"Atsumu-san?"
Hinata menarik Ayame menjauh dari Atsumu. Alarm di kepalanya berdering keras, menandakan bahaya akan menyentuh istrinya. Tetap memasang wajah ceria, Hinata menatap Miya Atsumu yang sekarang tersenyum menatapnya.
"Selamat atas kelulusanmu, Shoyo-kun. Kau terlihat begitu berbeda. Apa Brazil yang mengubahmu?" tanya Atsumu. Lelaki pirang itu bersedekap. Pandangannya kembali pada Ayame yang sekarang memasang wajah dingin. "Dan siapa ini? Kerabatmu? Dia cantik sekali."
Atsumu mendekatkan wajahnya ke wajah Ayame. Seketika itu juga, senyuman di wajah Hinata menghilang. Ia merangkul Ayame dan mendorong Atsumu menjauh. Mata madu miliknya berubah tajam.
"Jangan mendekatinya, Atsumu-san. Dia milikku!"
Mata Atsumu seketika melebar, begitu juga Bokuto yang ada di sana. Keduanya memasang wajah cengo yang lucu. Si pirang buaya darat Inarizaki itu membuka tutup mulutnya seperti ikan keluar dari air.
"ISTRI?!" seru kedua maniak voli itu kemudian.
Ekspresi Hinata kembali berubah lunak. Senyuman secerah mentari kembali hadir di wajah si surai jingga. "Yap! Namanya Hinata Ayame."
Ayame menundukkan wajahnya sesaat. "Salam kenal," ujarnya datar.
"Kau mendahuluiku, Shoyo-kun! Aku tidak akan memaafkanmu!" rengek Atsumu tanpa ingat umur. "Bagaimana kau bisa melangkahi senpai-mu ini dengan menikah dulu? Bahkan istrimu sangat cantik."
Bokuto tertawa terbahak-bahak. Ia menepuk bahu Atsumu keras hingga membuat si pirang nyaris terjungkal.
"Kau kalah dengan Hinata, Tsumu-Tsumu!"
"Urusai, Bokkun!"
Hinata tak bisa menahan tawanya lagi, begitu pula dengan Ayame. Keduanya saling berpandangan dengan geli. Ayame sendiri tidak menyangka bahwa tim voli yang suaminya masuki tak berbeda dengan CA San Juan asuhan ayahnya. Satu kata untuk kedua tim itu, bobrok.
Di tempat lain, Oikawa yang tengah memegang kamera untuk memfoto Ayase bersin.
Atsumu bersedekap. Mata bagaikan lelehan cokelat miliknya menatap Ayame saksama sebelum beralih pada Hinata yang tak melepaskan rangkulannya pada sang istri.
"Kulihat, Ayame-chan —boleh aku memanggilmu begitu?— terlihat berdarah campuran. Aku benar?"
Hinata mengangguk. "Ya, Atsumu-san. Ayah Ayame-chan yang asli Jepang, sementara ibunya berdarah asli Argentina."
Atsumu menyeringai. "Seleramu tinggi juga, Shoyo-kun."
Bokuto yang sejak tadi menyimak pembicaraan keduanya hanya mampu memiringkan kepala ke kanan. Ekspresi mantan Ace Fukurodani itu begitu menggemaskan, terlepas dari umurnya yang menginjak dua puluh empat tahun.
Sebuah tarikan di ujung kaus membuat Hinata menoleh, terlihat Ayame yang menatapnya bingung. "Nee, Shoyo-kun, mereka siapa?" tanyanya.
Hinata mengelus lembut rambut merah Ayame. "Mereka kenalanku, Ayame-chan. Yang rambut pirang itu Miya Atsumu-san, dia adalah lawanku saat SMA dulu. Sementara yang berambut putih abu di sana itu Bokuto Koutaro-san, guruku."
Ayame melunakkan ekspresi wajahnya yang semula datar. "Begitukah. Maaf atas sambutannya yang tidak menyenangkan."
Atsumu menggeleng. Ia tersenyum tulus. "Jangan pikirkan itu Ayame-chan. Panggil aku Atsumu-kun, bisa?" Mata cokelat Atsumu berbinar layaknya rubah yang minta dipungut.
Hinata diam-diam mendengkus. Dasar buaya darat. Apa Atsumu-san tidak punya pacar? Dia senang sekali menggoda Ayame-chan. Ini bahaya, batinnya kesal.
Wajah Ayame kembali datar. "Atsumu-kun? Maaf, tapi kau terlalu bagus untuk dipanggil seperti itu. Memangnya siapa kau hingga memerintahku memanggilmu dengan nama depan? Menggelikan," tandasnya tanpa pandang bulu.
