你知道,一句话。如果付出真心,回报承诺?
(Tau, kan, kalimat ... Diberi hati malah dibalas dengan janji)
Hari ini adalah hari libur bekerja yang sangat menyenangkan bagi Pio. Jam delapan pagi tadi, dia membantu ayahnya menanam bunga di belakang rumah. Setelah matahari beranjak naik dan semakin panas, Pio berhenti. Sekarang, dia sedang berbaring di kasur nyamannya sambil memainkan ponsel. Pio melihat-lihat pengumuman tentang film Cina yang dia tunggu tayang di bioskop. Ternyata film itu akan tayang jam sepuluh siang ini, tanpa basa-basi dia langsung bersiap dan berangkat menuju mall terdekat dengan menaiki motornya seorang diri.
Sebelum berangkat Pio juga sempat mengirim pesan ke Sesi, kalau saja temannya itu bisa menemaninya menonton bersama. Namun, Sesi sedang berlibur di rumah neneknya bersama ibunya.
Tidak ada pilihan lain, Pio memutuskan untuk menontonnya sendirian. Padahal, di tangannya ada dua tiket bioskop. Pio hanya bisa mengehembuskan napas dalam, kemudian berjalan ke lantai dua untuk membeli camilan terlebih dahulu.
Dia masuk ke salah satu caffe roti dan kopi, memesan lalu duduk di salah satu kursi yang berada di pojok. Di lihatnya ke kanan dan kiri, semua orang berpasang-pasangan kecuali dia. Rasa iri mulai menggorogoti jiwa jomlonya.
“Mas, latte satu yang hot free sugar.”
Atensi Pio teralihkan saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya, dia langsung menoleh ke depan kasir. Di sana terlihat Libra berpakaian snelli lengkap dengan kacamatanya. Pria itu paling mencolok di antara semua orang. Pio membuka kembali chat obrolannya bersama Sesi, membandingkan foto Rani dan mantan pacarnya dulu. Setelah di lihat-lihat, Libra dan laki-laki di foto sama persis.
Setelah mengingat lagi, Pio juga sadar Libralah yang pernah di tabraknya tempo hari di acara akikah Arsya.
Seketika ide bagus muncul di kepala Pio. Dia menghembuskan napas berkali-kali dan memberanikan diri untuk menghampiri Libra. Setelah di perhatikan, Libra sepertinya hanya sendirian. Pio Langsung berjalan menghampirinya untuk sekedar berkenalan.
“Hai.”
Libra menoleh, Pio berdiri tepat di belakangnya sedang menyapa dengan senyuman manis. Libra tertegun, ucapan Ferri menggema di kepalanya.
"Adik Rani manis juga, Lib." Libra hanya diam dan tidak menjawab, lalu berbalik lagi menghadap meja kasir untuk menunggu kopinya selesai.
Pio merasa diacuhkan, beberapa orang di sana mulai memperhatikannya.
Nggak bisa kayak gini, batin Pio.
“Mas ini dokter di Rumah Sakit Yusoo, kan?”
Pio mencoba untuk menyembunyikan harga dirinya untuk sesaat demi kebaikan Rani.Libra mengangguk, siapa pun akan tahu dia seorang dokter. Dilihat dari snelli yang membalut atasannya.
“Kakak saya juga kerja di sana, Mas tahu dokter Rani. Dia kakak saya,” kata Pio lagi, tetapi Libra hanya diam, bahkan dia tidak menoleh ke belakang. Pio merasa teracuhkan untuk ke sekian kalinya.
“Ini pesanannya, ya, Kak.” Pegawai cafe memberikan minuman kepada Libra, lalu Libra langsung berjalan keluar dari Cafe tanpa tersenyum atau pun berpamitan kepada Pio.
"Ini sulit," gumam Pio, melihat Libra yang keluar. Dia bergegas mengikuti, jam di tangannya menunjukkan masih ada dua puluh menit untuk menonton filmnya. Dia masih punya waktu.
“Mm, Mas dokter.”
Kali ini Libra berbalik, menoleh ke Pio yang ternyata mengikutinya sampai keluar cafe.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Jodoh [On Going]
General FictionSalah Jodoh, kok bisa? Pria yang dikejar Scorpio secara mati-matian dengan segenap jiwa dan raga, malah melamar kakaknya, Rani. Sakit hati? Iya, bahkan dia sampai mencoba untuk bunuh diri. Namun, bagaimana kalau seorang dokter yang terkenal galak, L...