[ON GOING]
Daripada orang tua asli, aku lebih baik memilihmu
Lee Know × OC
(( semi baku ))
#1 in soodam [23/10/2022]
#3 in 스트레이키즈 [15/11/2022]
#9 in skzitzy [23/10/2022]
First: 01-09-2022
End: -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merasa seragam yang dikenakan telah rapi, semua perlengkapan sekolah telah lengkap, Minho memutuskan berangkat sekolah pagi ini. Dengan tas ransel yang ia gantungkan di bahu sebelah kiri, Minho mengunci pintu unit apartemen.
"MINHO OPPAAAA!!!" Pemilik suara nyaring itu bukanlah Soodam tentu saja. "Kok udah siap sih?? Padahal mau aku buatin sarapan tadi. Tumben juga, Kak Minho udah siap pagi gini?"
Tidak memedulikan rengekan sang kekasih, Minho berpura-pura tidak mendengar. "Kamu sendiri? Udah sehat? Kok udah sekolah?" Meski begitu, Minho tetap cemas. Akan keadaan Lia yang pastinya masih lemah.
Lia berdecak. "Jadi nggak mau ya? Ditengokin sama pacar sendiri? Aku nggak khawatir kok! Kalau aku sakit lagi, aku tinggal ngandelin Kak Minho buat nyelametin aku!"
"Kenapa gitu?"
"Yaiyalah. Kakak kan-"
"Bentar ada yang nelfon." Minho terpaksa membuat Lia berhenti bicara. Seseorang mendadak menelfonnya. Ketika Lia mematung, Minho meraba ponselnya yang bergetar tak henti-henti.
"Tapi... nomor asing," Lia yang sedikit tak percaya, melirik sepintas. Tidak ada nama, hanya ada nomor dengan 12 digit.
Awalnya Lia bingung harus apa. Ketika melihat Minho yang tampaknya bimbang, Lia semakin tak dapat memilih keputusan.
"Biarin aja deh! Yuk, berangkat!" Lucunya, Lia malah menyuruh Minho tak bereaksi mengenai nomor asing tersebut, dan menarik lengannya menuju lift.
Sesampainya di lift, yang hanya diisi oleh mereka berdua, tak ada yang bicara. Lia malah memandangi lift-padahal seluruhnya hanyalah warna silver, dan memantulkan refleksinya. Sedangkan Minho? Masih mencari tau, siapa yang menelfonnya barusan.
"Kakak nggak ada niatan tinggal sama keluarga? Kak Minho itu masih terlalu muda buat tinggal sendirian," mata Lia beralih menatap Minho yang masih fokus dengan ponsel.
Minho tertawa kikuk, serta menggeleng.
"Kenapa? Kalian punya masalah?"
Kepala Minho terangkat. Ia berniat menjawab, hanya agar Lia berhenti mengintrogasi. "Aku.. cuma kurang nyaman sama mereka."
Dahi Lia mengerut. Seolah jawaban tadi ada yang mengganjal. "Kalo Kak Minho tinggal di sini sendirian, apa nggak kasihan sama orang tua kakak?"
Minho menoleh pada Lia sekarang. "Kasihan... kenapa?"
Lia berdecak. Apakah Minho benar-benar tidak peka? "Jelas lah! Siapa yang bayarin uang bulanan apartemen? Uang jajan kak Minho setaun, nggak senilai sama harga apartemen per bulan. Lagian ini apartemen highclass, bintang lima. Kak Minho nggak tau itu?"