Bab 5

657 71 4
                                    

"Hm...."

Hinata menatap Ayame dengan pandangan menyelidik. Mata madunya memandang lekat sang istri yang sedang mengenakan jaket putih. Ayame yang merasa tak nyaman menoleh, mendapati Hinata yang memandangnya risi. Berbalik, ia memiringkan kepala.

"Ada apa, Shoyo-kun?" Ayame menunduk, meneliti outfit-nya satu persatu. "Ada yang aneh dengan pakaianku?" tanyanya.

Hinata menggeleng. Rambut jingganya bergoyang-goyang mengikuti gerakan kepalanya. "Tidak, Ayame-chan. Hanya saja, apa kau tidak kedinginan hanya mengenakan celana jin seperti itu? Ini sudah awal Desember. Musim dingin akan segera dimulai." Hinata menunjuk kaki Ayame.

"Eh? Benarkah?"

Hinata tertawa. Ia tersenyum lebar. "Di sini tidak sama dengan di Brazil yang beriklim tropis, Sayang."

Senyuman lebar Hinata semakin mekar ketika melihat wajah Ayame yang memerah sampai telinga. Hinata menunduk, menatap Ayame yang lebih pendek darinya. Ayolah, walaupun Hinata termasuk atlet terpendek, bukan berarti Ayame lebih tinggi darinya. Sang istri hanya bertinggi 160 sentimeter.

"Uh, Shoyo-kun. Hentikan senyumanmu itu!" Ayame memalingkan wajahnya yang memerah. Tak sanggup untuk menatap sang suami yang masih senang menggodanya.

"Baiklah-baiklah. Kurasa tak apa-apa."

Hinata meraih sebuah syal abu-abu di atas ranjang dan melilitkannya ke leher Ayame. Ia menepuk kepala mantan setter Timnas Argentina itu pelan.

"Ayo, kita pergi, sebelum udaranya bertambah dingin."

Ayame mengangguk dan mengikuti Hinata keluar dari dalam rumah. Sang Umpan Terkuat Karasuno mengeluarkan  sepedanya dari dalam garasi. Sementara Ayame mengunci pintu rumah mereka. Ya, rumah mereka yang baru rampung dibangun akhir November  lalu.

Hinata memutuskan untuk membangun rumah di Miyagi, tidak jauh dari rumah keluarganya, hanya beda komplek. Rumahnya terdiri dari dua lantai, berdinding abu-abu tua dengan halaman luas berisi berbagai jenis bunga. Bagian teras dihiasi dua bonsai. Di samping rumah, terlihat satu lapangan voli outdoor dan satu lapangan voli pantai yang dikelilingi oleh pagar.

Yah, kerja kerasnya di Brazil sebagai atlet voli pantai dan pengajar voli anak-anak memberinya penghasilan yang cukup. Belum lagi penghasilan dari akun YouTube milik Kenma yang memiliki banyak pengikut. Setidaknya ia berhasil membuktikan pada mertuanya, Fujihara Hiro, kalau ia bisa menjadi suami yang bertanggung jawab.

"Nah, ayo kita jalan-jalan!"

"AYO!"

Ayame berteriak semangat menanggapi seruan Hinata. Keduanya tertawa ketika sepeda yang mereka naiki melaju. Hinata mengayuh sepedanya tidak terlalu cepat. Ia ingin menikmati awal musim dingin ini dengan tenang dan santai. Mata madunya sesekali memandang sekitar. Suasana desa di Miyagi tak pernah berubah kendati sudah bertahun-tahun berlalu.

"Shoyo-kun, kita berhenti sebentar di depan sana, ya. Aku mau es krim."

"Hah?" Hinata langsung menekan remnya mendadak. Ia menoleh tidak percaya kepada Ayame. "Ini mau masuk musim dingin dan kau ingin es krim, Ayame-chan? Kau baik-baik saja, kan?"

Ayame menggeleng dan tersenyum. "Aku baik-baik saja. Aku mohon, nee?" Ia menatap memohon pada sang suami.

Hinata menghela napas. Ia tersenyum. "Baiklah, jika itu keinginanmu, Ayame-chan."

Kembali mengayuh sepedanya dan berhenti di depan kedai es krim, Hinata menunggu Ayame di depan kedai. Ia memainkan ponsel sembari menunggu sang istri. Hinata tersentak ketika seorang anak kecil bermantel hitam menabraknya yang saat itu duduk di atas sepeda.

After Brazil [Haikyuu!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang