Note: sebelum koar-koar kenapa ini cerita belum dijelasin konfliknya, ending, dan tetek-bengeknya, ak mw ksih tw sesuatu xixixixi. Jadi tu karena udh mepet mau deadline dan progressku cuma 50% yang udah selesai, dan krn jadwalku padet banget bujugile akhirnya mamak rosa nyaranin buat nulis dulu endingnya abis deadline baru direvisi. Tenang aja gengski, chapter ini gk mengandung spoiler dan isinya adem ayem damai sentosa tanpa adu jotos atau pelototan horor.
*************************
(Name) menurunkan kardus terakhir. Dia menguap, lalu meregangkan tangan. Badannya lelah karena seharian ini mengangkat kardus-kardus dan furnitur berat serta mengurusi kepindahannya ke kota. Kini, dia tak lagi tinggal di rumah bekas orangtuanya yang suram dan sunyi--- dia pindah ke flat di tengah kota karena jaraknya ke tempat kerja dan kampus mudah dijangkau (dan Arthur akan lebih mudah untuk mengawasinya).
(Name) merebahkan diri ke kasur tanpa seprai. Notifikasi berbunyi dari ponselnya, membuat gadis itu mengecek siapa yang mengirimkan pesan. Rupanya Arthur.
'Kau sudah selesai mengangkut barang-barang?'
'Kau pasti lelah. Aku akan datang kemari untuk membantumu, kau bisa beristirahat. Berikan alamat flat barumu, aku akan datang.'
(Name) tersenyum. Hubungannya dengan si detektif semakin dekat setelah kasus Oliver. (Name) yang merasa aman sekaligus tertarik dengan Arthur mulai semakin sering mengobrol. Arthur juga menunjukkan ketertarikannya. Detektif itu sering menjemput (Name) pulang dari kampus, serta makan malam bersama di rumahnya. Sebelum pindah, Arthur kerap kali berkomentar tentang rumah (Name) yang terlihat suram, perumahan tempat tinggal (Name) yang sepi, serta betapa anehnya suasana rumah (Name).
"Tempat ini seperti bukan tempat yang bagus untuk ditinggali."
"Dulu tempat ini sangat ramai dan asri. Namun penghuni lamanya kebanyakan pindah dan meninggal, sehingga penduduknya menjadi sedikit sekali."
"Pindah saja. Di kota banyak flat dan apartemen bagus. Akan kubantu carikan."
"Aku tidak punya banyak uang."
"Aku bisa membantumu."
(Name) merasa berutang budi pada Arthur. Gadis itu terkadang berusaha membalasnya, namun Arthur tak mau dipusingkan dengan hal itu. Akhirnya, dia memilih untuk membantu Arthur melalui hal-hal kecil.
Suasana yang ramai membuat (Name) sedikit syok dengan tempat tinggal barunya. Tetangga yang banyak namun individualis, kendaraan yang lalu-lalang, serta hal-hal lain yang belum pernah dia alami sebelumnya membuat dirinya sedikit kaget dengan perbedaan ini. Namun bagusnya, (Name) dapat mengatasi hal ini. Tidak ada lagi teror-teror mengerikan, surat kaleng yang obsesif, serta tetangga misterius yang aneh (Arthur sudah menjamin tetangga di flat baru (Name) bukan merupakan pembunuh berantai atau orang gila).
(Name) menatap langit-langit kamar. Bibirnya menyunggingkan senyum, menyadari bahwa dia telah terlepas dari teror mengerikan pembunuh berantai serta tak ada lagi orang gila tinggal di sebelah rumahnya.
Yah, mungkin untuk saat ini.
-end.
A/N:
Hae gaes, spt yg aku bilang di atas, aku bakal revisi ni book abis deadline dan nambahin/ngurangin hal-hal yang ada di chapter ini. Jadi kalo di lain waktu kalian buka book ini terus ada yg berubah, gak usah kaget xixixixixxi. Special thanks untuk mamak rosa, kak maya, kak hana, kak calla, aby pacar hanwool (hoek hoek), iko, dan member lain yang senantiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan nyeleneh yang berhubungan dengan book ini xixixixixi.
-Kana
KAMU SEDANG MEMBACA
隣 の 人 || 2p!England x Readers
Fanfic(Name) membuka pintu, lalu melihat halaman depannya yang penuh cakaran dan cat merah yang terlihat basah bertuliskan 'aku mencintaimu'. (Name) menghela napas. Ini sudah ketiga kalinya dalam minggu ini, batinnya sambil mengunci pintu lalu bergegas p...