Unmei merupakan terjemahan bahasa Jepang yang artinya "Takdir"
Bagaimana jika takdir yang dimaksudkan malah menjadi petaka?
Karena peristiwa itu akhirnya mereka bertemu kembali.
Dua orang itu akhirnya bersatu kembali. Walau mereka harus tidak meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Katanya masih lama kembali ke korea, mana tidak bilang lagi dari kemarin" dumal remaja tampan sambil ia mengenggam ponselnya. Sekarang sudah jam pulang sekolah, ia berjalan santai menuju parkiran hingga ia tidak sadar menabrak seseorang yang berlawanan arah.
"Aww" ringis remaja berwajah manis memegang bahu kanan yang tadi disengol.
"Kau ini jalan tidak pakai mata? Dan Kenapa harus kau lagi?" Jeno berujar kesal pada sosok mungil yang memasang wajah cengo, harusnya kan ia yang bilang begitu.
"Kau juga salah, kenapa harus berjalan di tengah jalan? Kan menjadi terganggu" kali ini jeno yang cengo. Sepertinya ada yang salah dengan pria berwajah cantik itu.
"Memangnya kenapa? Ini kan jalan umum bukan jalanmu! Kenapa kau yang mengatur jalan orang? Memangnya kau yang punya sekolah ini?" Jeno menatap tajam jaemin sambil ia mengomelinya.
"Menyebalkan, dasar sok keren!" Teriak jaemin kesal lalu ia melanjutkan lagi jalannya menuju ruangan dekat toilet. Kebetulan mereka tadi berantem di dekat toilet. Jeno yang melihat si pelaku penabrakan berjalan sudut ruang setelah toilet. Setaunya itu ruang kosong kan?
Apa jangan jangan?
Jeno seketika mengikuti anak itu dan mengintip gerik jaemin. Pemuda Na itu sudah memasuki ruangan lalu ia disambut seseorang pria dan melakukan tos kepadanya. Hanya mereka berdua di ruangan itu.
"Na, bagaimana caranya agar aku bisa menembak renjun?" Tanya seseorang yang tadi bersama jaemin. Untung ruangan itu ada bangku pelajaran, ruangan kosong ini awalnya sebuah kelas, tetapi pihak sekolah mengubahnya menjadi ruang kosong untuk menaruh barang bekas.
"Kau mengajakku kesini hanya untuk menanyakan itu tuan Lai?" Jaemin memasang raut wajah ingin memukul pemuda jangkung di sebelahnya itu. Ia merasa percuma datang kesini.
"Yah kau tau sendiri ini tempat yang sangat aman untuk membicarakan hal penting. Aku malas mengajakmu ke tempat makan dan aku tidak mau diporoti olehmu. Makanmu itu rakus sekali" jelasnya. Jaemin terkekeh.
"Setidaknya lewat telepon atau chat kan bisa? Kau mau semua orang disini mencurigai kita huh?" Omelnya pada pria keturunan Taiwan di depannya.
"Maafkan aku jaem, aku kurang leluasa berbicara lewat chat atau telepon apalagi kau sangat paham seperti apa renjun" jelasnya. Jaemin menghela napas mendengar alasan bodoh tuan muda Lai satu ini.
"Kenapa tidak langsung menembaknya saja? Kau ini kan tampan apalagi kau anak basket, gunakan semua pesonamu untuk memikat sahabat mungilku itu" pria Lai itu masih ragu.
"Ini pertama kalinya aku menyatakan cinta, na. Dan renjun adalah cinta pertamaku" rasanya jaemin ingin muntah mendengar ucapan orang di sebelahnya itu.
Sementara jeno menguping pembicaraan jaemin, getaran di saku celananya mengusik acara 'mari melihat apa yang dilakukan si aneh'. Ia pergi menjauh dari dua orang tadi agar tidak ketahuan menguping. Diangkatnya telepon dari seseorang yang langsung berteriak.