S E B E L A S

1K 31 8
                                    

Tandai typo kawan.

"gue ngantuk."lirih gue menjatuhkan kepala ke lipatan lengan gue di atas meja kelas.

"Lesu amat Lo."celetuk Weni menepuk punggung gue dengan pelan.

"Hmm, gue nggak bisa tidur semalam. Sekarang malah ngantuk, nanti pelajaran pak somat lagi!"gerutu gue yang merasa berat untuk hari ini.

Pak somat guru sejarah yang terkenal dengan ketegasannya, dikit aja nih liat muridnya ngantuk wesss, wesss bablass, langsung kena siraman rohani dan hukuman hapalan tentang pra sejarah.

"Gue ijin ke UKS aja deh, Wen. Ijinin gue yak. Ngomong aja demam."ujar gue, bangkit lalu berjalan menuju UKS dengan lemas.

Sesampainya di UKS gue langsung tidurin badan bohai gue ke bankar. Untung aja UKS lagi sepi jadi nggak usah babibubebo ngasih alesan buat tidur disini. Gue pun mulai tertidur dengan pulas.

"Humm," gumam gue, terusik dengan sentuhan di wajah gue.

"Ikki?"beo gue.

"Eh, kebangun ya? Gara-gara aku nyentuh pipi kamu? Maafin Ikki ya, tidur lagi aja kalo emang masih ngantuk."kata Ikki mengusap Surai rambutku.

Saat gue ngeliat Ikki, bayangan tentang Ikki bersama dengan cewek lain terlintas di kepala gue. Ini gara-gara omongannya si om duda nih, gue jadi ngeraguin Ikki.

Okey, gue nggak boleh nyakitin perasaan Ikki ke gue dengan keraguan gue ini. Maafin gue om duda, tapi ini masalah komitmen. Ya, lagian gue lebih kenal Ikki dari pada om duda yang baru beberapa bulan apa Minggu ya? Lupa gue.

Kepala gue menggeleng."udah nggak ngantuk lagi."

"Mau makan?"ucap Ikki menawarkan makanan.

Gue mengguk lalu mendudukkan badan gue ke senderan bankar.

Ternyata sekarang jam istirahat. Ikki bawain gue bubur ayam dan juga teh anget.

"Kok bubur si? Lia nggak sakit."tanya gue menatap protes pada Ikki.

"Tadi aku kira kamu sakit jadi aku bawain bubur sama teh anget. Apa mau di beliin yang lain aja?"tanya balik Ikki yang gue jawab gelengan lemah.

Gue akhirnya ngabisin bubur ayam dan teh anget yang udah di beliin Ikki dengan Ikki yang senantiasa duduk di pinggiran ranjang.

Kayaknya hari ini percuma aja gue masuk sekolah kalo seharian gue abisin di UKS doang, kagak ngapa ngapain.

Bel pulang berbunyi dan semua murid berhamburan keluar kelas untuk pulang. Sama gue juga pulang, yakali gue mau stay di UKS, noway mending stay di rumah om duda.

"Seharian tidur tiduran doang energi gue jadi terkumpul banyak."gumam gue berlari kecil di koridor dengan tas yang nemplok di punggung gue.

Dengan senandung gue berjalan keluar sekolah menatap penjual pentol yang masih nangkring di depan gerbang sekolah. Nggak perlu ABCd gue langsung terjang beli pentol 20 ribu.

Setelah beli pentol gue duduk di trotoar samping gerbang sekolah. Nungguin bebeb yang lagi ada urusan di kantor.

Untung aja cuaca lagi adem jadi gue nungguin didepan sekolah aja, terlalu males ke dalem lagi.

JEDERRRR bresss

"Anjirr ujan! Aaaa!"teriak gue. Segera bangun dan berteduh di bawah pohon. Yang gue sesali sekarang adalah kenapa gue tadi nggak masuk dan nunggu didalem aja ya?.

Lagian ini sekolah kok kagak ada halte! Biasanya sekolah pasti ada halte ini malah kagak ada.

Badan gue basah kuyup deh jadinya.

"Lia!"teriak Ikki menghampiri gue dengan motor besarnya.

"Eh, buset ngapain Ikki ujan ujanan?!"teriak gue balik.

"Seharusnya aku yang nanya gitu. Ngapain kamu ujan ujanan? Nanti sakit!"seru Ikki menurunkan standar motornya lalu turun dan mendekati gue.

"Pakek dulu jas ujan nya!" Ikki menyampaikan jas hujan berwarna bening ke bahu gue, mambantu memasangkan jas hujan yang gue tolak.

"Ngapain juga pakek jas ujan? Udah basah ini, percuma!"ujar gue menolak mengenakan jas hujan.

"Udah ayo naik ke motor, kita ke kosan aku dulu baru pulang."kata Ikki menarik gue menaikki motornya lalu melajukan motornya menuju kos nya yang dekat dengan sekolah.

Hanya perlu 2 menit untuk sampai di kosan Ikki. Kos-kosan yang cukup luas menurut gue. Karena kos ini terdapat ruang tamu kecil, kamar mandi, dapur dan juga satu kamar tidur.

"Kamu seharusnya nungguin aku di dalem kelas aja tadi, ngapain diluar. ke hujanan kan jadinya."tutur Ikki mengusap rambut gue dengan handuk dalam posisi duduk berdua di sofa ruang tamu.

"Huh, mana tau aku kalo tiba-tiba ujan? Tadi cerah cerah aja tuh." Kata gue manyun. Tidak mau disalahkan.

Ikki terdiam menatap wajah gue dengan tatapan tertuju pada dada gue. Langsung aja gue menyilangkan kedua tangan gue menutupi kedua dada gue yang terjiblak dengan jelas karena seragam putih yang basah.

"Ikki mesum!"Rajuk gue semakin memanyun kan bibir kedepan.

"Eh, mau ngapain Ikki!"pekik gue saat  Ikki mengikis jarak diantara kita.

"Jangan deket-deket!"teriak gue, sumpah gue mulai ketakutan saat ini.

Entah kenapa gue baru sadar kalau tatapan Ikki sekarang mulai berubah, lebih ke tatapan napsu? Atau apa? Gue juga kurang tau. Tapi yang pasti gue takut! Gue takut di apa-apain!.

"Akh Ikki jangan kyak gini, aku takut!"pekikan gue semakin keras saat tubuh gue didorong Ikki sampai jatuh tiduran dan ditindih oleh tubuh Ikki.

Kedua mata gue berkaca-kaca, kedua lengan gue mencoba menahan dada Ikki agar tidak menyentuh tubuh gue.
Namun, kayaknya percuma tenaga gue tidak setimpal dengan kekuatan cowok.

"Biarin gue cium bibir Lo, sekali aja sayang."pinta Ikki menyentuh bibir bawah gue.

Gue menggeleng dengan ribut mendengar penuturan itu.

"Nggak Ikki, Lia nggak mau! Lepasin! Lepasin Lia Ikki!" Teriak gue histeris.

Ikki nggak dengerin teriakan gue dia tetap memajukan wajahnya.

"Lepasin gue! Jangan kayak gini! Kalo lo nggak lepasin, gue bakalaan benci banget sama Lo, Ikki!"seru gue mulai menangis.

Jujur aja gue beneran takut, gue nggak pernah skinship berlebihan kayak gini sama cowok. Skinship yang paling jauh adalah hanya pelukan doang.

Badan gue bergetar tak bisa menahan ketakutan gue. "Om Kenzo.."nama itu lolos begitu saja dari bibir gue.

Next???

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Om DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang