Made menatap cemas ke arah ponselnya. Pesan yang ia kirim sudah terbaca namun ia tidak juga mendapatkan pesan balasan. Panggilannya pada nomor ponsel istrinya juga tidak terjawab. Kakinya bergerak gelisah sambil melirik ke arah security check.
Ia tahu pasti ada yang tidak beres. Ia langsung berpikir bahwa hasil tes istrinya mungkin saja positif. Ia melirik boarding pass di tangannya. Tinggal selangkah lagi ia menuju Bali. Ia tahu semua pekerjaannya bisa ia kerjakan di Jakarta, namun ia telah menunggu saat-saat ini.
Ia menelan ludah saat mendengar departure announcement menggema. Ia sekali lagi melirik boarding passnya dan menyadari itu adalah pesawatnya. Ia berdiri lalu menyantelkan ranselnya di sebelah punggungnya. Ia berdiri cukup lama sementara orang berlalu-lalang di sekitarnya.
***
Setelah meluapkan perasaan sedihnya dengan menangis, Wina kembali ke orientasinya. Ia tahu ada banyak yang harus ia lakukan saat ini. Panggilan dari Made sudah berhenti sejak setengah jam yang lalu, membuatnya yakin bahwa pria itu sudah duduk nyaman di dalam burung besi itu.
Wina membuka pesan grupnya dan menarik napas panjang. Ia perlu memberitahukan ini pada anak buahnya. Kedua ibu jarinya mulai mengetuk-ngetuk layar.
Wina: Teman-teman... saya ada kabar buruk.
Wina: Saya positif covid. Kalian kalau sudah sampai kedai, tutup aja dan langsung swab ya. Sambil tunggu hasil swab, kalian stay di kosan dulu. Jangan ke mana-mana. Jangan kumpul-kumpul dulu.
Wina: Nanti infokan lagi hasilnya.
Wina: Saya harap kalian semua baik-baik aja.
Di kedai, Rere yang pertama kali membaca pesan grup. Ia lalu meminta teman-temannya yang lain untuk membuka pesan grup.
"Ya Allah... kasihan, mbak Wina." kata Jaka. Jojo mengangguk.
"Kita simpan semua barang di tempat penyimpanan, terus ke rumah sakit." Gara memberi perintah. "Jaka jangan lupa info di ig dan website kalau kita tutup hari ini." tambahnya.
"Sampai kapan, Gar?" Jaka bertanya.
Gara tampak berpikir sebentar lalu berkata, "bilang aja nanti diinfo lagi."
Gara, Jaka dan Jojo bergerak cepat sementara Rere merasa dunia bergerak lambat. Ia seharusnya swab sore ini agar bisa pulang besok. Namun kabar tiba-tiba dari bosnya tak urung membuatnya sedikit takut. Ia ingat bahwa beberapa hari ke belakang, ia sangat intens berinteraksi dengan bosnya karena banyak membicarakan konten untuk seminggu ke depan. Ia ingat beberapa kali mereka berdua tidak memakai masker jika mengobrol di dalam ruangan.
Berboncengan dengan Jaka, ia dan ketiga temannya pergi ke rumah sakit terdekat untuk melakukan swab. Rere tidak banyak bicara selama menunggu.
"Lo takut, ya?" Gara bertanya saat mereka sampai di kosan. Jaka kembali ke rumah. Jojo sampai lebih dulu dan sudah berada di dalam kosnya. Sementara Rere dan Gara jalan beriringan menyeberangi ruang tamu.
Rere menoleh dan mengangguk. "kalau gue positif juga, gue berarti harus isolasi dan nggak bisa pulang." kata gadis itu dengan nada lirih.
"Mudah-mudahan aja semua hasilnya negatif." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Gara. Ia tidak punya apapun untuk menghibur gadis itu ataupun mengenyahkan kekhawatirannya. Ia tahu itu diluar kuasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Kopi Pahit [TAMAT]
Humor(Spin off Hands Up) Setelah berpikir panjang, Wina akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran Made, sahabatnya. Saat itu, Wina tidak punya pilihan lain. Ia dalam keadaan bosan dengan segala tekanan dan pertanyaan kapan menikah dari orang terdekatnya...