Kini, usia Harvey sudah memasuki 1 bulan. Dan semenjak Harvey lahir, Winda sudah jarang mendengar teriakan-teriakan dari putri-putrinya. Gadis-gadisnya itu kini jauh lebih 'teratur', karena mereka tau, ditengah-tengah mereka saat ini, ada seorang bayi laki-laki mungil nan lucu yang sudah pasti akan menangis, jika mendengar suara keras. Yah, walaupun teriakan-teriakan itu berganti dengan keributan diantara mereka, sebab mereka tidak ada yang mau mengalah satu sama lain, jika ingin bermain dengan si kecil Harvey.
Kebiasaan keempat putri pak Yudha yang selalu bergantung kepada Winda juga mulai berkurang. Keempat gadis cantik itu senantiasa berlomba menjadi si paling mandiri.
Saat Winda bertanya apa alasannya, mereka kompak menjawab bahwa mereka ingin menjadi kakak yang bisa diandalkan oleh si paling bungsu Harvey.
Bahkan Naina, yang jika punya waktu luang akan berjalan-jalan di mal sepulang sekolah, kini sudah tidak lagi melakukan kebiasaannya tersebut. Gadis itu akan langsung pulang ke rumah begitu bel pulang sekolah berbunyi.
Winda melirik jam dinding di kamarnya. Wanita itupun menggendong putranya untuk menemaninya di dapur.
"Setengah jam lagi, ayah sama kakak-kakak pulang. Harvey temenin bunda masak dulu ya, nak?"
Bayi mungil itu hanya tersenyum, seolah mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh ibunya.
"CINTAKU, KAKAK PULANG!"
Winda yang baru saja hendak menyalakan kompor pun berhenti sejenak, guna menyambut si sulung Xiena yang ternyata pulang lebih cepat dari jadwal yang tadi pagi dikatakannya.
"Kakak kok udah pulang? Katanya sampai sore?"
"Dosennya nggak ada Bun!"
"Eeitttsss! Mandi dulu, cuci tangan yang bersih, ganti baju juga. Kakak abis dari luar, jangan pegang adek dulu." Tegur Winda yang melihat Xiena hendak mendekati Harvey yang tampak tenang di stroller-nya.
"Tunggu kakak ya, cintaku." Setelah berkata demikian, Xiena segera melesat pergi menuju kamarnya dan melaksanakan ucapan Winda.
Winda yang melihat kelakuan si sulung itupun hanya menggeleng kecil, lalu memulai kembali acara memasaknya.
***
Selesai membersihkan diri, Xiena langsung saja membawa Harvey di ruang keluarga untuk bermain dengannya. Mengajak bayi itu terus mengobrol, hingga bayi itu terus tertawa.
Xiena melihat jam dinding, yang menunjukkan bahwa sebentar lagi, ketiga adiknya akan pulang. Tanpa memberitahu Winda, segera saja Xiena membawa Harvey ke kamarnya dan meninggalkan stroller-nya begitu saja.
Baru saja Xiena mengunci pintu kamarnya, dia bisa mendengar suara mobil sang ayah yang sudah datang.
"Bunda! Adek mana?" Tanya Tara begitu masuk ke dalam rumah dan menemui Winda di dapur.
"Tadi sama kakak di ruang keluarga." Jawab Winda yang tetap fokus dengan masakannya.
Mendengar hal itu, ketiga putrinya itupun melesat pergi menuju ruang keluarga.
"Biasanya mereka nyariin kamu begitu pulang sekolah, sekarang udah ganti aja yang dicari." Celetuk Yudha begitu mendekat ke arah istrinya. Yudha mengecup bibir Winda cukup lama, sebagai tanda selamat datang.
"Ya udah biarin, toh Harvey nggak rewel kalo sama mereka. Justru aku ngerasa terbantu mereka mau nemenin Harvey kalo aku lagi sibuk." Jawab Winda setelah ciuman suaminya terlepas.
"Apa kita bikin lagi aja ya? Biar mereka punya adek satu-satu."
Winda mencubit perut Yudha, hingga laki-laki itu mengaduh. "Jahitanku bahkan belom kering." dengusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Harvey (Buku Kedua dari "Wisma Pak Yudha")
FanfictionAYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Keseharian Harvey, si paling bungsu di keluarga Pak Yudha yang punya pengasuh pribadi untuk setiap keperluannya, karena memiliki empat orang kakak per...