当创伤让人们害怕坠入爱河时
(Ketika trauma membuat orang takut jatuh cinta)
Sesampainya di rumah, Saili dan Ratun terkejut melihat lengan Pio yang di perban. Setelah pelan-pelan dijelaskan, Pio malah mendapat ceramah panjang kali lebar dari kedua orangtuanya. Tidak seharusnya Pio bertindak sembrono dan membahayakan diri sendiri, padahal ada petugas keamanan yang akan datang untuk menangkap Galih. Pio meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kecerobohannya.
Sekarang, Pio berada di kamar Rani setelah menarik kakaknya ini. Dia berniat untuk mengitrogasi karena rasa penasarannya sangat besar untuk masalah Libra dan Rani.
“Kenapa, sih, Pio?” tanya Rani saat Pio mendudukkannya di kasur, wajah Pio terlihat sangat serius.
“Kak, lo sama Mas dokter kenapa putus?” tanyanya to the point.
Rani mengerutkan keningnya. “Lo tahu dari mana gue pernah pacaran sama Libra? Gue belum pernah cerita apa pun."
“Dari temen, lo dulu terkenal banget. Couple goals di kampus, kan?” jawab Pio.
Rani mengangguk-anggukan kepalanya, mencoba mengingat masa-masa berpacaran dengan Libra yang serba cepat dan tidak banyak interaksi.
“Terus kenapa bisa putus, kak, lo berdua udah cocok banget,” ucap Pio.
"Waktu itu kami pacaran cuma karena dia nggak enak sama temen yang udah comblangin kami, itu aja," jawab Rani.
"Berapa lama? Setahun, dua tahun?"
Rani menggelengkan kepalanya. "Cuma dua bulan, setelah itu dia berangkat kuliah ke London," jawab Rani, menatap Pio dengan wajah sendu. “Kami nggak cocok, Pio."
“Cuma karena masalah itu?”
Rani mengangguk, dia tidak terlalu ingat. Kejadiannya begitu cepat, kenangan mereka hanya dua bulan.
“Tapi, kayaknya Mas dokter masih suka sama lo, deh, kak,” kata Pio.
"Maksud lo?"
"Buat apa dia peduli sama gue kalau enggak karena gue itu adik lo," jawab Pio.
“Dia orangnya memang begitu, udah, deh. Kamu istirahat sana, udah malam,” titah Rani. Menarik tangan kanan Pio yang tidak terluka, supaya adiknya ini beranjak dari kasur dan kamarnya.
Saat keluar dari kamar Rani, Pio masih memikirkan tentang Libra. Libra terlihat galak, tetapi juga sangat perhatian. Pio bisa menyadari itu dari sikap Libra yang cekatan mengobatinya.
"Pokoknya, lo harus jadi sama Mas Dokter, Kak," kata Pio optimis.
*****
Siang ini, Pio masih bekerja dari rumah. Entah kenapa saat Roman tidak ada, pekerjaan di kantornya juga hanya mendesain bangunan biasa. Tidak ada pertemuan atau rapat, Pio bebas ingin bekerja dari rumah atau datang langsung ke kantor. Saat seperti ini, Pio akan memilih bekerja dari rumah. Selain menghemat waktu, istirahat bisa dia gunakan untuk menonton drama korea.
Kali ini sedikit berbeda, Pio sejak tadi terus terpikir tentang Libra dan Rani. Dia merasa harus ikut campur supaya keduanya saling terikat dengan erat. Jadi, dia memutuskan untuk datang ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Pio berjalan menyusuri koridor setelah sebelumnya mampir ke cafe depan untuk membeli kopi dan roti. Dengan tangan yang masih dibalut oleh perban, Pio terlihat santai hanya mengenakan baju kaos dibalut sweter dan rok dibawah lutut.
“Permisi, ruangan dokter Libra sebelah mana, ya?” tanya Pio ke Eka yang sedang mengganti jadwal piket dokter di koridor.
“Dokter Libra?” tanya Eka memastikan, Pio mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Jodoh [On Going]
General FictionSalah Jodoh, kok bisa? Pria yang dikejar Scorpio secara mati-matian dengan segenap jiwa dan raga, malah melamar kakaknya, Rani. Sakit hati? Iya, bahkan dia sampai mencoba untuk bunuh diri. Namun, bagaimana kalau seorang dokter yang terkenal galak, L...