diperbolehkan untuk berkomen karena barang kali saja dengan adanya komentar kalian bakalan bikin thorthor semangat dalam menulis karya yang baik"

"Jangan lupa vote komen dan ikutin terus lapak thorthor"

🌱감사합니다🌱

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABOUT ME || LARAS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang