Pengantar

204 44 2
                                        

Kaluna menatap undangan yang ada di mejanya. Lalu disampingnya ada satu set kebaya beserta jarik yang baru saja ia coba.

Disaat teman-temannya mulai membagikan undangan pernikahan, ia justru mengakhiri cerita cintanya.

Sebuah keputusan yang disayangkan orang-orang disekitarnya, namun diam-diam disyukuri Kaluna.

Kaluna sekali lagi menatap undangan yang kali ini berada di genggamannya. Tertera tanggal empat belas, yang artinya dua minggu lagi. Ia menghela napas pelan lalu meletakkan undangan di tempat semula kemudian beralih ke ponselnya.

Sepuluh menit kemudian, Kaluna sudah mendapat tiket kereta yang akan membawanya ke Yogyakarta untuk menghadiri pernikahan Jeanne—salah satu teman dekatnya.

**

"Thur, dateng nggak ke nikahan Jeanne?" tanya Elang.

Arthur mendongak sesaat dari layar laptopnya kemudian mengangguk. "Dateng, sekalian pulang ketemu ibu,"

"Barengan dong. Berangkat kapan? Kamis mau ta?"

"Emang e iso?" tanya Arthur. "Oh, cuti aja kali ya?"

(Emangnya bisa?)

"Iyo, lah. Durung cuti kan tahun iki?" ucap Elang lagi. "Ben suwe le bali Jogja,"

(Iya lah. Belum ambil cuti, kan, tahun ini? Biar bisa lama pulangnya ke Jogja)

"Mosok yo awak dewe cuti barengan? Emang entuk?" ucap Arthur heran.

"Kenopo gak oleh, sing penting gawean rampung," jawab Elang dengan yakin.

(Lah, kenapa nggak boleh? Yang penting kerjaan udah beres).

"Ngobrolin apa, sih, mas?" tanya Kintan yang sejak tadi memperhatikan seniornya berbicara.

"Mau cuti, Kin. Menurutmu boleh nggak?" tanya Elang.

"Ooh.." gumam Kintan. "Ya boleh-boleh aja, sih. Kan Mas Elang sama Mas Arthur belom cuti sama sekali. Mas Arthur malah dua tahun ini nggak cuti, kan?" seru gadis itu heboh.

Arthur mengangguk membenarkan.

"Ya udah cuti aja. Lagian kalian beda divisi, nggak terlalu jadi masalah," ucap Kintan lagi. "Mau keluar kota mas?"

"Yap. Mau ke Jogja," jawab Arthur.

"Ih seru banget. Mau ngapain? Pulang aja?"

"Mau kondangan, Kin," jawab Elang.

Kintan tertawa. "Ciee udah rame undangan yaaaa," godanya pada dua lelaki di hadapannya. "Mas Elang kapan ngundang?"

Arthur ikut tertawa. "Modar o, Lang,"

(Mampus, Lang).

"Ya gampang, lah. Kalau nggak Sabtu Minggu," ucap Elang menggunakan jawaban template.

Kintan mendengus malas. "Ya udah buruan diurus mas cutinya, sebelum keduluan yang lain,"

Tidak disangka Mbak Anin—HR di kantor mereka dengan mudah menyetujui permohonan cuti keduanya.

"Elang seminggu aja lho, ya. Jangan ngikut Arthur," ucap Mbak Anin sambil mengklik tetikusnya.

"Siap!" jawab Elang.

"Arthur tahun depan jangan lupa cuti. Sayang banget kalau hangus," ujar Mbak Anin lagi. "Harus diambil sehari atau dua hari,"

Arthur meringis dan mengangguk. "Iya, mbak,"

Setelah itu keduanya segera mengutak-atik ponsel dan memesan tiket pesawat.

"Loh, sekarang harus turun di YIA, ya?" ucap Elang. "Terus dari situ naik apaan, Thur?"

(YIA = Yogyakarta International Airport)

"Ada kereta," jawab Arthur. "Ada damri juga,"

Elang mengangguk. "Jauh ya ke pusat kota,"

"Lumayan. Wis gak eling dalan Jogja ta?" tanya Arthur.

(Udah nggak inget jalanan Jogja?)

"Gak. Mbok pikir aku ngajak bareng mergo opo," ucap Elang.

(Lu pikir gue ngajakin barengan gara-gara apa)

Arthur terkekeh. Lelaki itu lalu mengirim pesan pada ibunya, mengabari bahwa minggu depan ia akan pulang.

Ibu

Ok, mas
Pulang brp hari?

Cutinya dua minggu bu
Blm tau di rumah brp hari
Ibu mau dibawain apa?

Bawa pacar nggak?

Hahaha
Blm ada buuu

Gak apa2 😃😃
Yang penting mas arthur seneng dan sehat

Arthur tersenyum setelah membalas pesan ibunya. Sekarang ia tidak sabar menunggu minggu depan agar bisa segera pulang dan bertemu ibu.

***

[20/06/2022]

Welcome! <3

Akan ada cukup banyak percakapan pake Bahasa Jawa, tp bakal ada translate-nya. Semoga sukaaa!✨️

Empat Belas HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang