03

27 2 0
                                    

Aku menyayanginya layak pangeran kecil yang tidak ada hubungan darah. Kami merasa terikat.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jam pulang sekolah sudah berlalu sejak setengah jam yang lalu, namun Laras bukannya pulang dia malah pergi ke suatu tempat

Rumah Cinta Kasih.

Panti asuhan yang sering di kunjunginya secara diam diam.

"Kak Layas" teriak girang bocah umur 7 tahun itu menghampiri Laras.

"Eh awas jangan lari ntar jatoh" Laras berlarian kecil menghampiri bocah itu sambil tersenyum.

Sakin girang nya anak itu langsung memeluk Laras yang tingginya hanya sebatas perut.

"Bian, ka Laras kan sudah bilang jangan larian gitu nanti jatoh terus kaki nya berdarah lagi" ucap Laras penuh perhatian seraya mengelus sayang pipi bocah yang diketahui bernama Bian itu.

"Maaf kak, Bian senang banget kaka kesini" cengir manis dari bibir Bian. Gemas sekali.

"Ga papa sayang. Yang lain mana? Kok kamu sendirian di luar" tanya Laras.

"Ada di dalam lagi menggambal" ucap Bian yang masih cadel itu.

"Yaudah, ayok kita samperin" Laras pun menggandeng tangan bocah kecil itu masuk ke dalam rumah panti.

"Kak Laras" sahut banyak nya anak anak yang girang akan kedatangan Laras.

"Hai semua. Udah pada makan belum adek kaka?" Ucap Laras senang sekali rasanya melihat antusias para anak anak dengan kedatangannya.

"Makan siang belum ka, Bunda lagi ke pasar beli bahan" ucap Cia gadis yang berumur 12 tahun itu.

"Yaudah, bantu kaka yok ngambil makanan di mobil" ajak Laras pada anak anak panti itu.

Sebelum datang ke panti dia mampir sebentar membeli makanan untuk anak anak.

"Ambil masing masing satu ya biar kebagian adek adeknya yang lain" ujar Laras yang dapat jawaban Iya dari anak anak manis itu.

Senang sekali rasanya Laras bisa melihat betapa lahapnya anak anak dengan makanan yang dia bawa tadi.

"Eh nak Laras. Lama ya datangnya" ujar wanita yang berumur sekitar 47 tahun itu.

"Bunda Nina. Baru aja kok Bun Laras sampainya sekalian bawain adek adek makanan" ucap Laras pada Nina

"Anak anak sudah ucapin terimakasih belum sama kak Laras?" Ujar Nina pada anak anak yang sibuk makan itu.

"MAKASIH KA LARAS" sahut anak anak serentak pada Laras tentu saja dapat seyuman lebar dari Laras.

"Bun, Laras mau ngomong sama Bunda" ujar Laras.

"Yaudah ayok ke dalam" ajak Nina

Laras dan Nina pun pergi ke ruang tengah untuk berbicara.

"Bun, gimana kondisi Bian akhir ini?" Tanya Laras.

"Makin parah nak. Sekarang dia harus cuci darah 1 kali dalam 2 minggu" Nina menghembus kasar nafasnya.

"Bunda khawatir kalo dalam tempo bulan ini ga dapat pendonor buat Bian, dia bakalan sulit bertahan" lanjut Nina buliran air mata mulai menetesi pipinya.

Bian, anak manis itu harus menanggung rasa sakit dengan kelainan pada ginjal kirinya. Dia sudah berusaha bertahan sejak di vonis gagal ginjal sejak berumur 3 tahun, naas nya juga disaat berumur 3 tahun dia harus kehilangan kedua orang tuanya dalam insiden kecelakaan. Jadi dari situ lah Nina merawatnya dengan cara membawa ke Rumah Cinta Kasih.

Hanya satu hal sekarang yang bisa menolong Bian adalah dengan cara menemukan pendonor.

"Bunda ga usah khawatir, Laras bakalan berusaha nyari pendonor untuk Bian" pertahanan Lras juga runtuh untuk tidak menangis

"Ini ada sedikit biaya untuk keperluan pengobatan Bian. Bunda tenang aja urusan uang Laras selalu ada" ucap Laras seraya menyodorkan amplop putih berisi uang.

🦊🐰🐭

"Liona!" Teriak Prima dari arah ruang tamu.

Laras yang mulai memasuki rumah sontak terkejut karena teriakan ayahnya. Bukan karena takut hanya saja dia benar benar terkejut.

"Gausah teriak saya ga tuli" sahut Laras formal, pada dasarnya di satu rumah tidak seperti keluarga melainkan seperti orang asing semenjak meninggalnya Senia. Laras tidak sedekat dulu dengan Ayahnya.

"Darimana aja kamu baru pulang jam segini, hah!" Ucap Prima emosi.

"Bukan urusan anda" ujar Laras lalu melongos pergi menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Kurang ajar banget kamu!! Harusnya kamu itu..." Prima menggantungkan kalimatnya.

"Harus apa? Harusnya Saya ikut mama ketabrak kan dulu, IYA ITU KAN MAU ANDA!" ucap Laras sedikit meninggikan suaranya di akhir ucapan.

Prima terdiam, lalu Laras melanjutkan menaiki anak tangga yang sempat tertunda itu.

"Liona!!"

"Ayah belum selesai bicara!"

"Liona!"

Teriak Prima berulang kali namun tak dihiraukan oleh Laras.

Laras membanting pintu kamarnya kasar serta mengucinya dia tidak ingin di ganggu, lalu dia merebahkan tubuhnya diatas ranjang queensize lalu memejamkan sejenak matanya untuk menetralkan emosi.

"Gue ga bisa santai. Harus bergegas nyari pendonor ke rumah sakit untuk Bian" setelah berbaring sejenak Laras pun berganti pakaian dari pakaian seragamnya itu.

"Apapun caranya gue harus dapat pendonor untuk Bian"








Hai ini adalah cerita Laras dari lapak PACAR TARUHAN sesuai janji bakalan buatin cerita ini juga.

Cerita ini bakalan ada sedikit banyaknya kemasukan Cast utama dari cerita sebelumnya, tapi jika tidak ingin membaca lapak sebelumnya juga ga papa karena masih bakalan nyambung alur nya.

Tapi kalo merasa kurang pas kalian boleh baca lapak sebelumnya "PACAR TARUHAN"

Sekian dari thorthor jika ada salah penulisan ucapan atau salah tanda baca boleh diingatkan di lapak komen, agar bisa membantu senantinya untuk direvisi kembali.

"Jika ada kritik atau saran sangat diperbolehkan untuk berkomen karena barang kali saja dengan adanya komentar kalian bakalan bikin thorthor semangat dalam menulis karya yang baik"

"Jangan lupa vote komen dan ikutin terus lapak thorthor"

🌱감사합니다🌱

ABOUT ME || LARAS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang