DUA

109 19 16
                                    

Hari ini ialah hari terburuk bagi gadis berambut panjang sedikit bewarna maroon, rok di atas lutut, bibir merah merona, alis tebal dan tidak lupa bulu mata yang lentiknya mengalahkan gelombang tsunami. Gadis itu bernama Aqilla Veerza, panggil saja Qila.

"Duhh, ini hari pertama gue di sekolah baru, ngapa ada razia begini sihhh." Gerutu Aqilla pelan karena panik.

Kepanikan Aqilla berhenti karena salah seorang guru memanggilnya untuk keluar dari barisan upacara. Aqilla tersenyum lebar dan merasa sangat bahagia akhirnya bisa lepas dari razia kematian itu.

Aqilla pun keluar dari barisan dan langsung menuruti langkah kaki guru tersebut. Aqilla pun heran, karena guru itu membawa Aqilla ke tengah- tengah lapangan upacara.

"Oh mungkin ini mau ngenalin gue kali yaak, secara kan gue anak baru disini." Gumam Aqilla di dalam hati.

Semua siswa di lapangan bersorak sambil bertepuk tangan melihat Aqilla yang sudah berdiri tepat di tengah lapangan. Tampak dari mereka langsung berbisik sambil melirik sinis Aqilla.

"Idihh, dia pikir keren yaa begaya begitu disini.."

"Cakep sih, tapi tepos gasihh woii.."

"Itu dia mau sekolah apa mau pergi ke kondangan yagesyaa, menor banget. Pen gue lap pakai tissue bekas ingusan."

"Diaa seleb apa gimana si."

Sebelum guru berkata-kata, Aqilla melotot kaget dan langsung keringat dingin. Dia merasa di permalukan di depan orang banyak. Dan tampaknya tidak ada satupun yang membela Aqilla. Aqilla tertunduk, pipinya memerah dan kaki nya gemetar.

Suara berisik siswa-siswi mendadak berhenti karena Aqilla langsung merebut mic yang ada di tangan guru dan langsung berbicara lantang.

"Hehhh, bajingan ya lo semua. Kenapa lo lirik-lirik gue? Iri lo sama gaya gue? Ga beranikan lo begaya kek gue karena takut dihukum kan?. Pecundang." Kata Aqilla dengan lantang sehingga membuat para guru dan siswa lainnya shock.

"Astagfirullah,, astagfirullah.." Ucap beberapa guru sambil mengelus dada.

"Kenalin gue Aqilla Veerza, gue anak baru di sini bukan berarti gue takut ya sama kalian semua. Ini sekolah punya bokap gue yang bangun nih bangunan sekolah, ga percayakan lo pada? Tanya gih ke Pak Kepsek siapa nama bokap gue. Ardinto Surya!!" Lanjut Aqilla menggebu-gebu.

Aqilla awalnya bukan takut dirazia atau bahkan dihukum. Karena Qila tau, jika semua barang yang disita akan dikembalikan lagi ke Qila, hukuman pun juga tidak akan menyentuh Qila. Ia ingin menyembunyikan identitasnya sebagai anak pemilik sekolah. Tapi apadaya, kejadian hari ini membuat Aqilla bersuara siapa dirinya.

Aqilla pun pergi meninggalkan lapangan, dan berjalan ala-ala model di depan semua siswa untuk langsung menuju ke kelasnya. Semua murid terdiam, dan guru tidak bisa berkata banyak. Aqilla benar-benar bisa membuat orang terdiam hanya dalam waktu sebentar.

⭐️


"Hi, kenalin gue Sophia. Kita sekelas loh, gue tadi lirik lo di kelas, pengen berteman karena ingin punya nyali besar kayak lo." Ucap salah satu siswa yang mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Aqilla.

Aqilla yang sedang menyantap makanannya, langsung memutar bola mata. Merasa tidak nyaman, dan risih.

"Ini jam istirahat ya, ini gue juga lagi makan. Bisa gak kenalannya nantik aja pas makanan gue habis? Atau gak pas di kelas deh. Ilang nih selera makan gue." Ketus Aqilla.

"Btw, nama lo kek aplikasi olshop ya. Shopia. Ada gratis ongkirnya gak?." Lanjut Qila sambil tertawa terbahak-bahak.

Aqilla memang memiliki mood yang berubah, dari yang sangat kasar dan pemarah sampai bisa berubah dalam sedetik menjadi sangat lemah lembut. Aqilla juga kadang merasa kasihan, tapi kadang tiba-tiba rasa kasihannya hilang.

Gadis yang bernama Sophia tadi langsung tertunduk malu dan balik badan meninggalkan kantin. Sophia menahan tangis dan sekaligus merasa kesal atas sikap Aqilla tadi. Dia langsung menuju kelas dan mengacak-acak isi tas Aqilla.
Beberapa temannya pun berusaha untuk menghentikannya, karena takut kalau Aqilla datang.

Dan benar saja, Aqilla yang tiba di pintu kelas menuju mejanya yang sudah berantakan, dan isi tasnya yang sudah berceceran dimana-mana. Aqilla hanya tersenyum melihat Sophia yang melipat tangan di dadanya.

"Oh begini ya kerjaan orang iri?. Duhh, kasian banget deh gue. Lo mau lihat isi tas gue ya?. Atau lo mau apa, Shopia?. Ambil aja." Kata Aqilla sambil menaikkan salah satu alisnya.

Aqilla melirik Sophia dari atas sampai kebawah dan langsung memutar bola matanya kembali. Sophia yang melihat itu agak merasa gemetar, keringat di punggungnya mulai ia rasakan. Dia merasa bahwa Aqilla ini benar-benar tidak waras.

Aqilla membereskan barangnya, dan langsung mendekati Shopia. Shopia langsung menunduk dan tidak bisa berkata apa-apa. Semua kata-kata yang telah ia siapkan tadi, mendadak hilang sekejap. Begitu dingin dan menyeramkan pandangan Aqilla.

"Takut kan lo? Makanya baca doa dulu sebelum gangguin gue. Oh iya, lo gausah ikut-ikut gaya dan karakter orang deh, itu gabikin lo keren." Kata Aqilla kepada Shopia.

Shopia hanya mengangguk dan langsung lari keluar kelas. Beberapa siswa yang melihat Aqilla langsung berakting sibuk. Takut dibentak Aqilla.

"Woi tepos, bisa diam ga bangsat!! Anak baru aja belagu lo di kelas gue." Teriak seorang siswa laki-laki di ujung kelas. Semua orang mengenalnya sebagai ketua kelas.

"Lahh, njirr..body shaming satt...." Batin Aqilla.

Aqilla melotot dan langsung pergi keluar kelas. Dia merasa malu dibilang tepos. Dia juga heran kenapa tiba-tiba dia bisa merasa kalah karena ucapan si ketua kelas tadi.

"Awas aja ya, lo udah bikin gue malu karena maki-maki keteposan gue." Ucap Aqilla kepada dirinya sendiri.

Siapakah laki-laki sebagai ketua kelas di XI IPS?. Mengapa hanya dia begitu berani melawan Aqilla Veerza sang anak pemilik sekolah?.

______________

Ikutin terus ya ceritanya, bismillah ini cerita pertama aku. Untuk kekurangan dan koreksi boleh dikomen kok. Jangan lupa vote dan tambahkan di perpustakaanmu ya teman-teman.

^Vaneszcha^

We Cant Be Friend!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang