你是否曾接受过来自四面八方的爱情指引?
(Pernah nggak, sih, dapat arahan dalam percintaan dari segala sisi?)
Keesokkan harinya, Pio masuk bekerja seperti biasa. Yang menjadi pembeda kali ini adalah kepalanya berdenyut sakit, merasakan pusing akibat rentetan data pengeluaran tim mereka. Pio bukan bekerja sebagai bendahara, ini sangat jauh dari bidang yang di kuasainya. Namun, sekarang dia sedang merekab uang masuk dan keluar tim. Tidak menerima penolakan atau pun kesalahan, Bu Tuti melimpahkan semua pekerjaan ini kepadanya karena bendahara tim sedang cuti hamil.“Pio.”
Sesi menggeser kursinya untuk mendekati Pio, dia sudah memperhatikan sejak tadi. Sahabatnya ini sedang sibuk pada kalkulator dan komputernya.
“Lo disuruh apa lagi sama Bu Tut?” tanya Sesi, dilihatnya ke layar komputer Pio, mata Sesi sampai berkedut melihat deretan angka pada tabel yang banyak itu.
“Gue ini perancang bangunan, bukan anak akuntansi,” keluh Pio, tangannya menggeser mouse dengan malas. Sebenarnya dia lelah dengan sikap Bu Tuti yang sering memberi tugas untuk merekab pengeluaran tim. Namun, Pio tidak bisa apa-apa karena hanya karyawan biasa. Akan berbeda cerita kalau dia menikah dengan Roman.
“Ngomong-ngomong, gimana lo sama Pak Roman?” tanya Sesi. Dia melihat akhir-akhir ini Pio dan Roman sangat sering makan di warung soto berduaan. Tidak menutup kemungkinan semua orang akan menanyakan hal yang sama kepada Pio.
“Nggak ada, gitu-gitu aja."
“Pak Roman belum nembak lo?” Pio menautkan alisnya lalu bergeleng pelan.
“Memangnya gue penjahat pakai ditembak segala."
"Bukan tembak itu dodol, Pak Roman bilang suka ke lo. Udah, belum?” jelas Sesi.
Sesi sadar setelah lama bersahabat dengan Pio, terkadang otak Pio hanya menyambung dalam pekerjaan dan urusan Roman, selebihnya sangat diragukan terpakai sempurna.
“Dia nggak ada bilang apa-apa, gue jadi nggak semangat, nih.” Pio menghela napas dalam, bagaimana dia mau bertindak selanjutnya kalau Roman diam tanpa ada kepastian. Lama-lama dia bisa lelah di gantung, mirip seperti jemuran.
“Menurut gue, nih, ya, beb. Pak Roman itu tipe cowok yang susah mengungkapkan perasaannya, dia kayak nggak pernah dan nggak terbiasa berkata jujur. Jadi, dia itu perlu cewek yang bisa bertindak duluan. Dalam artian, cegil ... itu, yang suka nembak duluan, ngomong suka duluan,” kata Sesi.
Pio mengerutkan keningnya, omongan Sesi lima puluh persen berpotensi benar. “Ya, tapi, masa gue jadi cegil. Umur gue itu udah dua puluh lima, bukan dua puluh,” katanya.
“Dengerin saran gue, deh. Coba lo lebih transparan lagi waktu perhatian ke Pak Roman,” kata Sesi, Pio mengangguk angguk kepalanya membenarkan. Dia bisa mencoba cara itu untuk menarik Roman lebih mendekat kepadanya.
Sesi Amalia, dia adalah teman sejak SMA Pio. Mereka tidak terlalu dekat, tidak juga terlalu jauh. Kuliah dulu bersama-sama, jurusan juga sama, dan sekarang bekerja di kantor yang sama.
Pio terus memikirkan tentang bagaimana caranya dia mengejar Roman, atau menunjukkan perasaannya. Supaya Roman jadi lebih terbuka dan tahu apa maunya. Bahkan Pio sampai mencari di Google tentang cara membuat Pria mengungkapkan perasaan, tetapi semua rencana itu seakan berbanding terbalik dengan keadaan. Sekarang Pio sedang sibuk mendata pengeluaran tim dan Roman ada pekerjaan di luar kota selama seminggu.
Sepertinya memang, semesta bahkan tidak mendukung Pio.
“Pio, liat sini deh. Bukannya ini kakak lo,” kata Sesi, menunjukkan layar ponselnya. Di mana ada satu foto Rani bersama dengan laki-laki. Keduanya berfoto bersebelahan. Tangan Rani memegang lengan laki-laki itu sembari tersenyum lebar. Berlatar halaman depan universitas Hukum, keduanya seperti sedang di mabuk asmara. Namun, ada yang mencolok pada laki-laki ini. Dia terlihat tidak asing untuk Pio.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Jodoh [On Going]
General FictionSalah Jodoh, kok bisa? Pria yang dikejar Scorpio secara mati-matian dengan segenap jiwa dan raga, malah melamar kakaknya, Rani. Sakit hati? Iya, bahkan dia sampai mencoba untuk bunuh diri. Namun, bagaimana kalau seorang dokter yang terkenal galak, L...