6

18.1K 37 0
                                    

"abi? abi siapa mbak?"

"Abi itu bapak dek. Wah sampai kosakata aja kamu ada yg lupa ya. Semoga lekas sembuh adikku yang cantik dan manjaaa..", kata Mbak Dewi sambil memelukku erat

Aku bingung membalas pelukan lembut gadis bercadar itu. Akupun hanya diam sejenak tubuhku dipeluknya sampai dia puas.

Karena perut sudah teriak dari tadi, Akupun segera menyantap sepiring nasi sup itu dengan lahap. Tangan kanan untuk sendok tangan kiri untuk krupuk. Mbak Dewi terlihat kaget dan shock memandangi cara makanku yang barbar tidak anggun sama sekali
Lalu aku kembali menikmati sepiring sup ini dengan lahap, tetapi kali ini lebih tenang dan berusaha anggun. Sebisa mungkin aku harus belajar membiasakan diri bersikap seperti layaknya seorang wanita. Mbak Dewi melihatku dengan tatapan penuh sayang. Aku jadi salting dibuatnya dipandangi terus seperti ini.

"Hehehe.. Habisnya mbak bersyukur banget adikku yang cantik ini masih bisa selamat.. Yasudah Mbak makan juga ya Ris..", katanya sambil segera mengambil sepiring nasi lengkap dengan sayur sup yang dimasaknya

"Mas Eko kemana mbak?", tanyaku basa basi

"Sales apa mbak?"

"Jualan obat herbal"

"Owalah.. emang laku jual gitu mbak?", tanyaku penasaran

Akupun mengangguk-angguk kagum ke Mbak Dewi. Sepertinya dia adalah gadis yang tak banyak menuntut suaminya. Ia ikhlas menerima apa yang diberikan suaminya selama masih halal.
"Mbak habis gini ada acara kajian ya. Kamu dirumah aja sambil banyak istirahat", lanjutnya mengejutkanku
"Iya biasanya kamu jam segini udah sibuk ngelesin lanjut kuliah malam. Pulang sudah malam. Terus gimana kuliahmu?", tanyanya
Aku hanya menggelengkan kepala. Tidak mungkin aku yang bodoh ini bisa meneruskan prestasi gadis yang tubuhnya saat ini kukendalikan

"Yasudah gapapa, kamu fokus kesembuhanmu dulu aja. Nanti kalau mulai ingat sesuatu kamu harus cerita lho Ris", katanya serius
"Yasudah mbak berangkat dulu ya.. Nitip cuci piringnya ya dek. Hehehe . Asslmlkm..", katanya buru2 sambil segera berlalu menggunakan motor maticnya
Aku melamun sejenak dimeja makan rumah ini. Dulu aku menganggap wanita bercadar itu ngga asik, serius melulu, sulit didekati dan sombong2. Ternyata pandanganku salah. Mereka tetaplah seorang wanita yang bisa bersikap manis sekali, dan bisa juga bercanda seperti wanita pada umumnya.
sehingga jiwaku lama2 berubah menjadi wanita tulen yang lemah lembut seperti sosok Rista aslinya.
Aku segera kedapur dan mencuci piring2 kotor hingga tuntas bersih, lalu kuputuskan untuk jalan2 sejenak melihat situasi perkampungan ini. Aku berjalan menuju teras rumah, belum selesai aku mengunci pintu rumah, suara berat bapak-bapak sudah menyapaku
"Oh iya ati2 ya mbak.. Tau sendiri kan banyak anak2 berandal yang godain Mbak Rista akhir2 ini. Mangkanya kok tumben Mbak berani keluar jalan-jalan, bapak sampai heran", pesannya membuatku sedikit mengurungkan niatku

Ukhty binalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang