"Kemarin ke mana sama Arthur?" tanya ibu saat Kaluna bergabung ke meja makan.
Gadis itu mencoba menyembunyikan senyumnya. "Makan, muter-muter," jawab Kaluna sembari menuangkan kopi ke gelasnya.
"Ooh..." gumam ibu.
Kaluna menoleh menatap ibunya. "Apa, sih, bu..."
"Loh, ibu nggak bilang apa-apa," ucap ibunya, namun tampak jelas sedang menahan senyum geli.
"Ibu, sih, lama banget perginya," ucap Kaluna.
"Ya sengaja," jawab ibu yang membuat anaknya heran.
"Sengaja gimana?"
"Sengaja biar kamu pergi sama Arthur,"
Kaluna hampir tersedak. "Ih, kok gitu?"
"Ibu tau kok dulu kalian ada apa-apanya," ucap ibu yang lagi-lagi membuat Kaluna heran. "Ya biarpun kamu nggak bilang sama ibu, tapi ibu merhatiin,"
Kaluna terdiam, menunggu ibu melanjutkan perkataannya.
"Lun, dari dulu ibu nggak mau terlalu terlibat kalau kamu atau Mas Leon ambil keputusan. Maksudnya supaya kalian belajar bertanggung jawab dengan pilihan kalian," ucap ibu sembari mengusap lengan Kaluna. "Tapi ibu kecewa banget waktu kamu pulang ke rumah dengan kondisi memar-memar. Ibu kecewa sama diri ibu sendiri,"
Kaluna menggenggam tangan ibunya yang bergetar.
"Ibu kecewa, kenapa nggak coba cegah kamu supaya nggak pacaran sama Satria. Kenapa nggak sering-sering ngecek kondisi kamu di Surabaya," ujar ibu lagi. "Terus, setelah Satria, ternyata ibu harus kecewa lagi sama Mas Abim,"
Kaluna menatap ibunya dan menghela napas pelan. Ia pikir, ibu sudah tidak terlalu memikirkan ini semua. Tapi ternyata ia salah.
"Bapak sama ibu aja nggak pernah bentak kamu, ini kok bisa-bisanya ada orang baru dateng ke kehidupan kamu, terus bentak-bentak seenaknya," ibu melanjutkan perkataannya. "Waktu tau kamu putus sama Mas Abim, ibu lega banget, Lun. Dari dulu feeling ibu nggak bagus, ternyata bener,"
Kaluna masih belum merespon, hanya menatap ibunya.
"Karena dua hal itu, sekarang ibu izin ya, buat terlibat lagi,"
"Maksudnya bu?" tanya Kaluna bingung.
"Ibu nggak mau, anak perempuan ibu, yang ibu sayang banget ini, harus ketemu dengan laki-laki yang salah lagi," ujar ibunya.
"Terus maksudnya, laki-laki yang bener itu... Arthur?" tanya Kaluna ragu.
Ibu tersenyum lembut. "Ibu cuma nyoba nduk, siapa tau memang jalannya kalian bareng,"
"Kalau enggak?" tanya Kaluna lagi.
"Ya nggak apa-apa," jawab ibu masih dengan tersenyum dan mengusap lengan anaknya. "Tapi dicoba ya?"
Kaluna mengerjap pelan. "Kalau Arthurnya yang nggak mau?"
Ibu terkekeh. "Mosok Arthur ndak mau?"
Kaluna tersenyum bingung. "Nanti aku pikir lagi, deh, bu. Aku siap-siap dulu,"
**
"Ini pacarnya Vika, Thur?" tanya Kaluna iseng. Baru ini ia memperhatikan foto yang menggantung di rear view mirror.
Arthur melirik lalu mengangguk ragu. "Kayaknya gitu. Nggak tau, ding, udah jadi pacar apa belum,"
Kaluna terkekeh. "Lucu banget," ucapnya. "Vika udah umur berapa, sih, sekarang?"
"Dua... empat," jawab Arthur.
"Time flies so fast," respon Kaluna.
"Masa tau-tau udah hampir dua delapan, nanti tiba-tiba tiga puluh," ujar Arthur sembari memindah transimisi ke posisi netral.
![](https://img.wattpad.com/cover/306309850-288-k742776.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Belas Hari
KurzgeschichtenCerita Kaluna dan Arthur selama empat belas hari di Yogyakarta. (ceritanya masih dilanjut, nggak discontinued, tp maafin author-nya lg dikerjain kerjaan🥹🙏)