"Woy, bangsat! Keluar lo. Gue tau lo sembunyi di dalem."
Ah Jewo sialan.
"Bangsat keluar lo ye, kalo nggak, gue minta koh Hooni potong gaji lo bulan depan buat gantiin pintu yang gue dobrak."
Saking kencangnya digedor, pintu gudang dilantai atas tempat Jaehyuk bersembunyi sampai bergetar.
Yep. Jaehyuk memang sedang sembunyi dari teman-temannya, terutama dari Jewo. Setelah apa yang terjadi pada Junghwan dan mengharuskan keluarga kecil mereka pindah rumah, lalu berujung pada Jaehyuk yang berhenti kuliah, dia memang merahasiakan semuanya dari Jewo. Mungkin Jaehyuk bisa memberi beberapa alasan kenapa dia merahasiakan semua ini dari Jewo. Pertama, dia tidak mau merepotkan Jewo, mau taruhan berapapun Jaehyuk berani jamin kalau dia menceritakan keterpurukan keluargannya sekarang pada Jewo, temannya itu pasti akan langsung tergopoh-gopoh membantunya. Kedua, Jewo tidak akan setuju dengan keputusannya berhenti kuliah. Ketiga, Junghwan adalah korban pelecehan seksual, belum tentu adiknya mau orang lain tahu tentang ini. Keempat, Jaehyuk malu, bukan malu karena ha yang terjadi pada Junghwan. Dia malu karena dia betul-betul tidak bisa melakukan apa-apa untuk adik dan abangnya.
Tapi hari ini, entah tahu dari mana, Jewo datang. Toko sudah sepi, dia sedang sibuk mematikan komputer satu per satu saat melihat mobil Jewo di depan toko koh Hooni, buru-buru Jaehyuk mengambil semua barang-barangnya lalu berlari naik ke gudang atas untuk bersembunyi.
"Ada apa si, Jae?" tanya koh Hooni yang sedang memeriksa nota pembelian barang untuk stok tokonya hari ini.
"Ada Jewo, Koh."
Koh Hooni membelalakan mata sebelum menengok keluar untuk memeriksa.
"Koh, jangan lupa pesen gue ya." Jaehyuk memastikan sebelum bersembunyi. Setelah Koh Hooni tahu bahwa rumah peninggalan Ayah dan Bunda dijual, dia senang sekali saat Jaehyuk datang minta bantuan untuk bisa bekerja. Dan untuk jaga-jaga dia berpesan pada koh Hooni sebelumnya 'kalau ada temen-temen gue, apalagi Jewo, bilang gue nggak pernah kesini lagi ya, Koh. Pura-pura aja nggak tau.' lalu tanpa buang-buang waktu lagi, Jaehyuk lari terbirit-birit untuk bersembunyi di gudang atas.
"Bodo amat, gue hitung sampe lima kalo nggak lo buka, gue dobrak!" ancam Jewo sebelum kemudian mulai menghitung.
Jaehyuk berhasil bertahan sampai hitungan ketiga, takut juga dia dengan ancaman Jewo, gajinya tidak sebanyak itu. Dia tidak bisa mengurangi gajinya hanya untuk hal-hal yang tidak penting seperti memperbaiki pintu yang ditendang Jewo. Ada abang dan Awan yang lebih butuh.
"Tai, lo."
itu adalah kata mutiara yang Jewo berikan tepat setelah Jaehyuk membuka pintu.
⋟﹏⋞
"Lo bangsat banget, tau nggak, nyet. Lo berhenti kuliah nggak bilang gue?!" bentak Jewo. Perasaan abang aja nggak segininya kalo marah.
"Ngomong lo, jangan cuma diem ngang ngong kek orang bego!"
"Ngomong apa si, Je."
"Ngapain lo berhenti kuliah, monyet?" nada suara Jewo tinggi sementara matanya tajam mencermati Jaehyuk. Jewo keliahatan seram sekarang, koh Hooni aja cuma berani ngintip dari ujung tangga.
"Lo lagi ada masalah? Kenapa nggak ngomong sama gue? Waktu gue coba cari lo ke rumah, ternyata rumah lo juga di jual? Lo gila ya? Kenapa sih? Pindah kemana lo dan kenapa nggak kasih alamat baru lo ke gue? Segitu nggak percayanya ya lo sama gue?!"
padahal Jewo yang dari tadi menyuruhnya bicara, tapi Jewo sendiri nggak berhenti bicara. ini jelasinnya gimana?
"Awan juga. udah berbulan-bulan gue lost contact sama dia, gue kan makin kepikiran ada masalah apa sebenernya?"
Napas Jaehyuk tertahan, mendadak bingung harus mencari alasan apa. Begini ya rasanya pengen ngomong tapi takut ngomong. Semakin ditahan sesek juga lama-lama hati sama tenggorokan, semakin sulit juga Jaehyuk mengontrol emosi.
"Monyet, gue ngomong sama lo!"
Jaehyuk membuang napas panjang, memutuskan bahwa selama masa pertemanannya dengan Jewo dari zaman SMA sampai sekarang, dia cukup bisa dipercaya dan diandalkan. Jadi Jaehuk merespon tanpa suara dengan mengambil ponsel dari saku celana, membuka sandinya kemudian menunjukan screenshot sebuah artikel dari laman berita Korea yang ditulis dalam bahasa inggris. Harusnya Jaehyuk sudah menghapus foto itu dari lama, foto itu terus-terus mengingatkan kejadian sialan yang menimpa keluarganya, membuat hatinya hancur dan hancur lagi. Tapi entah kenapa, foto itu masih disana.
Jewo memang tidak sejago itu dalam bahasa Inggris, tapi dia cukup pintar untuk memahami artikel tersebut, terlebih dengan ekspresinya yang langsung berubah mengeras, tak lama tangan Jewo melemas sampai hampir menjatuhkan ponsel Jaehyuk, punggungnya dia sandarkan di dinding, bibirnya kelu saat bertanya, "yang diartikel ini, bukan Awan kan?"
"Gue juga ngarepnya bukan, Je."
Sayangnya aturan hidup hanya seperti itu, manusia hanya bisa berharap.
"Tapi itu bener Awan." lanjutnya.
Suasana berubah hening, berat, gelap kelabu hanya dalam sekejap. Jewo yang dari tadi bicara dengan nada tinggi sekarang menunduk, tak lama suara isakan terdengar dari mulutnya, membuat Jaehyuk ingin menangis lagi. Dia sepenuhnya mengerti reaksi Jewo, toh dia sendiri menangis meraung-raung saat pertama mendengar kejadian sialan itu.
"Awan hancur, Je."
Dan Jaehyuk ikut hancur bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembuh
General Fiction[Junkyu-Jaehyuk-Junghwan] [[Sibling Au]] Junghwan sempurna menghadap dinding, seakan-akan menolak dunia yang masih menyayanginya. Main Character : Kim Junkyu Yoon Jaehyuk So Junghwan