Kedai itu ramai setengah jam menunju jam tutupnya. Beberapa orang berseragam sebuah layanan pesan antar terlihat berkumpul di dalam kedai dan menunggu pesanan mereka disiapkan. Keempat karyawan terlihat sibuk memenuhi pesanan.
Di dalam ruangannya, Wina masih sibuk dengan komputer jinjingnya. Ia sedang mengecek laporan bulanan kedainya karena menjelang akhir bulan, juga menyiapkan list pesanan barang.
Suara denting ponsel membuat fokusnya teralihkan.
Made: Gue baru mau jalan.
Setelah membalas pesan itu, ia kembali pada pekerjaannya. Ia fokus pada sistem di layar laptopnya juga lembaran di atas mejanya. Setengah jam kemudian, ia menyelesaikan pekerjaannya. Setelah menekan ikon save, ia menutup program dan menekan icon shut down. Ia melirik penunjuk waktu di pergelangan tangannya. Sudah jam setengah enam. Ia berdiri dari duduknya dan pergi keluar.
Di luar, karyawannya masih sibuk kendati kedai itu sudah tutup. Ada yang membereskan meja-kursi, ada yang sedang menyapu, ada yang sedang mengelap meja juga membereskan isi etalase.
Ia mendekati mesin kasir lalu menekan beberapa tombol hingga struk keluar dan menunjukkan omset hari ini. Ia menatapnya lalu mengangguk. Ia lalu menghampiri Jojo yang sedang membereskan isi etalase. Masih ada beberapa kue yang tersisa. "Nanti bawa pulang aja, ya. Kalau nggak mau kasih ke sekitar." kata Wina.
"Iya, Mbak." jawab Jojo. Wina masih di sana dan menatap Jojo yang kini sedang mengelap etalase.
"Katanya kamu lagi jatuh cinta, Jo?" tanya wanita itu pada anak buahnya. Tak hanya Jojo yang langsung menengadah dan menatap bosnya, namun Rere, Jaka dan Gara juga ikut menatap ke arah keduanya.
"Iya, Mbak." Laki-laki itu menjawab dengan polos. Dengan senyum malu yang membuat Wina mengulum senyum.
"Udah tahu agamanya belum? Nanti beda Tuhan lagi." kata Wina. Ia tahu bahwa selama ini Jojo memang belum pernah berpacaran. Laki-laki itu pernah dekat dengan beberapa gadis namun memilih tak melanjutkan lebih jauh karena perbedaan agama.
Wina melihat Jojo menggeleng pelan.
"Jojo mah, kayak siput, Mbak. Lelet banget." Jaka yang mengatakan itu. "tadi pas kebetulan ketemu di apotek aja, suruh kenalan nggak mau."
"Jojo kan bukan buaya darat kayak kamu, Jaka... wajar aja dia canggung." kata Wina.
"Ini bukan masalah buaya darat atau buaya air, Mbak. Ini masalah siapa cepat dia dapat. Kalau Jojo nggak sat-set-sat-set ya, mana bisa tahu dia agamanya apa, udah punya pacar atau belum." kata Jaka. "kan kasihan kalau dia udah jatuh cinta ternyata ceweknya udah punya suami."
Gara dan Rere mengulum senyum. Tangannya masih bergerak melanjutkan kegiatannya.
"Tapi kalau dilihat-lihat sih, muka ceweknya Kristen banget." Jaka berpendapat.
"Heh, muka Kristen banget tuh gimana maksudnya?" Wina berdecak. Kadang ia masih tidak mengerti dengan semua yang keluar dari mulut Jaka.
"Cuma Jaka yang tahu, Mbak." kata Rere sambil terkekeh pelan.
Suara pintu yang terbuka membuat semua menoleh ke asal suara.
Keempat anak buah Wina menyapa Made yang baru saja masuk ke dalam kedai.
"Yuk." kata Made pada Wina yang langsung mengangguk. Wanita itu kembali ke ruangannya untuk mengambil tasnya.
"Mau ke mana, sih, Mas? Ngopi dulu aja. Buru-buru banget, mentang-mentang malam jum'at." ujar Jaka yang langsung membuat Made terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Kopi Pahit [TAMAT]
Humor(Spin off Hands Up) Setelah berpikir panjang, Wina akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran Made, sahabatnya. Saat itu, Wina tidak punya pilihan lain. Ia dalam keadaan bosan dengan segala tekanan dan pertanyaan kapan menikah dari orang terdekatnya...