▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Alesha masuk ke unit apartemen milik Aqila lalu bersandar di balik pintu sambil mengatur napasnya yang memburu. Setelah insiden mengenai bekas luka di pundak Bagas, dia segera menyadarkan diri dan mulai membuka kotak obat untuk membersihkan luka pria itu. Kemudian, dengan tidak tahu dirinya wanita itu pergi ke kamar mandi dan menyiapkan air untuk Bagas. Saat berbalik, dia tidak menyadari jika pria itu sudah berdiri di belakangnya. Tangannya tidak sengaja menyentuh dada bidang yang telanjang itu.
Terlalu terkejut, wanita itu tidak segera menarik tangannya, tetapi justru diam terpaku sambil menatap lekat tubuh bagian depan Bagas. Dia buru-buru mundur saat menyadari pria di depannya itu berdeham. Bukannya langsung pergi, Alesha tetap diam di tempat.
"Kamu mau bantu memandikan saya juga?"
Eh? Alesha mendongak melihat Bagas yang menatapnya dengan mangangkat alis. Dia segera meminta maaf lalu keluar dari kamar mandi.
"Kalo gitu, saya sekalian pamit pulang, ya, Pak. Kalo Bapak butuh apa-apa tinggal panggil saya aja lewat telepon atau langsung dateng ke unit depan," ucap wanita itu sebelum Bagas menutup pintu kamar mandi.
"Jangan lupa kalo keluar tutup lagi pintunya. Sama itu bungkusan dari Glen tadi jangan lupa dibawa," teriak pria itu dari dalam kamar mandi.
Alesha menoleh ke meja di samping sofa lalu menghadap ke pintu kamar mandi yang sudah tertutup itu. "Ah, iya. Makasih, Pak. Terus Bapak makan malam apa? Perlu saya masakin sesuatu?"
"Nggak usah. Kamu pulang aja. Saya nanti bisa pesen makanan. Makasih buat semuanya."
Alesha mengangguk lalu berbalik untuk mengambil bungkusan miliknya. Kemudian, wanita itu bergegas keluar dari unit Bagas dan masuk ke unit depan.
Kini, masih dengan memegang bungkusan yang berisi burger pemberian Glen, Alesha memejam sambil menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Perkataan Bagas mengenai bekas luka di pundak itu masih terngiang dalam pikirannya. Dia teringat kepada teman masa kecilnya yang juga memiliki bekas luka yang sama dengan Bagas.
Dia jelas masih mengingat hal itu karena dirinyalah yang berperan besar hingga temannya bisa mendapat bekas luka tersebut. Ingatannya akan kejadian yang menimpa teman masa kecilnya berputar kembali.
Alesha kecil menangis sambil memeluk anak laki-laki yang meringis menahan sakit di pundak. Mereka bermain sepeda bersama lalu Alesha kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Beruntung, anak laki-laki itu segera turun dari sepeda dan berlari menolongnya. Mereka berguling di tanah dan berhenti saat menabrak sebuah batu besar.
Gadis kecil itu terus manangisi temannya yang terluka, padahal lututnya sendiri juga berdarah akibat terbentur batu kecil saat berguling. Anak laki-laki itu mengusap punggung Alesha hingga merasa tenang. Kemudian, dia membantu membersihkan luka di lutut gadis itu.
Alesha tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Aqila memanggil. Dia menggeleng untuk menghilangkan pikiran konyolnya itu. Tidak mungkin Bagas adalah teman masa kecilnya. Pria itu sangat dingin, sementara temannya begitu hangat dalam memperlakukannya.
Wanita itu bergegas ke kamar ketika Aqila memanggilnya lagi. Dia menyerahkan bungkusan di tangan kepada wanita yang baru saja menyimpan diari di laci meja. Kemudian, dia langsung merebahkan diri di kasur.
"Gimana kencannya hari ini? Berhasil?"
"Gagal lagi. Gagal total! Ternyata si Edgar itu emang berengsek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...