2

38.6K 77 1
                                    

Pandanganku seketika kabur saat kurasakan tubuhku tertabrak oleh sebuah truk yang melaju kencang dari arah lain. Kejadian begitu cepat tetapi entah mengapa saat itu pandanganku menangkap kejadian ini dengan gerak slow motion. Tampak jelas, tubuhku terpelanting, darah keluar deras dari dalam tubuhku. Beberapa tulangku kurasakan patah beberapa bagian. Bahkan mataku pun melihat bagaimana Sepeda motor matic yang baru saja kurebut bersama kawanku secara paksa dari gadis berjilbab tadi pun ikut tertabrak cukup kencang, sampai beberapa bagian bodynya ringsek tak beraturan. Kurasakan sepertinya tubuhku sudah rusak parah dan kesadaranku semakin hilang. Pandanganku pun semakin gelap dan sirna.
*ini kah akhir hidupku? Akhir dari Rony, preman sekaligus pembegal profesional*, kataku dalam hati sebelum mati..

***

Aku tiba disebuah ruangan gelap, tanpa benda apapun selain kegelapan.
Lalu tiba2 didepan ku tersaji sebuah layar besar bak bioskop. Kulihat tubuhku sudah tercerai berai tidak lengkap di lokasi itu. Darah tercecer dimana-mana, dan beberapa anggota badan yang sudah terpisah dari tubuhku pun juga kulihat jelas. Truk yang menabrakku sudah menghilang, kabur entah kemana, Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Suasana begitu gelap di jalan raya yang sepi.
"Kau sudah mati Rony. Hahaha.. Kau mati akibat ulahmu sendiri... Hahaha..", tawa suara menggema itu tiba2
"Kurang ajar kau!! Keluar kau tunjukkan wajahmu!!!", pekikku kesal karena suara itu terus menertawakan kematianku

"Hahaha... Percuma kau mencariku Rony. Aku tidak akan pernah bisa kau lihat"

"Apa maumu?"

"Aduhhh.. Ampun... Saya harus melakukan apa agar bisa hidup lagi.. Saya belum mau mati....", pintaku sedikit merendah agar dia tidak tersinggung

Lalu tiba2 layar besar itu menampilkan tubuh gadis malang yang barusan kubegal. Sepertinya dia masih hidup walau kepalanya berdarah akibat benturan keras dengan pembatas jalan. Seketika aku merasa iba dengan gadis malang itu, karena kondisi terpaksa, aku harus mencelakai orang2 seperti ini. Lalu kulihat gadis itu ditolong oleh seorang pria menggunakan mobil, sepertinya pria tua baik2

"Liat di Rony, gadis berjilbab itu sangatlah menarik. Selama ini ia pintar menjaga dirinya"

"Lalu?"
"Begookk. Gunakan tubuhnya untuk memuaskan hasrat serta fantasymu"

"Hah? emang saya bisa melakukan hal seperti itu? Gimana caranya?
"Jangan banyak tanya kau akan tau sendiri jawabannya. Hahahah..."
Lalu, sebuah cahaya dengan cepatnya bergerak menuju kearahku. Cahaya itu begitu menyilaukan mata, lebih silau dibandingkan cahaya manapun yang pernah aku lihat. Gerakan cahaya itu amatlah cepat. Bahkan lebih cepat dari kedipan mataku sendiri...

Perlahan kesadaranku kembali. Pelan2 kubuka mataku. Aku terbangun, kepalaku terasa sakit sekali. Kupegang kepalaku yang ternyata sudah dalam kondisi diperban.
Lalu kusentuh pipiku sendiri. Jerawat dan pipiku yang dulu kasar sekarang sudah tidak ada lagi. Berganti menjadi pipi yang halus, lembut serta sedikit kenyal saat disentuh. Daguku yang brewokan puj sudah berganti menjadi dagu yang halus lembut. Kurasakan ada tahi lalat di dekat hidung dan mataku, Ku coba pegang rambutku, ternyata saat ini rambutku terbungkus sebuah kain

*Aku berkerudung????*

*Apa yang terjadi???*

"Mbaknya semalam kecelakaan dijalan. Ada bapak yang menemukan tubuh mbak dipinggir jalan terbaring pingsan. Lalu untungnya bapak itu segera mengantarkan mbak ke sini dan bisa segera ditangani dengan baik. Setelah tau mbaknya sudah tidak kritis, bapak itu menghilang. Sepertinya khawatir dia akan dimintai biaya perawatan. Hihihi . Bercanda ding", cerocos ibu perawat itu
"Kayaknya mbak kemarin jadi korban begal ya karena didekat mbak ditemukan pemuda yang sudah mati ditempat dengan menggunakan sepeda motor warna pink, sepertinya punya mbak.. Mana ada preman pakai motor pink, unyu sekali", lanjutnya dengan tatapan serius tapi nadanya bercanda
Aku tidak begitu menggubris cerita perawat itu karena memang akulah pelaku begal itu. Aku lebih bingung dan syok bagaimana jiwaku sekarang berada di tubuh gadis ini, gadis yang menjadi korban begalku. Kuingat betul wajah cantiknya, tai lalat didekat hidungnya, matanya yang bulat. Perawat itu dari tadi melihat tingkahku yang seperti kebingungan melihat tangan dan memegang kepala berkali kali.
"Hah? Aduhh.. Sebentar...", perawat itu kemudian meninggalkan ruangan ini meninggalkanku sendiri

