▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Alesha masih belum bisa memahami situasi yang sedang terjadi saat ini. Tiba-tiba saja Bagas datang entah dari mana dan langsung menariknya pergi. Wanita itu mengerutkan kening karena bingung bagaimana bosnya bisa menemukan keberadaannya di sini. Dia tetap berusaha melepaskan diri meski tidak berhasil karena Bagas menggenggam tangannya erat dan terus berjalan menuruni tangga.
Wanita itu terseok-seok mengikuti langkah lebar Bagas yang keluar dari kafe. Tiba di parkiran, dia segera menepis tangan bosnya saat mereka berhenti di dekat mobil Bagas. Alesha menatap tajam pria yang berdiri di hadapannya itu.
"Bapak apa-apaan, sih? Apa maksudnya narik-narik tangan saya kayak gitu?"
Bagas mengalihkan pandangan ke segala arah. "Sori. Saya cuma nggak mau kamu kejebak sama pria berengsek kayak teman kencanmu itu."
Alesha mendengkus. "Bapak tau apa soal temen kencan saya? Ini ... Bapak ngikutin saya dari apartemen?"
"Apa?" Bagas jadi bingung sendiri. "Saya sudah ada di sini sebelum kamu dateng sama pria tadi."
Alesha sedikit memundurkan diri lalu melipat tangan di depan dada. "Jadi, maksud Bapak, Bapak jauh-jauh dateng dari apartemen ke tempat ini buat nongkrong sendiran? Saya nggak percaya. Padahal, Bapak udah janji nggak akan ganggu acara saya di akhir pekan. Tapi, sekarang apa? Bapak mau gagalin kencan saya lagi?"
"Alesha, dengerin saya dulu. Saya sama sekali nggak ngikutin kamu. Saya nggak ada niatan buat ganggu acara kamu. Dan saya ke sini memang lagi nemuin kenalan saya. Dia yang punya kafe ini. Kamu lupa saya juga pernah ke sini sebelumnya? Waktu saya nemuin kamu mabuk dan akhirnya kamu ...."
Bagas tidak melanjutkan kata-katanya lagi ketika melihat Alesha merasa tidak nyaman. Dia segera mengubah arah pembicaraannya.
"Ya intinya, saya nggak ngikutin kamu dan kebetulan kita ketemu di sini. Kebetulan juga saya pernah liat teman kencan kamu itu waktu dalam perjalanan ke sini. Dia lagi bertengkar di trotoar sama Mira."
Alesha membuka mulut lebar karena terlalu terkejut dengan penjelasan yang diberikan oleh Bagas. Wanita itu sampai harus menarik napas sambil memejam untuk menenangkan emosi dalam dirinya saat ini. Sudah cukup gurauan yang diberikan bosnya itu. Dia tidak akan ikut dalam permainan.
"Udah, cukup, Pak! Saya nggak mau denger lagi alesan Bapak. Nggak usah bawa-bawa Mira segala. Nggak kreatif banget cari alesan."
Wanita itu memilih meninggalkan Bagas dan hendak kembali ke kafe. Dia melihat Edgar sedang berbicara di telepon membelakanginya. Alesha memasang senyum sebelum menghampiri teman kencannya itu. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar perkataan pria itu yang ditujukan kepada lawan bicaranya di telepon.
"Gila! Naklukin Alesha nggak segampang yang gue bayangin. Ini kencan gue yang kedua sama dia. Semoga aja nggak gagal lagi. Kalo gue sampek nggak bisa ambil hati Alesha hari ini. Rencana gue bisa berantakan. Gue nggak bakal dapet suntikan dana dari bokapnya. Bisa-bisa bisnis gue hancur, Bro!"
Alesha mengepal dengan wajah memerah. Dadanya naik turun karena napas yang memburu. Dia sudah melangkah untuk memaki pria yang sedang tertawa bahagia itu. Wanita itu akan memberi Edgar pelajaran agar tidak berani lagi mempermainkannya. Namun, seseorang menahan tangannya dan membuat Alesha menoleh ke belakang.
"Lepasin saya, Pak! Saya mau kasih dia pelajaran karena udah ngeremehin saya."
"Tapi, Sha ...."
Alesha sudah melepaskan tangan Bagas dan bergegas menyerang Edgar. Wanita itu menepuk pundak teman kencannya dan langsung melayangkan tamparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomantikTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...