19

6.5K 511 33
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ten memandang gumpalan di tengah kasur yang sedang bergetar itu. Submisive itu tersenyum kecil kemudian berjalan mendekati haechan.

"Haechan..." Panggil Ten dengan suara lembut.

Ten mendudukkan dirinya di samping ranjang besar itu. Tangannya mengelus pelan selimut yang menutupi tubuh gempal submisive yang lebih muda darinya.

"Haechan..."

Ten menggoyangkan haechan dalam selimut itu agar anaknya mau untuk keluar.

"Keluar" ucapnya dengan isakan yang terdengar.

"Biar Mae lihat pipinya.. itu harus di obati.." ucap Ten kemudian menarik selimut si mungil hingga terlihat wajahnya yang sedikit memerah

"Ini sakit kan.. kita obati sebentar yaa, setelah itu Mae akan keluar" ucapnya pada haechan.

Haechan tak menjawab, dia hanya mengeluarkan isakan kecil hingga pintu diketuk dari luar.

Ten pun beranjak membuka pintu itu dan melihat jika mark berdiri disana dengan membawa es dan kain basah.

"Terima kasih Mark" ucap Ten menerima nya, Mark tersenyum membalas Ten.

Ten kembali di sisi haechan kemudian mengarahkan wajah si kecil agar menghadapnya.

"Sakit hmm?" Ucap Ten melihat haechan.

Haechan mengangguk kecil untuk menjawab pertanyaan ibunya. "Jika sakit bilang pada Mae ya sayang.. Mae akan pelan pelan" ucapnya kemudian mengompres pelan pipi merah haechan secara perlahan.

"Haechan kecewa pada mae yaa? Mae minta maaf ya nak.." ucapnya sembari mengompres pipi haechan.

Ten tersenyum kecil saat melihat anaknya enggan untuk menatapnya.
"Seharusnya Mae tak membiarkan Daddy membawa haechan malam itu. Mae tau Mae salah.. tapi apa haechan tidak mau memaafkan Mae hm?"

Haechan perlahan menatapnya sekilas kemudian membuang kembali pandangannya.

"Haechan mau apa sekarang..? Mau Mae kembali pada Daddy? Mau keluarga yang utuh? Kasih sayang dari Mae? Mae akan melakukan apapun untuk haechan.." ucapnya.

Cukup lama Ten menunggu jawaban dari anak submisive nya. Hingga mata mereka kembali beradu tatap

"Kenapa kalian berpisah?" Tanya haechan dengan suara seraknya karena habis menangis.

"Hanya salah paham.." ucap Ten dengan tersenyum

"Salah paham? Daddy bahkan sampai menikahi mama yoona" ucap haechan menatap ibunya.

"Hemm.. itu salah paham nya, Daddy terlalu takut Mae terluka karna keluarganya, hingga dia melepaskan Mae dan kalian.." ucapnya kemudian mengelus pelan pipi berisi haechan.

"Masih sakit?" Tanya Ten lagi.

Haechan menggeleng kemudian menyingkirkan tangan ibunya dari wajahnya.

"Apa maksudnya?" Tanya haechan dengan alis yang terangkat satu.

"Kamu tau.. jika kakekmu sangat tak menyukai Mae.. bahkan setelah mereka tau Mae hamil kamu dan hendery mereka masih tetap tak menyukai Mae hingga Daddymu memilih pergi dari rumahnya dan meninggalkan segalanya...

Hingga.. nenekmu meninggal di  kehamilan Mae yang sudah besar, Daddy tak ada pilihan haechan.."

Ucapnya menatap sendu pada anaknya.

"Kenapa? Daddy orang kaya.. dia bisa menyewa bodyguard untuk menjaga Mae" tanya haechan menatap ibunya.

Ten tersenyum kemudian perlahan menggeleng "Daddy meninggalkan segalanya, segalanya.. termasuk hartanya.. kami memulai hidup dari nol sayang.." jelas nya pada haechan.

Haechan mengigit bibir bawahnya saat mendengar penjelasan dari ibunya.

"Jadi ini semua salah haraboji..." Cicitnya dengan pelan. Ten mengangguk perlahan mengelus rambut hitam haechan.

"Iyaa.. tapi tetap haechan tak boleh membenci haraboji yaa.." ucap Ten

"Mae... Apa Mae dan Daddy masih saling mencintai sampai sekarang?" Tanya haechan yang membuat Ten menghentikan pergerakan nya mengelus rambut haechan.

Ten tersenyum kecil menatap anaknya "sampai kapanpun.. tak ada yang bisa menghentikan cinta ku pada Daddy mu haechan.. bahkan kebencianku padanya sekalipun" jelas ibu dua anak itu.

"Jika begitu kembalilah hidup bersama Daddy.. dan kembalikan keluarga utuh kita Mae.." ucap haechan dengan berbinar.

"Kau menginginkan nya hemm?"

Haechan mengangguk cepat saat ibunya bertanya padanya.

"Baiklah.. Mae akan mengabulkan keinginanmu.. sekarang ayo keluar dan minta maaf pada Daddy.." ucap Ten dengan lembut

"Minta maaf? Daddy yang salah.. dia yang menamparku Mae.." ucap haechan dengan memanyunkan bibirnya.

"Tapi apa alasan Daddy menamparmu Bayi.. kau berteriak pada Daddy dan mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakan.. jelas Daddy marah padamu.." ucap Ten menasehati sang anak.

"Ayo... Kita minta maaf pada daddy" ucapnya menarik anaknya untuk bangkit dari ranjangnya.

"John..." Panggil Ten saat melihat Johnny duduk di sofa dengan memijat pelan keningnya.

Johnny mendongak menatap submisive yang dia cintai kemudian melirik haechan yang berdiri di belakang Ten dengan menunduk

"Bayi ku ingin bicara denganmu" ucap Ten kemudian menarik haechan agar berdiri di sampingnya.

"Katakan sayang.." ucap Ten pada haechan.

Haechan meremat tangannya pelan kemudian menatap ayahnya yang juga tengah menatapnya.

"D-daddy.. haechan minta maaf.. seharusnya tadi haechan tidak mengatakan itu..." Cicitnya dengan pelan.

Johnny menghembuskan nafasnya pelan kemudian berdiri dan memeluk anaknya.

"Jangan di ulangi bear.. jangan bicara seperti itu.. Daddy tidak menyukainya.. maaf karena menamparmu tadi" ucap Johnny dalam pelukan itu.

Haechan tersenyum kecil kemudian membalas pelukan ayahnya. Ten tersenyum melihatnya kemudian melirik tangan Johnny yang mengarahkan padanya

"Apa?" Ucap Ten tanpa mengeluarkan suara.

Johnny mengarahkan tangannya agar Ten mendekatinya. Ten pun perlahan mendekati Johnny

Sett

Dengan sekali tarikan Johnny menarik Ten juga ke dalam pelukannya dan memeluk dua submisive itu dengan erat.

Mark yang berdiri tak jauh dari sana langsung mengambil ponsel dan memotret nya dengan senyum merekah di bibirnya.

Pemandangan langka dari keluarga haechan yang dia lihat.





TBC



this is not my family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang