TIGA

60 9 5
                                    

Seisi rumah penuh ketegangan karena perbuatan Aqilla di sekolah hari ini sudah sampai di telinga Ayahnya. Ardinto Surya.

Tidak ada yang berani memulai pembicaraan di rumah, baik Ibu Aqilla atau Mbak Wiwik asisten rumah tangga. Semuanya diam dan tatapan tajam dari Ardinto kepada Aqilla yang sangat mematikan.

"Saya mindahin kamu ke sekolah itu buat jadi anak yang baik-baik ya, jangan merusak nama baik saya. Kalau kamu tidak bisa jadi anak yang baik atau pintar, setidaknya jaga nama baik saya!!. Jangan caper dan ganjen jadi wanita. Sangat memalukan." Bentak Ardinto kepada putrinya yang sudah memasang muka pasrah.

"Ayah tau aku suka cari perhatian, itu tandanya aku kurang perhatian, Ayah. Bisa enggak Ayah ngertiin aku sekali saja?. Aku sengaja buat ulah di sekolah agar aku diperhatikan, ini ayah bukannya memperhatikan aku, malah takut nama baiknya rusak." Jawab Aqilla pelan. Aqilla harus bisa menahan emosi dan nada bicara. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Halah, banyak bacot mu. Ini Istri juga tidak becus mengurus anak. Jangan hp mulu dimainin. Ngurus rumah saja tidak bisa. " Kata Ardinto mengarah ke Alena, ibunya Aqilla.

Alena hanya bisa diam, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Aqilla yang mendengarkan itu langsung berkata "Ckk, kalian berdua sama saja. Yang satu puber kedua, yang satu sibuk bisnis".

Ardinto langsung menampar Aqilla, dan lanjut Alena yang menampar pipi sebelahnya lagi. Aqilla masing-masing mendapatkan tamparan dari kedua orang tuanya.

Betapa sakitnya hatiku, daripada sakitnya tamparan inii Ayah, Ibu - Batin Aqilla.

⭐️

"Axel, tolong bantu Bapak kasih catatan ini ke Aqilla ya, dan tolong sampaikan untuk rapikan ulang, makasih." Ucap Bapak Guru.

"Baik, Pak." Jawab Axel dan langsung bergegas menuju kelasnya.

Axel mencari Aqilla dan langsung memberikan catatan dan menyampaikan pesan yang telah disampaikan guru tadi.

"Woi tepos, nih catatan lo. Pak Guru minta rapikan ulang." Jawab Axel singkat lalu memutar balikan badan dan duduk di kursi ujung dekat jendela. Tidak lupa memasang earphone dan memutar lagu Dunia Tipu - Tipu.

Aqilla yang melihat dan mendengarkan langsung berdiri dan menatap sinis Axel yang mengatakan dia tepos. Merasa tidak terima, Aqilla menuju bangku Axel dan melemparkan catatannya.
"Bisa sopan dikit ga, gue punya nama. Bukan tepos nama gue ya!" Bentak Aqilla kepada Axel.

"Lah? Emang lo selama ni punya sopan santun?. Kalau lo mau dihargai, hargai orang sekitar juga dong ya." Balas Axel dengan santai.

Beberapa siswa yang menyaksikan itu memberikan tepuk tangan atas jawaban Axel.

"Lo udah 3 hari nih disini, sendiri mulu. Ga ada yang mau temenan ama lu kan ya." Ledek Axel kembali. Semua orang tertawa kembali mendengarkan jawaban Axel yang sangat menusuk hati. Mau bagaimana lagi, Axel Ioghi sebagai ketua kelas harus memberikan contoh dan pelajaran buat teman-temannya yang nakal dan berandal.

Hembusan napas kasar yang bisa Aqilla berikan. Dia tidak bisa berucap apapun. Memang benar, sampai saat ini belum ada yang menjadi temannya. Orang yang ingin mengajaknya kenalan, ditolak secara mentah-mentah.

"Apaansih, Xel. Aqilla punya temen kok. Gue nih." Ucap seorang siswa cantik, berambut hitam lurus. Dengan tinggi dan berat badan proposional layaknya seorang model.

"Lah, Angie? Sejak kapan lo temenan ama nenek lampir begini." Ucap Sophia yang melihat kejadian itu.

Gadis cantik ini ialah Angie Cissie. Angie Cissie murid terbaik, anggota OSIS, murid paling ramah dan pintar. Aktif diberbagai organisasi dan ekskul sekolah. Semua orang mengenal Angie, dan juga tidak heran para cowok-cowok mengejarnya. Angie Cissie bersahabat dengan Shopia Achez sejak kecil dan selalu satu sekolah.

Angie merangkul Aqilla dengan tangan kanannya. Aqilla merespon sedikit kaget dan terdiam. Aqila merasa sebelumnya tidak pernah ada yang membelanya. Tapi mengapa tiba-tiba murid cantik ini mengaku menjadi temannya.

Melihat itu, Axel tanpa kata-kata langsung melanjutkan dirinya mendengarkan musik sambil membaca buku. Angie menarik Aqilla untuk keluar kelas, karena Angie merasa Aqilla bingung akan perlakuannya.

"Hm, kenalin gue Angie, gue sahabatnya Shopia. Gue anak kelas sebelah lo, hehee...maaf yaa, gue tadi ngaku-ngaku jadi teman lo. Soalnya pasti sakit banget kalau ada orang yang bilang kita ga ada temen." Ucap Angie sambil mengulurkan tangan kanannya.

Sophia hanya bisa diam dan memberikan ekspresi kesal karena sikap Aqilla waktu mereka ingin berkenalan. Aqilla yang membentaknya dan mengatakan namanya mirip seperti aplikasi olshop.

"Gue Aqilla, panggil Qila. Makasih btw udah bantuin gue." Aqilla membalas tangan Angie.

"Oh iya, Shopia. Gue minta maaf yah atas kelakuan gue beberapa hari yang lalu." Lanjut Aqilla sambil mendekati Shopia.

"Iyaa, gue juga minta maaf, kemaren udah berantakin isi tas lo. Gue kesel habisnya, gue juga pengen punya temen yang brutal. Ga kayak Angie yang kalem." Balas Shopia sambil memeluk Aqilla.

Aqilla tersenyum lebar, sekarang ia mendapati 2 teman sekaligus yang sangat berbeda karakter. Angie yang kalem, Shopia yang pecicilan, dan Aqilla yang jutek dan brutal. Sangat indahnya persahabatan ini.

Sebenarnya Aqilla gampang berbaur, tapi ada satu hal yang membuat Aqilla jadi susah berteman. Dia menjadi hilang kepercayaan terhadap teman setelah kejadian itu. Tapi baru 3 hari bersekolah disini, dia dengan mudahnya percaya dan yakin bahwa Angie dan Shopia adalah orang yang sangat baik.

🦋

Next ? Teman- teman bisa vote, komen dan aku sangat menerima kritik dan saran. Bcs aku amatir bgt dan ini cerita pertama aku. Semoga suka ya ❤️

Terimakasih. - vaneszcha

We Cant Be Friend!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang