10

15K 32 0
                                    

Hari Minggu Siang ini, aku berpikir keras diteras rumah. memikirkan gimana caranya aku bisa mendapatkan penghasilan dan pendapatan. Karena sebelumnya, Rista biasa mencari uang dengan memberikan les privat tambahan. Tapi dengan aku berada di tubuh ini, tentunya hal itu sangat tidak mungkin.

*krucuk krucuk kruck* suara perutku berbunyi nyaring

Mbak Dewi hari ini tidak masak dan memintaku mencari makan sendiri. Katanya dia dan suaminya sedang berhemat karena banyak pengeluaran tak terduga bulan ini. Apa dia lupa adiknya ini sudah tidak bisa cari uang sendiri, sampai disuruh cari makan sendiri.

Ku periksa rekening tabunganku yang semakin menipis. Uang yang kuminta 3 juta dari bapaknya Rista pun belum juga dikirim. Sedangkan uang didompet akhwat ini pun sudah habis untuk keperluan makan. Jika mau ke ATM, di sekitar sini tidak ada ATM bank yang Rista punya, perlu motor untuk pergi ke ATM yang dimaksud, mau tak mau aku harus menunggu kedatangan Mas Anwar, membawakan motor untukku.
Kalau dulu mah, tinggal nyolong dan jual barang haram udah untung besar. Sekarang tentunya aku harus putar otak untuk mencari pendapatan untuk bisa hidup.

"Ngelamunin apa Ris?" Tanya Mas Eko tiba2 dari arah belakang

"Ehh.. Anu mas...", kataku belum sempat menyelesaikan perkataanku

"Mikirin anu mas? Hehehe", tanya Mas Eko sambil terkekeh
"Bukan gitu mas Eko.... iihhh.. Ini lho uang Rista habis.. Rista bingung harus gimana.. Kalau dulu kan Rista bisa cari uang sambil ngasih les privat ke anak2. Sekarang sudah ga bisa.. Rista sudah lupa semuanya"
"Nah itu dia mas.. Rista bingung.. Uang dari abi juga belum dikirim-kirim. Kayaknya abi juga lagi susah.."

"Oh kamu minta bapak? Saran mas jangan dik, kasihan bapak kalau kamu minta uang ke beliau. Beliau sudah tua dan sudah tidak punya pendapatan selain uang pensiunan yang tidak seberapa"

"Itu dia mas.. Rista sebenarnya juga ga tega.. Tapi gimana yaa.."
"Hayo kok berduaan aja nih aku ga diajak", tiba2 Mbak Dewi muncul dari balik pintu

"Mas kamu jangan berduaan dengan yang bukan mahrom lho. Inget..", kata Dewi sambil memandang ketus ke arah suaminya

"Ngga kok Mi.. Ini lho adikmu lagi kesusahan uangnya habis katanya. Dulu dia biasa cari uang dengan ngasih les privat. Sekarang kan sudah ga bisa..", jawab Mas Eko
"Hmmm mau nggak mau kamu harus cari kerja sampingan juga Ris. Mangkanya segera nikah biar ada yang nafkahin. Hehehe", canda Mbak Dewi

"Yasudah kamu pertimbangkan dulu Ris. Sebentar mas ada perlu sama mbakmu"

Aku memandangi suami istri yang menjadi kakak kandung dan kakak iparku itu

"Ihh Abi.. Yaudah jangan lama2, umi mau masak bi", kata Dewi sambil menarik suaminya ke kamar

Lalu tak berapa lama kedua pasutri itu sudah berada dikamarnya. Andai mereka sadar tembok rumah ini begitu tipis sehingga desahan dan lenguhan mereka samar terdengar olehku.
"Ayo bii.. Ngga pas itu punya abi", kata Dewi dengan manja terdengar jelas dari balik tembok
Membayangkan tubuh sexy Dewi sedang dikontoli suaminya tentunya membuat hasratku tak terbendung juga. Bagaimana permainan seks seorang akhwat bercadar, apakah liar atau apakah membosankan, sungguh aku benar2 penasaran. Akupun berinisiatif untuk mengintip apa yang sedang terjadi didalam kamar mereka. Untungnya mereka tidak menutup pintu kamar dengan benar. Jadi ada celah bagiku untuk mengintip persetubuhan mereka. Kulihat kedua pasutri itu sudah telanjang bulat. Hanya saja Dewi masih nampak mengenakan kerudung serta cadarnya. Tubuhnya sudah dibiarkan telanjang Sedangkan kedua kakinya sudah mengangkang menerima batang penis suaminya yang sudah keluar masuk didalam memeknya yang berbulu lebat itu.
"Ooouhhh.. Bi... Ssshhh"

"Miii.. punya umi sempit benerrr... Ahhh", desah Mas Eko sambil terus menyodoki vagina istrinya
"Aaahhh.. Iya bi...kan jarang kamu sentuhhh", lenguh Dewi menerima sodokan penis suaminya

Ukhty binalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang