▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Bagas menggeleng-geleng melihat wanita di hadapannya sedang menghabiskan sepiring siomai dan burger. Pria itu tidak habis pikir dengan isi kepala sekretarisnya. Wanita itu masih sempat memikirkan perut setelah kejadian yang menimpanya. Mereka akhirnya memutuskan kembali ke kafe setelah Alesha mengeluh kalaparan. Bagas tersenyum melihat sekretarisnya itu dengan lahap menghabiskan makanan.
Pria itu terus memperhatikan wanita yang hari ini mengenakan gaun selutut bermotif bunga dengan lengan pendek. Terlihat lebih manis dan cantik daripada gaun yang dipakai wanita itu tempo hari, terlalu terbuka. Tangannya tiba-tiba terulur untuk membersihkan sudut bibir Alesha yang berlepotan saus. Seketika keduanya terdiam setelah menyadari apa yang baru saja dilakukan oleh Bagas.
"Kalo makan pelan-pelan. Kayak anak kecil aja makan burger berlepotan saos."
Bagas yang tersadar lebih dulu langsung berbicara untuk mencairkan suasana yang sempat canggung itu. Sementara, Alesha berkedip beberapa kali lalu mengalihkan pandangan dengan mengambil tisu dan membersihkan sudut bibirnya sendiri.
"Bapak nggak makan juga?"
"Saya mendadak kenyang liatin kamu makan."
"Ih, Bapak ada-ada aja. Mana bisa kenyang cuma dengan liatain orang lain makan?"
Bagas berdecak. "Kamu pikir saya bisa selera makan setelah kena pukul dan ngerasain lengan kiri saya sakit kayak sekarang?"
Alesha meringis lalu mengatupkan bibirnya rapat, tetapi berselang dua detik berikutnya dia mulai bicara lagi. "Iya, maaf, deh, Pak. Setelah ini saya antar Bapak ke rumah sakit, ya. Nanti kalo infeksi terus kena tetanus gimana?"
Bagas mendelik mendengar ucapan sekretarsinya itu. "Kamu nyumpahin saya kena tetanus?"
"Ya enggak gitu, Pak. Saya, kan, cuma takut aja."
Wanita itu segera menghabiskan minumannya lalu mengelap mulut dengan tisu baru yang diambilnya ketika melihat Bagas makin melebarkan mata.
Bagas memanggil Glen setelah wanita di hadapannya menghabiskan semua makanan di meja. Pria itu juga menghabiskan kopinya sebelum barista sekaligus pemilik kafe itu datang ke meja.
"Udah mau balik?" tanya Glen yang baru tiba di meja Bagas.
"Iya. Lo liat sendiri, kan semua pesanan udah abis nggak bersisa."
Bagas melihat Alesha memajukan bibir sambil menunduk malu. Pria itu mengeluarkan kartu debit dan hendak menyerahkannya kepada Glen. Namun, barista itu segera menolak.
"Glen! Lo buka usaha buat dapet untung. Dan gue dateng ke sini sebagai pelanggan. Jadi, tolong kali ini terima bayaran dari gue termasuk kopi pertama yang lo bikinin tadi. Kalo lo nggak mau nerima bayaran dari gue, gue nggak bakal mau berkunjung ke sini lagi."
Glen mendengkus. "Oke. Gue terima bayaran dari bos besar. Tunggu sebentar."
Glen mengambil kartu debit yang disodorkan Bagas tadi lalu pergi ke meja kasir untuk melakukan pembayaran. Dia kembali ke meja Bagas dengan membawa sebuah bungkusan yang langsung diserahkannya kepada Alesha.
"Ini bonus buat cewek cantik yang udah berkunjung ke kafe gue dan nemenin bos yang suka marah-marah itu."
Bagas hendak memukul lengan Glen, tetapi dia justru meringis karena lengan kirinya yang terluka ikut tertarik. Pria itu hanya bisa melotot sambil menerima kartu debitnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...