Tujuh tahun kemudian.
"Papa!"
Suara gadis kecil itu menggema ketika seorang pria dengan kulit cokelat eksotis mengangkatnya tinggi ke udara. Rambut jingga mereka yang serupa bergerak lembut diterpa semilir angin pantai. Keduanya bergerak berputar dengan riang, membuat semua mata yang memandang ikut tertawa geli melihat tingkah sepasang ayah dan anak itu yang tidak ada bedanya.
"Shoyo-kun, kemari!" Suara lembut seorang wanita berambut merah mengudara. Mata merahnya terlihat geli melihat tingkah suami dan putrinya yang sama-sama ceria.
Menoleh, Hinata tersenyum pada sang istri yang duduk di salah satu sisi pantai beralaskan kain piknik dan keranjang makanan di sampingnya.
"Baiklah, Saya-chan, kita ke tempat Mama, oke?"
Gadis kecil berusia enam tahun di gendongannya mengangguk antusias. Rambut jingga yang dikucir dua bergoyang-goyang. "Tentu, Papa."
Ayame tersenyum lembut melihat interaksi suami dan putrinya itu. Semilir angin pantai menerbangkan helaian merahnya.
"Mama!"
Panggilan itu membuat Ayame tersentak. Langkah kaki kecil melaju ke arahnya dengan penuh semangat. Seorang pemuda cilik berambut merah dengan mata madu riang menubruknya dengan kekuatan penuh. Kedua tangan Ayame menangkapnya sigap.
"Hati-hati dengan langkahmu, Sayang." Ayame melepaskan pelukannya untuk melihat wajah pangeran kecilnya. Merapikan poni merahnya yang berantakan, sang ibu mencium ujung hidungnya gemas. "Kau senang, Seiya-kun?"
Hinata Seiya mengangguk antusias. Rambut merahnya bergoyang-goyang saking antusiasnya ia mengangguk. Wajahnya adalah salinan sempurna dari sang ayah, hanya rambut merahnya yang menurun dari sang ibu, juga kulit putihnya.
"Seiya senang, Mama! Apalagi Papa juga ada di sini!" balasnya dengan nada menggemaskan.
Ayame tertawa kecil. "Uh, Seiya-kun merindukan Papa, hm?" tanyanya wanita cantik itu.
Wajah Seiya memerah. Ia memalingkan wajahnya, tak mau menatap wajah Ayame.
"Ya," gumamnya pelan. Mata madunya menatap sosok Hinata yang berjala mendekat ke arah mereka dengan Hinata Sayaka di pelukannya. Sorot lembut tak bisa ditutupi dari tatapan Seiya yang terlalu cerdas untuk usianya. "Melihat Papa bersama kita lagi itu menyenangkan, Mama. Seiya bahagia."
"Bahagia, ya."
Ayame tersenyum lembut. Ia berdiri sebelum mengangkat tubuh kecil Seiya dan menggendongnya penuh kasih. Mata merahnya berhadapan dengan mata madu putra kesayangannya.
"Kebahagiaan Mama adalah melihat anak kembar kesayangan Mama dan Papa ini bahagia."
Seiya tertegun, sebelum tersenyum lebar. Bocah itu memeluk leher Ayame dan menyembunyikan tawa bahagianya.
"Ne, ada apa ini, Ayame-chan? Ada apa dengan Sei-chan?" tanya Hinata. Wajahnya mengernyit heran melihat tingkah putranya yang tidak biasa.
Ayame menggeleng. Ia berjalan mendekat pada sang suami dan mengusap pipinya yang berkeringat. Mata merahnya bersitatap dengan mata madu yang selalu bisa membuatnya tersesat. Mata yang Seiya warisi.
"Putramu hanya bahagia," balas Ayame sembari terkekeh kecil.
"Mama!" pekik Seiya tak terima. Wajahnya terangkat, merah padam terbakar malu.
Hinata tertawa lepas melihat anaknya yang cukup tsundere. Entah dari siapa Seiya mendapatkan sifat itu karena ia dan Ayame sendiri tak ada yang memiliki sifat tsundere itu. Apakah ini berasal dari Paman Tooru-nya yang tingkat tsundere-nya setara dengan kenarsisannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
After Brazil [Haikyuu!!]
Fanfiction[Haikyuu!! Post-Time Skip Series 1]✓ Perjalanannya ke Brazil untuk menjadi kuat membuat Hinata Shoyo meninggalkan Jepang. Berbekal kenekatan dan bantuan dari Kato Lucio, Hinata menginjakkan kaki di Rio untuk menekuni olahraga voli pantai. Hingga sua...