Aku masih bingung dengan kondisiku. Untuk memastikan lagi, Kuraba dada gadis ini dan kurasakan sebuah tonjolan di balik kerudung panjangnya. Memang tidak besar, tetapi Genggaman tangan ku begitu terasa cukup pas waktu meremas kedua gunung kembar ini. Kuremas terus dada gadis ini semakin mantab dan intens, rasanya membuat ketagihan. Seluruh syarafku rasanya merespon rangsangan tanganku. Sebentar saja diremas, rasanya aliran darahku semakin cepat
*Sialan.. Aaahhh enak cukkk..*, makiku sambil mendesah keenakan menikmati remasanku pada payudara gadis yang tubuhnya kini kukendalikan itu
*ceklek* suara pintu terbuka tiba-tiba

Aku buru-buru menarik tanganku menghentikan sementara remasan remasan yang dari tadi kulakukan. Ternyata perawat tadi sudah datang bersama seorang pria yang sepertinya seorang dokter dengan jas putihnya.

"Saat ini apa yang mbak ingat? Mbak ingat nama mbak? nama orang tua? pacar? alamat??" tanya dokter tersebut membombardirku dengan pertanyaan yang ku gak tau jawabannya

"Tidak tau dok..", jawabku merdu. Agak serak basah tetapi lembut (Aku sampai gemas mendengar suaraku sendiri, terdengar begitu nikmat ditelinga, kayaknya suara ini enak banget kalau mendesah)

"Pink..", jawabku singkat karena aku ingat betul dengan motor yang kuambil paksa itu.
"Lalu mbak ingat apa lagi?", tanya dokter itu kembali
"Ini mbak barang2nya, maaf tadi saya lancang pakai jari mbak untuk buka kunci handphone sampean. mau kroscek handphone mbak untuk menghubungi keluarganya mbak, mbak Istirahat saja dulu disini. Ini kakak mbak sedang menuju kesini kok", kata ibu perawat ramah lalu berpamitan membiarkanku sendiri dulu
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 8.30, sudah cukup lama sepertinya sejak aku dibawa ke rumah sakit ini. Lalu kucoba membuka isi tas gadis ini. Kulihat sebuah handphone dan dompet serta beberapa kunci sepertinya kunci rumah. Pertama kubuka isi dompet gadis ini. Ada 2 lembar uang seratus ribu dan beberapa uang pecahan lain. Lalu kucek beberapa kartu yang ada di dalam dompet itu

"Sim, KTP, kartu ATM, dan beberapa pas foto gadis ini", kataku sambil memeriksa isi dompet gadis ini

"Nama Rista Amelia Jihan, kelahiran 31 Maret 1995.. Hmm brarti umurnya sekitar 25 tahun ni cewek... alamat rumah di Jl. Gua Rimbun Jaya", kataku sambil membaca KTPnya

Lalu aku mengambil handphone gadis ini dan ternyata dikunci

*use password or fingerprint*

"Oh iya, kan gw punya jarinya ni cewek", kataku Lalu kucoba sentuhkan telunjuk gadis ini ke fingerprint sensor dan handphone langsung terbuka
"Easy...", kataku lalu aku mencoba melihat whatsapp gadis ini.
"Hayaaa apaan lagi ini... Alim bener nih cewek. Group WAnya gini semua..", gumamku sambil terus scroll ke bawah siapa tau ada sedikit petunjuk.

Banyak sekali nomor tak dikenal yang chat ke handphone dia. Tapi nomornya ngga disimpan, karena pesan mereka hanya menampilkan nomor handphone saja, bukan nama. Diantara puluhan chat laki2 itu, sama sekali ngga ada yang dibalas.
"Dek kamu dimana? kok belum pulang...", isi pesan tersebut

"Apakah Dewi ini kakak dari gadis ini? entahlah..", kucoba lihat profile picturenya yang bercadar dengan seorang lelaki yang aku perkirakan suaminya

*ceklekkk* suara pintu terbuka membuyarkan lamunanku
"Kamu gapapa dek? Mana yang sakit? Ya Ampunn.. Kok jahat sekali orang itu... hiks hiks hiks", katanya sambil mulai menangis

Aku hanya menggelengkan kepala karena tidak tahu siapa mereka. Yang aku tahu, sepertinya wanita bercadar ini adalah kakak kandung si Rista, dan pria bernama Eko ini adalah suaminya, alias kakak ipar dari Rista.
"Ibu tenang dulu, mungkin Mbak Rista ini sedikit mengalami benturan pada kepala. Sehingga ingatannya sedikit hilang", terang dokter yang mendampingi kami
"Semoga hanya sementara.. Banyak berdoa aja bu..", kata Dokter itu
"Maaf apa boleh Adik kami, kami bawa pulang? Jujur saja kami tidak ada biaya untuk rawat inap di Rumah sakit ini Dok...", ujar Mbak Dewi

"Saya sarankan jangan, lebih baik dirawat dulu bu..", kata Pak Dokter

"Tolong dokk.. Kami benar2 berasal dari keluarga sederhana, kami tidak ada dana untuk membayar biaya perawatan di rumah sakit ini.. Tolong dok... Bantu kami..", pinta Mbak Dewi memelas

Pak dokter menghela nafas panjang dan akhirnya mengangguk mengijinkanku dibawa pulang oleh mereka.

Ukhty binalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang