06

6.8K 511 5
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Johnny, hendery dan haechan berakhir pada restoran cepat saji yang tak jauh dari sekolah haechan.

"Kau murid baru? Aku tak pernah melihat wajahmu sebelumnya" ucap Johnny memecahkan keheningan di antara mereka. Haechan? Entahlah anak kecil itu pergi ke toilet dan belum kembali sejak 10 menit lalu

"Iya paman. Aku baru disini seminggu" balasnya menjawab Johnny

"Oh ya. Dari mana asalmu?" Tanya Johnny lagi.

"Thailand. Tapi aku lahir di sini" jawabnya. Johnny menaikkan alisnya menatap yang lebih muda darinya.

"Itu artinya kau cukup lama meninggalkan negara kelahiranmu hm?" Tanyanya yang di balas anggukan oleh hendery

Johnny mengangguk. "Aku minta maaf jika sikap haechan seperti memaksa padamu." Ucap Johnny menatap hendery yang duduk di depannya.

"Dia pasti sangat merasa kesepian sekarang. Dia tak pernah mendapat kasih sayang dari ibunya" lanjutnya lagi.

"Bukankah haechan memiliki ibu paman? Ahh maaf jika aku bertanya" ucapnya

"Hmm.. tapi dia tak pernah menunjukkan kasih sayang nya haechan." Balasnya.

"Kalian pasti membicarakan ku!" Ucap haechan menatap mereka dengan pandangan sinisnya.

"Hm.. ayahmu bilang kau manja. Itu cukup jelas terlihat" ucap hendery tersenyum kecil pada haechan

"Cih manja apanya. Aku bahkan tak pernah merasakan apa itu kasih sayang" Ucapnya kecil. Johnny jelas mendengar itu.





.





"Ini toko roti ibumu?" Tanya johnny saat mengantar hendery pulang dan berhenti tepat di depan kedai yang masih tutup.

"Iya paman. Lusa toko ini akan dibuka. Aku mengundang paman dan haechan hari untuk datang. Jangan sampai tidak datang paman. Aku akan menunggu paman." Balasnya

"Pasti banyak makanan disana kan? Pasti aku akan datang. Hanya aku tidak dengan daddyku" jawab haechan cepat.

Johnny tersenyum kecil melihat anaknya. Kemudian mengangguk "akan kuusahakan" ucapnya pada pemuda itu.

"Baiklah aku turun paman. Paman dan haechan hati hati di jalan" ucapnya kemudian turun dari mobil Johnny.

Tangannya melambai saat mobil itu melaju menjauhinya. Kemudian melirik ke dalam toko yang masih kosong

"Apa Mae tidak kesini?" Tanya nya pada dirinya sendiri.

Melihat tak ada orang di dalam sana. Hendery pun memutuskan untuk pulang. Jarak rumahnya tak terlalu jauh dari tokonya.

"Maee..." Panggil hendery saat memasuki rumahnya. Tak ada jawaban dari ibunya. Hendery pun memutuskan untuk menuju kamar ibunya

Ceklek

Pintu terbuka hendery melihat ibunya yang tertidur di lantai dengan nyanyak. Bibir remaja itu tersirat senyuman kecil.

"Mae... Mae. Ngapain tidur disini? Ayo pindah Mae. Nanti sakit" ucapnya pada Ten. Namun ten tak merespon ibu satu anak itu terus mendengkur.

Hendery terkekeh melihatnya sampai mata hendery tertuju pada satu foto kecil di tangan ibunya.

"Ini apa?" Tanya hendery pada dirinya sendiri sembari menatap foto itu.

"Ini aku? Hehehe seperti kacang" kekehnya. Namun sedetik kemudian terlihat alisnya menungkik "kenapa ada dua?" Tanya nya kemudian bergulir menatap ibunya.

17 tahun dia hidup dia tak pernah mengetahui siapa ayahnya. Ibunya akan selalu menangis setiap kali dia menanyakan ayahnya dan mengatakan 'ini takdir kita. Kita bisa hidup tanpa ayahmu' hendery tak pernah mengerti maksud dari ibunya. Ayahnya ini sudah meninggal atau bagaimana?

Terdengar hembusan nafas lirih dari hendery "apa yang Mae sembunyikan lagi.." ucapnya sembari menatap sendu ibunya. Tangannya bergerak mengangkat ibunya untuk memindahkannya ke ranjang.

"Tidur nyenyak Mae." Ucapnya kemudian memberi ciuman kecil pada kening ibunya sebelum keluar dari kamar ibunya.








.





Malam ini di meja makan keluarga seo hanya terlihat Johnny dan haechan. Tak ada Yoona disana.

"Istri Daddy gak pulang lagi?" Tanya haechan tanpa melihat ayahnya.

Terdengar deheman dari Johnny. Sang ayah kemudian melihat anaknya yang fokus pada makanannya.

"Ekhem.. haechan.. bagaimana jika mommy tidak akan pulang lagi?" Tanya nya menatap anaknya. Terlihat sang anak menghentikan pergerakannya.

"Biarkan saja. Ada atau tidak adanya dia semuanya akan sama kan. Aku tetap saja seperti tidak memiliki ibu" jawabnya.

Johnny menghembuskan nafasnya pelan "mommy menceraikan Daddy." Kalimat itu keluar dari mulut Johnny. Haechan menghentikan pergerakannya.

"Heol.. aku tak percaya dengan wanita itu. Dia yang berselingkuh dia juga yang menceraikan mu dad. Dasar jalang" ucapnya dengan sinis

"Haechan... Bahasamu.." peringat Johnny. Haechan memang sering mengumpat. Tapi untuk anaknya berkata seperti itu belum pernah dia dengar sejauh ini.

"Apa? Aku bicara benar kan? Dia itu seperti jalang. Syukurlah sekarang tidak ada dia lagi." Ucapnya kemudian melanjutkan makannya.

Johnny menggeleng melihat sang anak. Ini sangat jauh dari ekspetasi nya. Dia pikir haechan anak marah bahkan mengamuk tapi anak itu kini bersikap bodoh Amat.




.



Ten berjalan dengan sedikit lemas. Dia tertidur selama 8 jam karena keletihan menangis.

Ten mengulum senyumnya saat melihat anaknya sedang memasak di dapur. Remaja itu terlihat kesulitan. Dapur berantakan. Ten sangat ingin marah. Namun ini juga salahnya, dia ketiduran selama itu jelas pasti anaknya kelaparan sekarang.


"Biar Mae saja" ucap Ten merebut mangkok yang sedang di pegang hendery untuk menuangkan sayurnya.

"Ehh Mae. Biar Dery saja. Mae duduk saja. Tinggal sedikit lagi kok. Dery bisa melakukannya" jawab sang anak

"Kamu yang duduk. Kamu mau menghancurkan dapur Mae seberapa jauh hm?" Tanya nya menatap sang anak

Hendery hanya memberi senyuman konyolnya pada sang ibu. Kemudian berlari kecil ke meja makan dan duduk dengan tenang disana sembari menunggu Ten menyiapkan semuanya

Hendery memandang sang ibu dari belakang. Ibunya ini sangat tertutup dengannya soal masa lalu. Hendery sangat ingin bertemu dengan ayahnya. Sangat! Jika sekarang dia menanyakan soal ayahnya lagi. Apa ibunya akan menangis lagi? Atau haruskan dia mencari tahu sendiri. Dia lahir di Korea bukan? Dan sekarang dia berada di Korea. Bukankah itu semakin memudahkannya?










TBC

this is not my family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang