Aku Seekor Lalat

125 3 0
                                    

Pagi ini, aku menonton seekor lalat. Tontonan yang sangat bikin beban pikiran. Belum lama lalat itu hinggap di hidangan sarapanku, ia langsung dihempas sama Ibuk pakai sapu lidi. Berusaha kabur dari ruang makan, si lalat terus menabrak jendela, kepalanya menyeruduk kaca tak henti-henti. Aku geregetan dibuatnya, karena kalau saja ada keinginan mau terbang sedikit lebih tinggi lagi hingga mencapai lubang ventilasi, maka ia akan bebas. Atau kalau saja, ia bisa agak santai, jangan seolah sedang terkena serangan panik padahal Ibuk tidak memburunya lagi. Tetapi, lalat itu terus melakukan hal yang sama berkali-kali.

Aku bisa merasakan betapa frustasinya si lalat. Lalat itu dapat melihat taman yang dipenuhi bunga matahari, awan, dan langit biru cerah, tetapi ia tidak bisa sampai ke sana.

Akhirnya, aku mencoba membantunya. Yah, biarpun dia telah mengacaukan sarapan pagiku, aku tetap melakukannya beberapa kali, mengiringinya untuk menunjukkan ke arah yang benar. Tetapi lalat itu malah menolak kubantu, ia malah terbang menjauh dariku, mengelilingi ruangan dan berakhir di jendela tadi lagi. Dan lagi-lagi, melakukan hal yang sama lagi.

Apakah begini rasanya jadi Tuhan? Dia duduk bersandar pada bangku dan melihat gambar hidupku secara keseluruhannya, persis aku dapat melihat bahwa jika lalat itu terbang ke ventilasi di atas jendela, ia akan bebas. Ia sama sekali tidak terjebak, hanya mencari jalan keluar yang salah. Kalau aku bisa melihat jalan keluar bagi lalat dari ruang makan, maka Tuhan bisa melihat hari esokku dan kunci dari permasalahan hidupku. Yah, sebelum akhirnya, waktu aku tinggal cuci tangan sebentar setelah makan dan begitu balik lagi, aku melihat lalat itu sudah mati di pinggir jendela.

Tiba-tiba, aku marah pada-Nya. Apakah kematian lalat itu berarti, aku mungkin akan terus terjebak dalam kekacauan permasalahan hidupku dan tidak dapat menemukan jalan keluar, selamanya? Buat apa Tuhan bisa melihat semuanya tapi tidak melakukan apa pun untuk membantu?

Lalu, aku sadar. Dalam peristiwa lalat ini, akulah tuhannya. Aku sudah mencoba membantu lalat itu, tapi ia yang menolak uluran tanganku.

Dongeng Sebelum TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang