当得到帮助时,如果不说谢谢。至少不要做坏人(Ketika ditolong, apabila tidak mengucapkan terima kasih. Setidaknya jangan menjadi orang yang jahat)
Pio menatap nanar kotak bekal yang di suruh ibunya untuk di antarkan ke Rumah Sakit Yusoo tempat Rani bekerja. Hari ini Pio tidak bekerja ke kantor karena memang pekerjaannya bisa dilakukan di rumah saja. Dia juga sengaja memesan taksi karena terlalu lelah menaiki motornya sendiri.
“Tumben banget Ibu bekalin kak Rani,” kata Pio sambil menciumi aroma dari kotak bekal yang harum. Pio tebak di dalamnya pasti berisi lontong sayur buatan ibunya yang sangat enak.
“Mau diantar kemana, mbak?” tanya supir taksi melirik Pio dari spion mobil.
“Rumah Sakit Yusoo, Pak,” jawab Pio sambil mengedarkan pandangan ke luar jendela mobil, pagi ini cuacanya cerah. Pio sengaja membuka kaca mobil untuk menghirup udara segar yang masuk.
"Antar bekal buat suaminya, ya, Mbak?" celetuk supir taksi.
Pio membulatkan matanya kaget, lalu tersenyum geli. "Enggak, Pak. Ini buat kakak saya," jawabnya. Dalam hati Pio membatin. Emang siapa suamiku di sana?
*****
Sesampainya di rumah sakit, Pio terkejut dengan suasananya yang begitu ramai padahal masih sangat pagi. Dia memang pernah dua kali berkunjung ke sini, tetapi tidak pernah sampai masuk ke dalam rumah sakit. Para perawat, suster, dokter dan ambulance datang silih berganti. Ke satu gedung rumah sakit, melewati lorong lain dan berpindah ke gedung satunya.Pio berjalan perlahan sambil memperhatikan sekitar, dia yang hanya mengenakan pajamas dibalut sweter tebal itu pun berjalan masuk ke rumah sakit. Langkah kakinya membawa Pio menuju ke bagian administrasi.
“Permisi, saya mau tanya. Ruangan dokter Rani sebelah mana, ya?” tanya Pio.
Aisyah yang kebetulan sedang shift saat itu tersenyum ramah ke Pio, dia kenal dengan Pio, karena pernah melihat fotonya ada di ruangan Rani.
“Ruangan dokter Rani, kakak tinggal lurus saja ke ujung, belok kiri. Ketemu perempatan, belok kiri lagi, di ujung ada ruangan dengan papan nama dokter Rani,” jawab Aisyah.
Pio mengangguk paham. “Makasih, ya."
Belum sampai ke ruangan Rani, Pio melihat seseorang yang tidak asing di matanya. Dialah Libra, dokter yang tempo hari membuatnya kepikiran karena rasa bersalah. Libra sedang berbicara dengan seorang perawat, Pio tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara lagi.
“Mas dokter.”
Libra berbalik badan, dilihatnya Pio yang seperti biasa, murah senyum, sedang berjalan menghampirinya.
“Jadi begitu, Dok. Saya sudah bilang untuk mengikuti prosedur rumah sakit, tapi dia menolak,” jelas Dimas, salah satu perawat yang bekerja di sana.
“Jangan dengarkan dia dulu, kita tunggu kakaknya untuk memutuskan pengobatan selanjutnya,” kata Libra, Dimas mengangguk paham.
"Pihak kita sudah mencoba menghubungi wali, Dok," kata Dimas.
"Kita tunggu dulu."
Pio mengerutkan keningnya, pembicaraan Libra dan Dimas terlalu serius. Sampai keduanya tidak menanggapi sapaan Pio.
“Mas dokter, tau ruangannya kak Rani, nggak? Boleh anterin saya,” kata Pio. Hitung-hitung kalau Libra mau, dia akan mengajak Libra untuk makan lontong sayur bersama Rani. Sekaligus untuk mengorek tentang hubungan keduanya.
Libra diam, acuh dan tidak menanggapi pertanyaan Pio.
“Dimas, kamu bisa antar dia ke ruangan dokter Rani,” kata Libra, Dimas tentu saja langsung mengangguk mengiyakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Jodoh [On Going]
General FictionSalah Jodoh, kok bisa? Pria yang dikejar Scorpio secara mati-matian dengan segenap jiwa dan raga, malah melamar kakaknya, Rani. Sakit hati? Iya, bahkan dia sampai mencoba untuk bunuh diri. Namun, bagaimana kalau seorang dokter yang terkenal galak, L...