Dalam hati, Ayame tertawa jahat. Hei, menistakan orang dengan penampilan dan sikap seperti Atsumu itu menyenangkan. Terpujilah Oikawa yang sejak kedatangannya ke Argentina selalu jadi bahan penistaan kedua kembar Fujihara. Bahkan, Ayame tidak bisa menahan tawanya lagi melihat ekspresi Atsumu yang menyedihkan.
Hinata tertawa, diikuti oleh Bokuto.
"Tsumu-tsumu! Ini rekor! Untuk pertama kalinya kau ditolak seorang gadis. Hahaha!"
Perempatan siku-siku imajiner muncul di dahi setter Black Jackals itu. Entah kenapa, tawa Bokuto terdengar begitu menyebalkan di telinganya. Wajah Atsumu begitu kesal saat ini. Ia menatap Bokuto jengkel.
"Berhenti mengejekku, Bokkun!"
Bukannya berhenti, tawa Bokuto malah semakin menggelegar.
Hinata sendiri berusaha menahan tawanya. Ia berbisik ke telinga Ayame. "Kau jahil sekali, Ayame-chan~"
Ayame mendengkus geli. Mata merahnya bertatap dengan mata madu sang suami yang menatapnya penuh afeksi.
"Menjahili orang seperti Tsumu-chan itu menyenangkan. Syukurlah di sini ada pengganti Tooru-nii."
Hinata sweatdrop. "Astaga, Ayame-chan."
Nah, sepertinya cerita menyedihkan Atsumu tidak sampai di sini.
***
"Ayame-chan, aku akan sering berada di Osaka untuk latihan. Lalu, bagaimana denganmu? Akan melelahkan bepergian Miyagi-Osaka berkali-kali, lagipula kau belum terlalu mengenal Jepang. Aku juga tidak mau meninggalkanmu. Aku harus bagaimana?"
Hinata merengek. Pemuda bersurai jingga itu saat ini sedang berbaring malas di atas kasur hotel. Berbantal paha Ayame, Hinata memeluk perut sang istri dan menduselkan wajahnya di sana, membuat Ayame terkekeh geli sembari mengacak gemas surai jingga yang ternyata begitu lembut.
"Bagaimana kalau kita membeli apartemen di sini? Aku punya cukup tabungan untuk itu, Shoyo-kun. Lagipula pembangunan rumah kita di Miyagi juga belum selesai kan? Setidaknya, jika kita di sini, kita tidak perlu bingung mau tidur di mana kan?"
Hinata mendongak. Ia memainkan rambut merah Ayame yang mengalir turun melewati bahunya. "Bukankah itu akan menghabiskan tabunganmu? Aku tidak mau kau membuang uang hanya untuk itu, Ayame-chan." Mata madu Hinata memaku tatap pada mata merah Ayame. "Aku suamimu, biarkan aku yang menanggung semuanya."
Ayame tersenyum lembut. Ia menangkup wajah Hinata yang kini terlihat begitu dewasa, walau masih meninggalkan kesan menggemaskan.
"Hanya kali ini, aku janji. Onegai, Shoyo-kun. Uang di tabunganku juga tidak akan habis karena aku membantu Mama mengurus perusahaan keluarga. Nee?"
Hinata tersenyum dan ia bangkit, menubruk tubuh Ayame dan memerangkapnya di kasur. Sang istri sempat memekik karena terkejut sebelum wanita itu tertawa pelan. Kedua tangan Ayame terulur, menangkup pipi Hinata sebelum beralih mengalungi leher kekar suaminya.
"Aku mencintaimu, Shoyo-kun."
Ayame menarik Hinata untuk berciuman. Kedua bibir saling memagut mesra dalam ciuman penuh kelembutan. Hinata melepaskan ciuman mereka begitu mereka kehabisan napas.
"Aku mencintaimu juga, Ayame-chan." Ibu jari Hinata mengusap bibir Ayame yang membengkak. Mata madunya memandang mata merah yang sayu. Hinata tersenyum lembut sembari mengecup kening Ayame lembut.
"Biarkan aku memilikimu malam ini, Ayame-chan."
"Miliki aku."
***
Ada yang kangen cerita ini? Maafkan Reins karena jarang update. Ini pun di waktu luang pas perpindahan jam ulangan. *janganditiru
Sampai ketemu di bab selanjutnyaaa.
Reins
16 Maret 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
After Brazil [Haikyuu!!]
Fanfiction[Haikyuu!! Post-Time Skip Series 1]✓ Perjalanannya ke Brazil untuk menjadi kuat membuat Hinata Shoyo meninggalkan Jepang. Berbekal kenekatan dan bantuan dari Kato Lucio, Hinata menginjakkan kaki di Rio untuk menekuni olahraga voli pantai. Hingga sua...